Mohon tunggu...
Dina Latisa Alsyadila
Dina Latisa Alsyadila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Sriwijaya prodi Ilmu Hubungan Internasional

Internasional relation

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Cyber Clash di Dunia Maya: Konflik Indonesia-Malaysia Akankah Konflik Ini Masih Berlanjut?

1 Desember 2021   23:36 Diperbarui: 2 Desember 2021   00:22 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kemajuan teknologi sudah menciptakan wujud komunikasi yang membuat orang bisa berbicara secara leluasa untuk menyampaikan  gagasan mereka. 

Satu media terkenal yang bisa digunakan untuk berbicara di dunia maya merupakan web. Para bloger (pengguna web) bisa dengan gampang memakai media ini buat berbicara ke segala dunia. 

Para pengguna web bisa memakai web untuk mendiskusikan bermacam topik pembicaraan serta silih bertukar data antara yang satu dengan yang yang lain. 

Sarana web pula dapat digunakan buat mempromosikan satu produk kepada warga luas. Web selaku media leluasa pula sudah dijadikan media untuk mengekpresikan benak, komentar, gagasan, kritikan, kebencian, dan kesukaan terhadap suatu isu yang tumbuh di dunia. 

Melalui media web orang leluasa buat menulis apa saja sekalipun apa yang ditulisnya sama sekali tidak benar. 

Web sesungguhnya sama dengan web ataupun dalam bahasa Indonesia diucap web. Dulu apalagi web itu diucap dengan weblog, namun setelah itu sebutan itu lebih disederhanakan jadi web. 

Perbandingan web dengan web merupakan web cenderung dipunyai secara individu oleh seorang sebaliknya web umumnya dipunyai oleh sesuatu institusi tertentu. 

Orang yang mempopulerkan sebutan web adalah Jorn Barger pada Desember 1998. Pada dikala itu Jorn Barger secara khusus memakai sebutan web buat menerangkan keberadaan web individu. 

Orang dewasa kecenderungan dalam warga tertentu untuk memakai web selaku media buat mengantarkan opini, perasaan, serta asumsi terhadap isu hangat serta menarik yang sedang update disekitar warga. 

Salah satu topik hangat yang dibicarakan oleh pengguna web di Indonesia serta Malaysia adalah konflik yang mengaitkan kepentingan Indonesia serta Malaysia, terutama yang berkaitan dengan klaim budaya Indonesia oleh pihak Malaysia. (junaidi Junaidi, 2009)

Cyber clash ialah salah satu wujud perang generasi baru yang mengambil ranah di dunia maya ataupun cyber di masa teknologi data. Wujudnya adalah perdebatan sengit para netters, pengguna mailing- list, serta blogger warga Malaysia serta Indonesia. 

Perihal ini sudah terjalin semenjak terdapatnya berbagai peristiwa yang mengaitkan masyarakat kedua bangsa ini yang disusul oleh munculnya statment " I hate Indon"," Indonsial", serta" Malingsia" antara tahun 2007-2009 di new media virtual ataupun web. 

Latar belakang cyber clash ini berkaitan dengan bermacam persoalan kehidupan serta soal perasaan kebangsaan Indonesia- Malaysia, semacam cultural heritages claim serta misunderstanding. 

Seperti penggunaan faktor budaya untuk iklan pariwisata, lagu Rasa Sayange, kamus bahasa Melayu- USU, tari reog, seni batik, tari pendet, keadaan pekerja Indonesia di Malaysia, pengaruh buruk yang dibawa oleh migran Indonesia ke Malaysia semacam narkoba. 

Sesungguhnya Indonesia mempunyai banyak persamaan budaya dan kepentingan bersama pariwisata di masa depan yang butuh dibesarkan. 

Perihal ini diakibatkan adanya penyebab kekayaan minyak serta hasil alam hendak habis dalam waktu 50- 100 tahun ke depan. 

Kedua bangsa serumpun ini butuh bekerja sama untuk masa depan yang lebih panjang. Sedangkan kedua belah pihak, blogger serta milister Indonesia serta Malaysia cenderung tidak sanggup dan ingin mencari titik- temu untuk membangun bawah kesamaan tersebut, mutual common grounding. 

Melihat kesamaan ini berbentuk program nyata untuk memulai pembangunan kesepahaman, saling yakin untuk maju bersama. Ini juga semacam positive political core- values and cross cultural communication: bersekutu menaikkan kualitas, kemanusian yang adil serta beradab, serta inovasi gagasan peradaban yang lain lagi, semacam semangat sebumi, satu keluarga besar umat manusia, sekampung di dasar laut samudra, serta lain- lain. 

Namun dalam kehidupan nyata sebagian publik di Indonesia dan Malaysia cenderung emosional serta belum membuktikan komitmen yang kokoh buat mendamaikan serta bekerja sama dalam mengelola alam dekat, perbatasan serta kemampuan keragaman serta keseragaman budaya serumpun. 

Setelah pertemuan Presiden Indonesia serta Perdana Menteri Malaysia, masih tersisa kemampuan pertikaian antara orang Indonesia serta Malaysia di dunia maya serta dunia nyata yang butuh dicarikan solusinya. (Rozi, 2010) Sentimen anti Malaysia ataupun anti Indonesia bisa dikatakan sebagai salah satu dampak provokasi media. Isu- isu yang bertumbuh menjadi sebuah polemik di media sosial semacam facebook, tweeter, web, web, youtube dan sebagainya sehingga menimbulkan polemik antara netter Malaysia dan Indonesia. 

Saling menghina dalam wujud artikel postingan, status, vidio, karikatur, serta meme sering menghiasi bermacam halaman internet. (Ramadhoan & Kurniawati, 2017) Geert Lovink seseorang pemikir soal new media, art and science memperlihatkan terdapatnya indikasi perang media selaku salah satu bentuk perang generasi baru. 

Penjelasan Lovink ini membagikan semacam vision bawah jika terdapat kemampuan konflik ataupun' perang' terpaut antargenerasi serta bisa jadi antarbangsa yang mengenakan media baru semacam internet oleh generasi manusia. untuk itu perlunya kerja sama bermacam pihak terpaut supaya konflik laten tersebut tidak merangsang keberutalan di dunia nyata Kita dapat menguasai fenomena dunia cyber dengan pendekatan Dystopian. 

Kalangan Dystopian ini sangat berjaga- jaga serta berlagak kritis terhadap penempatan teknologi komunikasi, karena akibat yang ditimbulkannya merupakan perpecahan kehidupan sosial serta politik. Kekacauan yang berpotensi ditimbulkan akibat konflik laten dapat jadi konflik manifest berbentuk ancaman perang, memburuknya ikatan dagang serta pariwisata, menyusutnya rasa nyaman tenaga kerja ataupun mahasiswa yang mengalami aksi sweeping ataupun pengecekan serta pelecahan oleh paramiliter ketika mereka lagi beraktifitas di negara tetangga. 

Namun tampaknya cyber clash antara pihak blogger serta milister Indonesia serta Malaysia, cenderung baru serta dia ialah fenomena cyber conflict. Maksudnya, dia belum masuk ke ranah media serta ranah publik Malaysia tiap hari. Tidak banyak orang awam di Malaysia yang ketahui serta paham sudah terjalin cyber clash di negeri mereka, kecuali pengguna internet. (Rozi, 2010)

OPINI

Adapun yang mengikuti jalannya cyber clash di web serta milis berpandangan apabila debat atau konflik di dunia maya ini amat berguna untuk membangun keseimbangan baru dalam ikatan 2 bangsa. 

Melalui konflik di dunia maya tersebut terungkap apa yang diharapkan serta tidak diharapkan menyangkut tingkah laku masyarakat kedua bangsa, tercantum mungkin jalur keluar yang bisa ditempuh, walaupun ada juga tidak mengetahui bahwasanya telah terjadi cyber clash, konflik di dunia maya yang melibatkan warga kedua bangsa. 

Adapun cara bagaimana membangun perdamaian antara Indonesia-Malaysia dengan cara melakukan pertukaran sumber daya manusia yang melibatkan kedua belah pihak. 

Mereka membayangkan pertukaran pelajar dan ilmuwan kedua belah pihak yang dapat membangun kesepahaman. dalam konteks peace- bulding, uraian ASEAN selaku komunitas keamanan ataupun cara bagaimana membangun konsep" we feel" nyatanya memanglah masih rendah di golongan warga sipil Indonesia, serta di Malaysia, tercantum sebagian anggota Komisi I DPR RI yang membidangi pertahanan serta politik luar negara Indonesia. Masih ada anggota DPR RI yang berlagak sangat kritis terhadap Malaysia. 

Ungkapan " Ganyang Malaysia" merupakan style lama politik luar negara Indonesia. (Rozi, 2010) Kabar negatif media sudah melahirkan stigma negatif masing- masing negara sehingga citra warga Indonesia dihadapan publik Malaysia menjadi kurang baik, serta begitu pula kebalikannya. 

Citra ini kemudian meluas serta menyebar ke dunia maya. Bukan tidak bisa menjadi image negatif itu mengaburkan rasa kekerabatan serta serumpun di benak kedua  bangsa tersebut. Semangat anti Malaysia maupun semangat anti Indonesia baik di daerah virtual ataupun dunia maya, lebih jauh dapat jadi bibit- bibit konflik kedepannya. 

Perihal ini hendak menyulitkan dalam membangun pemahaman serta perspektif bersama warga untuk bersama sama membangun warga ASEAN. 

Cerminan pemberitaan media massa menimpa isu- isu hubungan Indonesia- Malaysia yang turut pengaruhi terawatnya sentimen anti satu sama lain semacam yang nampak di halaman media sosial, jadi suatu refleksi yang kembali menegaskan kita kalau proyeksi masa depan ASEAN Community 2015 masih terdapat perkara kecil tetapi lumayan mengecam. Perkara ini apabila dibiarkan hingga mustahil untuk menyatukan masyarakat ASEAN. 

Proses pembuatan komunitas ASEAN mewajibkan adanya interaksi yang aktif serta baik antara warga satu negeri dengan masyarakat negeri yang lain di ASEAN sehingga terbentuk perasaan kekitaan( we feeling) antar mereka. Adapun rekomendasi dari permasalahan tersebut adalah Mendesak pembuatan Dewan Pers ASEAN( ASEAN Press Council) dengan catatan apabila Dewwan Pers ASEAN belum tercipta. 

Alasannya, tidak dikenal secara tentu apakah Dewan Pers ASEAN telah betul- betul tercipta, sebab minimnya atensi serta pemahaman pers/jurnalis terhadap berartinya pemberitaan keberadaan lembaga pers ditingkatan ASEAN. Tetapi apabila Dewan Pers ASEAN betul- betul sudah tercipta, dorongan buat menguatkan serta mengoptimalkan eksistensi Dewan Pers ASEAN butuh dicoba. 

Mempertegas serta mengoptimalkan kedudukan, tugas serta guna Dewan Pers ASEAN untuk Mendesak terjadinya anggapan yang sama antara lembaga pers di negara- negara ASEAN, Mendesak pembuatan dewan pers nasional di negara- negara ASEAN yang lain, Mendesak bersatunya dewan pers di Asia Tenggara, Menjalakan komunikasi serta ikatan sinergis dengan ASEAN, Mendorong media lokal buat turut menolong ASEAN dalam mempromosikan bukti diri, menghasilkan pemahaman, perasaan saling terikat serta persatuan ASEAN secara aktif, Jadi jembatan kepentingan antara pemerintah serta atau warga dengan ASEAN gram. 

Turut melindungi kohesivitas regional lewat pemberitaan yang objektif serta bertanggung jawab, Mendesak Kebebasan Pers di ASEAN, Mendesak standarisasi kompetensi jurnalisme di ASEAN, Mendesak Dewan Pers ASEAN buat lekas membentuk Regulasi Pemberitaan serta membentuk lembaga spesial semacam komisi pengawasan kabar yang bertugas menegakkan ketentuan pemberitaan, dengan senantiasa menjunjung nilai- nilai demokrasi serta etika serta prinsip dasar jurnalisme dan independensi media. Mensosialisasikan regulasi pemberitaan media massa. 

Membetuk layanan pengaduan di tingkatan ASEAN lewat jaringan dewan pers nasional. Melaksanakan sosialisasi serta pembelajaran jurnalisme online kepada pengelola media online ataupun Netizen Journalism buat mewujudkan kehidupan warga internet ( online activism) yang harmonis di ASEAN  (Ramadhoan & Kurniawati, 2017)

References

junaidi Junaidi, j. (2009). Perang Bahasa Antara Indonesia dan Malaysia di Dunia Maya. Jurnal Bahasa by http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/LEKSIKA/article/view/2235, 1-2.

Ramadhoan, R., & Kurniawati, D. (2017). Ganyang Malaysia' VS 'Indon': Konstruksi Sosial Media dan Pengaruhnya Terhadap Proses Penyatuan Masyarakat ASEAN. http://setnas-asean.id/site/uploads/document/journals/file/59b0f85cd251d-30-cluster-sosbud-umm.pdf, 9-10.

Ramadhoan, R., & Kurniawati, D. (2017). Ganyang Malaysia' VS 'Indon': Konstruksi Sosial Media dan Pengaruhnya Terhadap Proses Penyatuan Masyarakat ASEAN. http://setnas-asean.id/site/uploads/document/journals/file/59b0f85cd251d-30-cluster-sosbud-umm.pdf, 14-15.

Rozi, S. (2010). Cyber Clash di Dunia Maya: Cyberwar dan Conflict Resolution Indonesia-Malaysia. Jurnal Kajian Wilayah, Vol.1, No.2,Halaman 253-276, 265-274.

Rozi, S. (2010). Cyber Clash di Dunia Maya: Cyberwar dan Conflict Resolution Indonesia-Malaysia. Jurnal Kajian Wilayah, Vol.1, No. 2 Hal. 253-276, 253-254.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun