Mohon tunggu...
Nindya M.
Nindya M. Mohon Tunggu... Bidan - HI

ASSALAMUALAIKUM

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mengalir dengan Hujan

23 Februari 2020   15:39 Diperbarui: 23 Februari 2020   15:37 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ah minggu yang membosankan, hanya melihat rinai hujan yang membasahi plafon rumah dan mengalir di setiap kaca jendela , aku hanya terdiam melihatnya dengan ribuan kenangan yang pernah dibuat saat hujan turun. 

Indah dengan sejuta warna, kenangan yang sangat ingin ku ulang namun kini telah sirna tanpa harapan, semesta kadang sejahat itu mempermainkan perasaan kaula muda yang lemah dengan memisahkan kedua insan yang sejatinya masih ingin bersama. Menyakitkan bukan? Namun apalah daya diri tak dapat menentang takdir yang sudah diguratkan.

Sepertinya sudah saatnya untuk mengistirahatkan tubuh, mempersiapkan diri untuk kembali menjalani hari dengan rutinitas memuakkan.

06.00 Senin, 1 April 2016

"Dania, tunggu!" Rani memanggilku. Ia adalah sahabatku sejak aku masuk SMA sekaligus teman sebangkuku. kepala ku menolehnya  kebelakang

"Eh Ran, tumben jam segini udah ke sekolah, biasanya kan lo kesiangan haha" Aku berbicara sambil meledekknya.

"Ia nih Dan gue ada urusan jadi pagi-pagi gini udah harus disekolah" jawabr Rani

"Hah urusan apa ?" tanyaku sambil mengerutkan kenng

"itu loh tugas kimia kan udah harus dikumpulin sebelum bel masuk" jawab rani dengan wajah yang kesal

"oh itu, emang lo udah ngerjain ran?" tanyaku kembali

"belum lah " dengan ekspresi yang datar

"gila lo ran "

Rani langsung menarik tanganku dan membawa ku lari ke kelas. Oh iya kelasku di 12 mipa 9 dan itu ada di lantai ke 4 gedung sekolah. Sesampainya di kelas aku menarik tangan dari rani.

"Ran, lo kenapa sih ?" tanyaku sabil ngos-ngosan

"Dan gue minjem buku tugas kimia lo cepet" pintanya

Aku pun memberikan buku tugasku

"Ah keburu ga ya?" tanya Rani

"keburu sih kalo lo punya kekuatan super buat nulis " aku mejawab pertanyaan Rani dengan wajah datar

"Please deh dan jangan becanda, ini tinggal 20 menit lagi mana tugasnya seambreg gini. Kalo ga dikerjain nanti si Ibu ngamuk lagi" ucapnya sambil fokus mengerjakan tugas

"itu mah derita lo" uacapku dengan acuh

Sambil nunggu rani ngerjain tugas, aku pake earphone buat dengerin lagu

"galau terus lo dan" ucap Rani

"ah apaan sih, kerjain tuh aja tugas " jawabku sambil memalingkan badan

Sepertinya wajah rani kesal tapi aku malah tersenyum.

Setelah 20 menit berlalu bel sekolah berbunyi. Para siswapun keluar menuju kelapangan untuk melakukan upacara. Saat Aku, rani, eva dan alya sedang menuruni tangga tepat di lantai 3 gedung sekolah alya tiba-tiba menyenggol tanganku

Akupun sontak bertanya " ada apa al ?"

"liat arah jam 11" suruh alya

Ternyata disana ada seorang lelaki bernama Reza ia adalah ketua osis SMA kami, tak hanya itu ia juga merupakan siswa laki-laki dengan peringkat 1 dikelasnya, wajahnya cukup tampan tubuhnya tinggi dan rambutnya selalu rapi, tak heran jika ia dijadikan sebagai cowo idaman para siswi di sekolah . termasuk alya.

"Al lo samperin gih" kata eva

"ah gila lo" jawab alya

Namun tiba-tiba rani menarik tangan alya dan mendekati reza "

"za, alya mau bilang sesuatu sama lo"

Wajah alya tiba tiba memerah ia sepertinya malu dan ga tau harus ngapain

"ada apa al?" tanya reza

"oh ini itu apa acara nanti jum'at jadi ?"

"oh acara ultah sekolah jadi ko jangan lupa dateng ya "

Reza pun pergi ke lapang

Alya terlihat lemas dam wajahnya jutek.

Kami pun melanjutkan pergi ke lapangan dan melakukan upacara.

Rutinitas senin pagi sejak sd ini memang tidak ada yang berubah, sebuah cara yang dilakukan untuk menghormati jasa para Pahlawan ini memang masih harus terus dilakukan agar para siswa dapat mempunyai sikap disiplin dan rasa nasionalisme. Namun, tidak dapat dipungkiri banyak siswa yang tidak menyukai kegiatan ini. Seperti Renan, ia berbeda 180 dengan reza. Anaknya tengil, pemalas, dan kurang rapi, namun wajahnya dapat dibilang sangat tampan. Renan adalah badboy sekolah ini. Dia sering baperin cewe sana-sini ya emang brengsek tu anak. Dan ya dia sekelas denganku.

14.00

Mapel terakhir dimulai. ya fisika, betapa horornya kata itu. Bagi siswa-siswa yang tidak menyukainya ya termasuk aku. Pa eka adalah guru mapel tersebut yang masuk sebagai nominasi guru terkiller di SMA ini, namun ia juga terkadang baik tergantung moodnya.

"selamat siang anak-anak, buka buku paket halaman 178 pelajari tentang fenomena kuantum setelah itu isi latihan soalnya" ucap pak Reza saat datang

"siang pa " jawab anak-anak degan muka menyebalkan sembari membuka buku paket

Tak lama dari itu handphone ku tiba-tiba bergetar. Kulihat ada sebuah notifikasi muncul dari Andri.

"selamat siang dan"

What andri ? tubuhku seketika terdiam. Rani yang berada disebelahku langsung mengambil hanphoneku.

"Jangan di bales Dan. Lo kaya yang ga inget aja" ucap Rani

Kepala ku memangut mendengarnya. Kulihat keluar jendela ada Renan di lapang bawah. Ah sepertinya dia mabal lagi. Oh iya renan ini temennya Andri. Dan andri adalah mantan pacarku. Ya bisa dibilang begitu

Saat ku asik lihat Renan dibawah, tiba-tiba Pa Eka berbisik di telingaku

"ga ada Andri, Dania"

Sontak aku pun terkejut. Ngeselin emang guru satu ini. Tak lama dari itu bel pulang pun berbunyi

"Dan, lo mau nebeng bareng gue ga ?" ucap Rani

"Oh engga Ran makasih lo duluan aja " jawabku sambil mengendongkan tas

"Yakin lo Dan ? ucap Eva

"Gue yakin Va " jawabku dengan mantap

"Yaudah kita duluan ya, lo hati-hati " Ujar Alya

"Iya bawel " jawab ku

Rani, alya, dan eva pulang duluan. Karna aku harus pergi ke sanggar tari buat siapin acara nanti jum"at.

16.00

Rapat berjalan dengan lancar akupun bergegas pulang. Akan tetapi saat dilapang ku masih melihat Renan sedang asik memainkan bola, kenapa anak itu belum pulang ? sebuah tanda tanya yang besar, karena biasanya kalo soal pulang dia akan maju paling depan. Aku pun melanjutkan langkahku . kudengar ada derap langkah di belakang ah mungkin teman ekskul yang lain. Tak lama dari itu

"Dania"

Seseorang memanggil namaku suaranya seperti tidak asing bagi telingaku. Suara yang khas itu telah membuat tubuhku merinding. Ah perasaan apa ini? Tubuhku pun seketika membeku. Ia sekarang tepat berasa di depanku. ANDRI

"mau pulang ?"

Ah melihatnya saja aku masih belum bisa, ku paksakan tubuhku untuk terus melangkah dan mengabaikannya. Namun tiba-tiba andri menarik tangaku. Jantungku berdebar dengan kencang. Sihir macam apa ini?

"Dan kalo orang nanya itu jawab ya" ucap andri sambil menatapku

Bisa-bisanya dia bilang seperti itu seakan akan tidak ada yang pernah terjadi. Ah pikiran ku kacau

"yaudah aku ulang , mau pulang bareng?" tanya nya sembari merendahkan badanya agar sejajar denganku

Kali ini ku coba menatapnya. Namun tanpa ku sadari kepalaku mengaggut. Gerakkan apa ini? Tubuhku mulai mengambil alih pikiranku.

Tanpa basa basi lagi andri menarik tanganku yang sejak tadi belum dilepasnya. Pasrah adalah sesuatu yang dapat aku lakukan sekarang. Kami pun tiba di parkiran sekolah. Pikiranku masih kacau kepalaku hanya dapat menunduk sembari mencoba menjernihkannya.

"ayo dan naik udah sore" ucap Andri sambil mengenakan helmya

Entah mengapa aku hanya menatapnya lama, seperti  ada yang ingin kukatakan tapi aku tak mampu..

"daaniiaaa" Ia memanggilku kembali

"hah apa ? tanya ku

" ayo pulang " AJaknya

" oh iya"

Akupun menaiki motornya. Saat di jalan, suasana hening. Andri tak mengucapkan apapun sepanjang jalan hingga, kami pun tiba di depan rumah.

"Dan kalo di chat balas ya, kalo di telpon angkat. Aku khawatir" ucapnya lalu pergi

What? Andri ngomong apa?

Tak ingin memikirkannya terlalu lama. Akupun bergegas masuk ke dalam rumah.

21.00

Semua tugas yang menyebalkan akhirnya selesai. Saatnya istirahat namun tiba-tiba handphone ku berdering. Sebuah telpon dari nomor yang tidak dikenal karena penasaran akupun mengangkatnya

"Assamualaikum dania. Selamat malam"

Ah suara ini lagi. Ya Andri.

"Waalaikumsalam. Maaf Dania sedang tidak ada mohon tinggalkan pesan" ucapku dengan nada datar

"Dan dengerin dulu aku mau ngomong serius"

"aku ngantuk dri "

"sebentar aja dan"

"yaudah apa?"

"maaf"

"oke" seletah itu ku matikan telponnya

Tak lama ada pesan muncul

0883592628456

Andri : Dania

Dania :Apa ?

Andri: Maafin aku

Andri: Aku bisa jelasin semuanya ko, aku rindu kamu, aku rindu kita yang dulu. Saat semua terasa indah karna bersama. Dan, please aku ingin kembali kemasa itu bawa aku kembali kesana. Aku tau kamu kecewa tapi Dan, aku juga tau kamu masih sayang aku kan? Beri aku kesempatan sekali lagi. Aku mohon

Saat kubaca pesan dari Andri tak terasa air mataku jatuh karena sebenarnya aku tau ini bukan salahnya. Dan ya Andri benar aku masih sayang, aku juga rindu. Namun aku putuskan untuk tidak membalas pesan andri.

Jum'at 5 april

Akhirnya hari ini tiba. Acara yang ditungggu-tunggu akhirnya terselenggara juga, semua siswa terlihat antusias menyambut acara ulang tahun sekolah yang ke 26 in. Semua tempat terisi penuh aku, Alya, Eva, Rani, Renan Alvin dan Dika duduk bersampingan bisa dibilang kami ini satu geng. Geng yang sebenernya anak-anak yang kurang suka pelajaran namun masalah kebersamaan tidak dapat diragukan. Saat sedang menikmati acara tiba-tiba Renan bilang sesuatu

"Dan lo pas senin pulang bareng Andri?" tanya Renan

Aku pun menjawab dengan polosnya "iya "

"ah lo mah ga konsisten gimana sih"

"tadinya gue juga ga mau kali ren, tapi entah kenapa ni kepala main ngangguk ngangguk aja" ujarku kesal

"anjir jangan-jangan lo kerasukkan haha. eh tapi dan kemarin andri cerita ke gue" wajah renan berubah serius

"bikin sakit hati gue ga?" tanyaku dengan nada becanda

Renan membalikkan badannya dan mengatakan "intinya dia masih ingin sama lo, sampe-sampe dia kemarin ga balik ke rumah"

"hah serius lo Ren ?" tanya ku

"Serius gue " ujar Reanan

Mendengar hal itu entah kenapa dadaku terasa sesak. Mataku langsung otomatis mencari Andri. Namun setelah kusisir semua, sepertinya Andri ga dateng ke sekolah hari ini. Aku pun berniat untuk bertanya pada Renan. Namun belum sempat aku bertanya ada sebuah notifikasi muncul di layar handphone ku.

"aku diatas Dan" -- andri

Mataku langsung melihat ke atas. Terlihat Andri melambaikan tanganya. Syukurlah, tapi kok dia tau sih aku lagi nyariin? Jangan-jangan dia punya indra atau bisa baca pikiran orang. Anjir pikiran abstrak macam apa ini. Aku kembali menikmati acara yang berlangsung hingga akhirnya acara selesai.

Sepulang sekolah tiba tiba Renan menarik tangan ku dan membawaku ke parkiran, kami pun pergi tanpa aku tau tujannya kemana. Awalnya sih yaudah aku ngikut aja tapi makin lama makin penasaran soalnya ini udah terlalu jauh dari sekolah dan yang jelas ini bukan jalan menuju rumahku.

"Ren lo mau bawa gue kemana?" tanya ku

"Ke alam barzah" jawab Renan datar

Mendengar jawaban renan seperti itu aku mejawab dengan muka kesal "Serius dong Ren,"

"Udah ngikut aja lo dan" jawabnya

"Oke, tapi bisa ga sih lo bawanya pelan aja?" pintaku karna serius kali ini Renan ngebut banget

"Ga" jawabnya dingin

Apaan sih ni orang ga jelas banget, aku coba buat trs meminta Renan agar memelankan laju roda dua nya, tak lama dari itu aku melihat sebuah caffe dia bawa aku masuk ke dalam.

"Lo mau neraktir gue?" tanya ku

"Duduk aja di situ" ucap Renan

Renan nunjuk sebuah meja. Tanpa berpikir panjang aku langsung duduk. Tak lama Renan Datang. Wajahnya seperti orang yang bingung mau ngapain, ia mengusap rambutnya lalu duduk di depan ku.

"Dan, gue mau ngomong" ucap Renan

"Anjir dari tadi lo udah ngomong kali Ren" jawab ku

"Kali ini serius gue dan " kata renan. Sambil memajukan badannya

"Siap pak " aku membalasnya dengan becanda dan melakukan hormat.

"Siip pik" Renan, malah ikut becanda

"Katanya serius. Cepet apaan udah sore gue pengen pulang lo kaya yang ga tau orang tua gue aja" ucapku dengan muka yang agak kesal

"Ya bentar, gue harus mikir dulu" jawab Renan sambil melihat ke lampu di atas

Selagi Renan memikirkanya aku berkata "Gue itung ya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14..."

"Stop gue udah selesai" ucap renan sambil mengepalkan tanganya

"Yaudah cepet apaan" jawabku tidak sabaran

"Gini ya Ran, anjir ko gue ga tega sih" ucap Renan sambil menyandarkan badanya ke bekang

"Ih apaan sih cepetan jadi penasaran gue, lo ga pernah seserius ini " kata ku, sambil menarik tangan Renan

" Tadi orang itu nelpon gue lagi" ucapnya

"Wah serius lo" jawabku

"Serius gue ran" kata Renan

Di situ moodku hancur, ingin sekali ku mengeluarkan air mata, Namun aku sadar ini tempat umum, apa jadinya jika aku sekarang menangis disini dan aku hanya bisa menunduk. Ku rasakan tangan Renan mengelus kepalaku

"Keluarin aja dan" ucapnya lembut

"Ga ren, malu gue. Pulang yu" pinta ku sambil menatap Renan

"Tapi itu pesenannya. Makan dulu disini dan " tutur Renan sembari menunjuk pelayan yang datang.

Kami pun memakanya. Namun selera makanku telah hilang tapi karena aku menghargai Renan jadi terpaksa aku memakannya setelah selesai Renan anterin aku pulang

"Makasih Ren" ucapku sambil turun dari motor

"Iya Dan jangan lo pikirin yah"

Setelah renan pergi aku langsung masuk ke rumah. Sepertinya keluarga ku sedang bersantai di ruang tengah, tanpa memperdulikan mereka aku langsung naik ke atas dan masuk ke kamar. Saat dikamar badanku lemas air mataku tak terbendungkan lagi. Tetes demi tetes air mata ini mengalir harapanku kian hancur. Ditambah dengan turunnya hujan menambah suasana kian sendu.

Ingin rasanya mengulang semuanya bersama Andri namun kini hanya dapat ku bayangkan saja betapa indahnya bersamanya. Anganku memgembalikan semua kenangan itu dimana ku masih belum mengenal Andri.

24 juni 2014

Hari pertama sekolah. Hari yang aku tunggu-tunggu dimana aku ingin sekali masuk sekolah ternama di Bandung ini. Ya, SMAN 3 Bandung. Sejak jam 06.00 aku tiba di depan gerbang sekolah. Karena jaraknya bisa dibilang lumayan jauh dari rumah jadi aku harus pergi pagi. Di depan gerbang sekolah sudah besiap kakak-kakak OSIS yang akan menuntun para siswa baru. Kami menjalankan masa orientasi yang sangat menyenangkan. Akan tetapi ada suatu saat dimana kakak-kakak OSIS ini bersikap tegas, ya aku mengerti ini untuk melatih mental. Namun tak sedikit orang yang merasa sakit hati karna acara ini. Hingga pada hari terakhir masa orientasi semua siswa kembali dikumpulkan dilapangan rasa senang menyelimuti kami semua.

Saatnya pulang ke rumah. Menunggu angkutan umun di depan gerbang sekolah, lumayan cukup lama hingga kaki ku terasa pegal namun angkutan tak kunjung datang dengan terpaksa ku harus berjalan kaki, karna sepertinya senja mulai datang. Sudah cukup melelahkan berjalan kaki namun tak kunjung sampai aku berniat untuk mengistirahatkan kakiku sejenak. Tampak terlihat gerobak bakso disebrang jalan dan aku berniat membelinya karena jujur saja perutku juga sudah mulai lapar sedari tadi.

"mang basonya satu ya" ucapku sambil tersenyum

"mangga neng, di bungkus atau disini makannya?" tanya nya sambil mengeluarkan mangkuk

"disini aja ah mang" jawabku

"siap neng, tunggu ya"

Sambil ku menunggu baso nya selesai aku mengeluarkan ponselku. Ku memeriksa beberapa BBM dari teman temanku. Tak lama dari itu ku melihat ada dua orang lelaki yang juga membeli bakso dari seragamnya sepertinya mereka juga baru pulang. Bakso pesannku kemudian datang. aku melahapnya tanpa menghiraukan orang disekitar, saat akan selesai aku mendengar keributan antara tukang baso dan dua lelaki tadi. Aku memeperhatikannya dalam diam.

"gimana atu ini, baksonya udah jadi?" ucap tukang bakso

"saya ijin pulang dulu pak, uangnya ketinggalan" ujar seorang lelaki dengan wajah bingung

"pokoknya bayar sekarang" titah tukag bakso tegas

"tapi pak, uang saya ketinggalan' ucap lelaki tadi lagi

Mendengar hal itu aku langsung memeriksa uang yang ada di dompet, syukurlah ada uang lebih, sepertinya cukup untuk membayar bakso 2 lelaki tadi. Tanpa basa-basi aku langsung mengasihkan uang ke tukang baksonya

"neng kelebihan ini mah" ujar tukang bakso sambil menghitung uangku

"engga pak, itu sekalian sama yang si aa" jawabku sambil menunjuk dua orang tadi

Sepertinya mereka tak mendengar percakapanku, aku langsung saja pergi.

                             

Senin, 1 juli 2014

Saatnya masuk sekolah, untuk pertama kalinya menggunakan seragam SMA. Aku masuk di kelas 10 Mipa 9. Hari pertama yang sangat menyenangkan berkenalan dengan orang-orang baru. Oh iya aku duduk sebangku dengan Rani, orangnya asik.

Jam istirahat tiba, semua siswa pergi ke kantin untuk membeli makanan, aku dan rani pun sangat ingin kesana namun sepertinya kantin akan penuh, jadi kami putuskan untuk melihat perpustakaan sekolah ini. Sebelum ke kantin Rani minta untuk diantar ke toilet terlebih dahulu.

"Dania, aku mau ketoilet dulu gapapa?" ujar Rani

"iya gapapa ko " jawabku

Kami pun pergi ke toilet terlebih dahulu. Saat Rani masuk, aku menunggu di luar karena terlihat di dalam sangat penuh. Ku melihat disekeliling sepertinya semua sibuk bercanda dengan teman-teman barunya. Saat aku asik memeperhatikan tiba-tiba ada yang menepuk pundakku. aku pikir itu rani, tanpa basa-basi aku bilang

"udah ran, ayo ke perpus" ujarku sambil berjalan

"eh, maaf  kamu yang kemarin bukan sih?" ucap seseorang sambil menahanku

"siapa?" tanya ku sambil berbalik badan

Dan ya aku salah orang, aku kira itu Rani ternyata bukan. Ia seorang lelaki yang lumayan tinggi, kulitnya sawo matang, rambutnya agak urakan, dan bajunya di keluarkan. Saat aku berbalik ia tersenyum. Aku akui ia punya senyum yang indah.

"kenalin aku Andri" ucapnya sambil mejulurkan tangan

"Dania" jawabku sambil mnerima jabatan tangannya

Setelah itu Rani datang dan menarik tanganku untuk pergi ke perpustakaan. Tanpa mengucapkan pamit aku pergi dan Andri hanya melihatku.

Disitulah awal aku mengenal Andri. Hari-hari terus berlalu dan aku belum pernah bertemu dengan Andri lagi hingga, pada saat aku kerja kelompok dengan temanku yang bernama Renan. Aku melihatnya sedang menunggu seseorang diluar. Saat kami fokus mengerjakan tugas, tiba-tiba Renan meminta ijin untuk keluar. Ia pun kembali masuk dengan membawa Andri ke dalam karena sepertinya diluar akan hujan.

"Temen-temen kenalin ini Andri' ucap Renan sambil menunjuk andri

"gapapa kan klo dia diem di dalem, diluar kayanya mau ujan" tambahnya

"Gapapa kali kalem aja" ucap eva

Kami pun melanjutkan kembali tugas masing-masing. Saat semua sedang istirahat dan makan batagor. Tiba-tiba Andri menyapaku kembali

"Dania" sapanya

"eh Andri" aku mejawab sambil menoleh ke arahnya

"kamu yang waktu itu bayarin bakso aku kan?" tanya andri

"hah, yang mana?"jawabku. jujur saat itu aku lupa karna udah lumayan lama

"yang waktu sore-sore, kamu lagi makan bakso terus aku datang beli bakso sama adik aku tapi uangnya ketinggalan" ucap Andri

"Oh itu kamu" tanya ku kepada Andri

"iya, Dania. Makasih ya, ini aku gantiin" ucapnya sabil mengeluarkan uang

"ih gapapa ko" jawabku

"ambil dania aku ga enak" tutur andi sambil mengasihkan uang

"ga mau aku ikhlas ko" katanku

"makasih ya dania" ia mengucapkan makasih untuk kesekian kali

Kemudian kami diam

"kenapa kamu langsung pergi waktu itu?" tanya nya sambil mengerutkan kening

"oh itu, udah sore jadi aku buru-buru" jawabku sambil tersenyum

"kamu jalan dari sekolah ?" ia kembali bertanya

"iya" jawabku kembali

"dania, maaf lancang boleh minta pin BBM nya ga?" ucap Andri sambil memberikan handphone nya dengan muka yang malu-malu

"oh ini " aku pun memberikan pin BB ku

"makasih ya " ucap Andri

"iya sama-sama" kataku

Dari situlah awal mula kedekatanku dengan Andri, kami mulai sering bertukar kabar, bercerita tentang hal-hal yang sebenarnya sangat sepele. Mengajaku pulang bareng, main di hari weekend. Menyenangkan bisa mengenal Andri, ia baik, humoris, dan ya aku suka senyumnya. Bahkan ia sering masuk ke kelasku dengan alasan mau bertemu Renan padahal mengajakku untuk pergi ke kantin. Dari situ juga lah aku bersahabat dengan Renan, karena mereka telah berteman sejak SD jadi mereka sangat akrab. Kami sering main bertiga entah itu ke rumah ku, ke rumah Andri, atau ke rumah Renan. Orang tua kami pun sudah tau tentang persahabatan kam.

Tak hanya kami bertiga persabatan kami pun bertambah Rani, Eva, dan Alya sekarang mejadi bagian dari kami. Tapi suatu hari saat kami berkumpul Andri tida-tiba menanyakan sesuatu pada kami. "eh gue mau nanya, boleh kagak ?"

"apaan sih so serius gini" ucap Eva

"eh emang serius ini mah" jawab Andri

"apa, cepetan" kata ku

"kalo sama sahabat boleh pacaran gak?" tanya Andri

Sontak semua langsung terkejut

"lo pacaran sama siapa, bangke ?" tanya renan

"gila lo" jawabku

"kerasukan apa ni anak" ucap Rani

Ketika itu Andri hanya diam dan kembali menegaskan jika ia hanya menanyakan saja bukan berarti ia sudah berpacaran dengan sahabatnya. Namun setelah semua pulang ke rumah masing masing. Andri tiba-tiba mengirimi kupesan dan yang paling membuatku bingung ia bertingkah tidak seperti biasanya. Sekarang ia lebih perhatian dan lebih sering mengajakku jalan tanpa sepengetahuan yang lain. Alasannya karena ia ingin membalas hutangnya waktu saat aku membayarkan bakso, ya menurutku itu masuk akal.

Sampai suatu hari saat aku dan Andri pulang dari kebun binatang, Renan melihat kami. Disitu terajadi percekcokan antara Andri dan Renan. Renan menganggap jika Andri dan aku kini sudah tidak setia kawan lagi. Dan saat disekolah kami berdua di introgasi oleh semuanya, aku hanya menjelaskan bahwa andri hanya ingin membayar hutangna, apa yang salah dengan itu? Namun saat andri di tanya ia menjawab yang lain. Ia mengakui jika kini ia menyukaiku. Dan kalian tahu, eskpersi semua sahabatku tampaknya kurang ramah. Disitu aku hanya diam. Namun keadaan berubah karna mereka juga sebernarnya sudah tau dari sikap andri belakangan ini. Sehingga pada saat itu mereka menyuruhku untuk berpacaran dengan Andri. Dan sebenarnya aku kurang mengerti apa perbedaannya karena bagiku sama saja entah itu sahabat atau pacar kita berdua tetap bersama bukan ?

Sejak saat itu kami mulai dibilang pacaran. Tak banyak yang berubah hanya saja kini ia menjadi overprotektif  dan pencemburu kadang ini membuatku risi namun sebenarnya aku suka karna ia lebih menggemaskan. Tapi suatu hari saat aku dan Andri pergi nonton, tiba-tiba ia harus segera pulang dan meninggalkanku menonton sendirian. Awalnya aku pikir itu urusan keluarga. Namun Eva menelponku

Eva : halo dan, lo asik banger sama Andri

Aku: maksud lo apa ?

Eva : lo tadi gue panggil ga noleh sedikitpun

Aku: dimana?

Eva: PPJ. Lo tadi disanakan. Pake baju kemeja warna biru

Aku: ah ngawur lo mah, orang gue di BIP lagian juga ya gue pake sweater warna abu

Eva: eh gue serius liat lo berdua sama Andri. Dia pake jeans sama baju coklatkan?

Aku: iya

Eva mematikan telponnya. Aku masih tidak mengerti apa yang di bicarakan Eva tadi.

Keesokkan harinya saat di sekolah Eva kembali menceritakan hal tersebut kepada Alya, Rani, aku dan Renan. Aku berasumsi bahwa itu mungkin saudaranya tapi mereka terus saja menepis terutama Renan karena iatau sekali tentang Andri. Hingga saat istirahat andri datang ke kelas kami, ia berdalih bahwa itu adalah saudaranya. beberapa saat kami tidak mempermasalahkan hal itu lagi. Namun makin kesini sikap Andri makin berubah, dan suatu hari ada seseorang yang menginvite pin BBM ku.

Ia mengaku bernama karin. Awalnya ia hanya ingin berkenalan denganku, hingga suatu hari ia meminta untuk bertemu denganku. Aku sempat menolaknya akan tetapi ia terus meminta agar kita beremu, karna aku juga penasaran. Akhirnya aku menyetujui pertemuan tersebut

25 agustus 2015

Disebuah taman yang cukup indah aku bertemu dengan Karin. Ia sepertinya baik, tapi karin tiba-tiba meminta maaf padaku

"dania, maafin aku ya" ucapnya sambil menundukkan kepalanya

Aku yang tak mengerti apa yang ia bicarakan, sebab baru kali ini aku bertemu dia dan belum pernah ada masalah. Karena itu aku bingung dan menanyakanya. " maaf tentang apa?"

Ia menatapku dan mengatakan "Dania sebenernya aku sakit, aku mengidap kanker. Mungkin aku tidak akan lama lagi berada didunia ini. Dan sebenernya kamu orang baik, aku tidak pantas meminta ini aku tau kamu dan Andri saling mencintai. Tapi ini permintaan terkahir ku aku harap kamu mengerti. Sudah sejak lama aku menginginkan Andri, aku sayang dia. Tapi dia ga pernah anggap kalo aku ada, setiap kali aku berusaha namun ia selalu menghindar. Akan tetapi saat aku mengatakan jika aku sakit ia berubah 180. Aku tau kalian berpacaran. Namun aku mohon kabulkan permintaan aku untuk yang terakhir. Aku hanya ingin memiliki Andri hingga aku tidak ada. Aku mohon"

Aku terdiam dan mencoba berpikir satu sisi aku sayang Andri namun di sisi lain aku tak mungkin jika tidak mengabulkan permintaan nya. Setelah mempertimbangkan dengan matang aku menjawab "iya, jika itu mau mu."

Lantas aku pergi dari taman itu. Saat aku dirumah aku mencoba untuk menghubungi Andri. Namun tak bisa, aku bingung harus ngomong apa pada Andri. Tak lama Renan dan Alya datang ke rumahku. Mereka mengatakan jika melihat Andri dengan perempuan lain. Ya aku tau pasti dengan karin. Hati ku hancur, aku hanya bisa menangis di pangkuan Alya. Sedangkan Renan mencoba untuk terus mengubungi Andri namun hasiknya nihil

Keesokkan harinya aku tidak melihat Andri di sekolah. Semua telah mencoba menghubunginya tapi tak bisa, hingga mereka memutuskan untuk pergi ke rumah Andri saat pulang sekolah. Namun hasilnya tetap sama Andri tidak ada di rumahnya. Kemudian terbesit dalam benakku untuk menghubungi karin. Dan benar saja saat ku tanya ian menjawab jika Andri sedang bersamanya.

Semakin hari Andri semakin berubah ia tak pernah ke kelas kami lagi, bahkan saat berpapasan pun ia selalu menghindar. Hingga suatu hari Andri memutuskanku. Patah, sakit, bahkan hancur perasaan ini. Kini karin memilikinya sepenuhnya. Tepat bersamaan dengan turunnya hujan air mata ini pun menetes. Menemani setiap langkah kesakitan, melepaskan setiap rasa sayang bersamaan dengan jatuh air hujan. Hanya satu harapnku semoga hujan dapat megalirkan rasaku. 

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun