Mohon tunggu...
Ninda Julianti Pratama Putri
Ninda Julianti Pratama Putri Mohon Tunggu... Mahasiswi Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia

Memiliki hobi menulis 🌬️

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kelola Stres dengan 'MANAJEMEN'

10 Juni 2025   10:28 Diperbarui: 10 Juni 2025   10:28 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

‘A’ mengacu pada individu mengakui, menerima, dan mencari solusi atas permasalahan yang terjadi. Sesuai dengan gagasan Lazarus mengenai kategori dari koping stres yaitu tindakan langsung atau berfokus pada masalah yang dapat dilakukan dengan mencari informasi dan berupaya untuk menghilangkan stresor atau penyebab stres. Sesuai dengan firman Allah Swt. pada surat Al-Insyirah ayat 5-6, yang berbunyi:

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا , إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah: 5-6).

            Mengutip dari Harfin (2021), Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah menyebut bahwa mayoritas ulama tafsir memahami arti (مع) ma’a dalam ayat di atas memiliki arti harfiah bersama, sementara ulama lain memahami arti tersebut sebagai sesudah. Pakar tafsir az-Zamakhsyari menguraikan bahwa penggunaan kata bersama meskipun berarti sesudah adalah untuk mengilustrasikan alangkah dekat dan singkatnya masa antara datangnya kemudahan dengan kesulitan yang sedang dialami.

            ‘N’ mengacu pada meniatkan diri untuk mengontrol emosi dan pikiran. Saat stres individu akan mengalami gejala seperti gelisah dan sensitif sehingga cenderung mudah marah meskipun pada hal sepele. Ucapan yang dilontarkan saat marah bisa saja menimbulkan keretakan atau sakit hati pada lawan bicara. Oleh karena itu, individu dapat mencoba teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga dan latihan pernafasan.

            ‘A’ diartikan dengan mengadendakan atau meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan favorit seperti hobi. Individu dapat bermain musik, memasak, membaca buku, atau menulis. Sesuai dengan pernyataan Taboy et al., (2024) bahwasanya menulis diary adalah kegiatan untuk mengekspresikan gagasan, pandangan, emosi dalam bentuk tulisan atau gambar dan dapat dipergunakan untuk mengurangi stres.

            ‘J’ menunjukkan bahwa individu harus menjauhi minuman keras maupun narkoba saat stres. Dikarenakan bahan konsumsi tersebut dapat merusak kesehatan fisik maupun rohani. Bahkan, Rasulullah Saw., telah melarang umatnya untuk mengonsumsi minuman keras.

وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {لَعَنَ اللهُ الْخَمْرَ وَشَارِبَهَا وَسَاقِيَهَا وَبَائِعَهَا ومُبْتَاعَهَا وعَاصِرَهَا وَمُعْتَصِرَهَا وَحَامِلَها وَالْمَحْمُوْلَةَ إِلَيْهِ وَآكِلَ ثَمَنِهَا

Nabi Muhammad Saw., bersabda bahwa, “Allah melaknat minuman keras, orang yang mengkonsumsinya, yang menuangkannya (kepada orang lain), penjualnya, pembelinya, pemerasnya, orang yang meminta untuk memeraskannya (membuatkan minuman keras), pembawanya, orang yang meminta untuk membawakannya, dan orang yang memakan hasil dari penjualannya.” Hadist ini diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Al-Hakim dari sahabat Ibnu Umar r.a.

‘E’ merujuk pada mengefektifkan waktu saat bekerja atau melakukan kegiatan. Stres sering terjadi ketika individu melakukan prokrastinasi atau penundaan pekerjaan. Penelitian yang dilakukan oleh Puspita dan Kumalasari pada tahun 2022 menunjukkan bahwa prokrastinasi berhubungan positif dan signifikan dengan stres akademik. Yang artinya semakin tinggi tingkat prokrastinasi individu maka akan semakin tinggi pula tingkat stres akademik yang dialami.

Perilaku prokrastinasi mengakibatkan individu mengerjakan tugas terburu-buru karena untuk memenuhi tenggat waktu sehingga individu mengalami stres dan kecemasan. Fauziah (2016) menyebutkan bahwa prokrastinasi dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal disebabkan oleh rasa kantuk karena aktivitas lain, tidak memahami tugas sehingga malas untuk mengerjakan. Faktor eksternal mengacu pada kesulitan tugas, kurangnya fasilitas, tenggat waktu yang masih lama, penumpukan tugas sehingga individu kebingungan mana tugas yang akan dikerjakan terlebih dahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun