Mohon tunggu...
Nining Lestaree
Nining Lestaree Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Sederhana dan Satset-satset

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menanti Sinergi Nyata Sektor Transportasi dan Energi untuk Langit Biru Bebas Polusi

17 Desember 2023   20:25 Diperbarui: 17 Desember 2023   22:20 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi polusi udara di Jakarta pada 14 juni 2023. Bahkan gedung pencakar langit kurang tampak terlihat akibat asap polusi. (Foto: ANTARA)

"Ruang Publik" yang diampu Debora Tanya sebagai host ini juga menghadirkan narasumber Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi; Ketua Komite Penghapusan Bahan Bakar Bertimbal (KPBB), Ahmad Safrudin; dan General Manager PLN Indonesia Power Suralaya PGU, Irwan Edi Syahputra Lubis.

Terkait pantauan ISPUNet bahwa ada dua stasiun pemantau kualitas udara menunjukkan indeks 'Tidak Sehat' di Jawa Barat (Karawang Timur dan Cirebon), Luckmi menjelaskan akan segera mengecek ke lapangan. "Kami akan cek, ada masalah apa di sana. Kemungkinan ada pembakaran sampah oleh warga di sekitar sana," ujarnya memprediksi.

Dorong Sinergitas Sektor Transportasi dan Energi

Sementara itu, Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi mengatakan, lembaganya mendorong sinergitas pengendalian udara antara sektor transportasi dan sektor energi.

Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi. (Foto; Youtube Ruang Publik Radio KBR)
Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi. (Foto; Youtube Ruang Publik Radio KBR)

"Masalah kualitas udara itu dipicu faktor hulu dan hilir. Masing-masing punya peran dan kontribusi signifikan. Karena itu, solusinya memang harus dari hulu dan hilir. Harus ada sinergitas antar-kementerian, BUMN dan swasta untuk mengatasinya. Secara kasat mata ini masalah polusi udara. Tapi sebenarnya, bila kita concern dengan isu yang terjadi saat ini, semua negara juga sedang memerangi perubahan iklim global. Ini adalah bagaimana kita menuju net zero emission (NZE) yaitu upaya mengurangi emisi yang kita keluarkan dalam aktivitas sehari-hari," urainya.

Dilanjutkan Tulus, sektor transportasi lebih dominan atau paling dominan berkontribusi terhadap emisi gas buang yang dihasilkan. Khususnya karena masih tingginya penggunaan kendaraan pribadi dan hal ini terjadi di seluruh kota besar di Indonesia.

"Bahkan Jakarta yang meskipun sudah memiliki transportasi angkutan umum massal, tapi penggunaan kendaraan pribadinya juga masih tinggi. Saya amati, dari mulai dari Medan, Makassar, Denpasar dan kota-kota lainnya belum ada angkutan massal sehingga masyarakat berbondong-bondong menggunakan kendaraan pribadi baik motor maupun mobil. Inilah sebenarnyayang paling dominan atau 40 sampai 45 persen berkontribusi terhadap polusi udara atau berkontribusi terhadap emisi gas buang yang dihasilkan. Mengapa demikian? Karena kendaraan pribadi menggunakan bahan bakar minyak (BBM), inilah yang membuat sektor transportasi sebagai produk akhir mau tidak mau menggunakan BBM untuk bergerak. Inilah yang kita maksudkan dengan pentingnya sinergitas antara sektor transportasi dan sektor energi itu. Belum lagi kalau kita bicara tentang kontribusi polusi udara yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batubara," tuturnya.

Tampilan ISPUNet Kementerian LHK per Ahad, 17 Desember 2023 pukul 17.17 Wib.. (Sumber: Kementerian LHK)
Tampilan ISPUNet Kementerian LHK per Ahad, 17 Desember 2023 pukul 17.17 Wib.. (Sumber: Kementerian LHK)

Tulus mengungkapkan, sebagian PLTU itu terintegrasi dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Tapi juga, ada pembangkit-pembangkit listrik swasta yang digunakan untuk kepentingan bisnis dan industri.

"Khususnya kalau kemarin kita bicara di Jabodetabek, dimana wilayah ini dikepung oleh 17 PLTU yang antara lain ada di Banten, Jawa Barat, dan DKI Jakarta. "Bahkan di Makassar, Sulawesi Selatan, dan Bali yang sudah mengeklaim sebagai 'pulau hijau' ternyata juga ada PLTU-nya. Entah, itu sudah sesuai aturan atau tidak pengoperasiannya," ujar Tulus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun