Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mulutmu Harimaumu

30 Maret 2024   13:56 Diperbarui: 30 Maret 2024   14:09 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar dokumen pribadi by Canva

"Wah, laki-laki ini tak bisa dibiarkan," gerutuku seraya menyimpan tas ransel dan handphoneku.

Kemudian aku memasang kuda-kuda dan bersiap menerima serangannya. Aku menekuk lutut dan melakukan posisi jongkok rendah seraya menjaga keseimbangan tubuh dan menjaga batang tubuh tetap tegak lalu berdiri lagi dan menggerakan kaki hingga ke posisi yang benar-benar tepat.

Pemuda gila itu menyerangku asal-asalan. Dia berusaha memukul wajah dan merebut hijab yang aku kenakan. Aku kembali berkelit dan melayangkan tendangan ke arah kaki sehingga pemuda itu terjatuh. Dia meringis kesakitan.

"Awewe gelo, sia!" teriaknya sambil memegang lutut yang kesakitan."Bro, tulungan atuh!"

Pemuda itu melihat ke arah mobil angkot dan meminta bantuan kepada kawannya. Beberapa orang menonton kejadian itu, tetapi tak satu pun yang berani melerai. Ada beberapa yang sengaja membuat video. Aku melihat pemuda yang keluar dari mobil sambil membawa sebilah besi.

"Masya allah, dia membawa besi. Karunya si Ibu.Bantuin atuh!" Seorang ibu berteriak dari kerumunan. Namun, tak seorang pun yang berani maju karena pemuda yang kalap itu memutar-mutar besi dengan cepat.

Aku menghela napas panjang saat melihat pemuda nekad itu mengarahkan besi ke arahku. Aku harus berhati-hati menghadapinya. Aku belum pernah berhadapan dengan orang nekad dalam sebuah pertarungan yang sesungguhnya apalagi dengan pertarungan bersenjata yang akan berdarah-darah. Bisakah aku melakukannya?

Aku melihat bayangan kemarahan di mata pemuda itu. Orang yang dilanda kemarahan pasti akan melakukan sesuatu tanpa perhitungan. "Ini adalah saat yang berbahaya, pastinya dia akan menghantamkan besi itu dengan membabibuta," pikirku.

Aku tetap memasang kuda-kuda dan berjaga-jaga untuk menyerang balas. Pemuda itu memutar-mutar besi dengan cepat dan menyerangku. Aku mundur untuk menghindari serangan.

"Awaaaas!" teriakan orang-orang yang melihat. Ada beberapa orang yang berniat membantu, tetapi mereka belum berani bertindak.

"Berhenti! Anda kami tangkap!" Tiba- tiba dua orang polisi menodongkan senjata ke arah pemuda itu,"Silakan buang besi itu atau kami tembak!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun