Mohon tunggu...
Ni Made Dwi Pradnyani
Ni Made Dwi Pradnyani Mohon Tunggu... Guru IPA di SMP Negeri 1 Selemadeg

Guru IPA sekaligus mahasiswa pascasarjana yang bersemangat pada sains dan pendidikan, dengan tekad untuk terus belajar, berbagi, dan berkembang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Filsafat Pendidikan: Antara Teori dan Praktik dalam Mencetak Generasi Masa Depan

1 Oktober 2025   10:25 Diperbarui: 1 Oktober 2025   10:25 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pernahkah kita bertanya, mengapa sekolah ada? Mengapa anak-anak harus belajar matematika, IPA, Bahasa Inggris, bahkan pendidikan karakter? Sebagian orang melihat pendidikan hanya sebagai rutinitas dimana guru mengajar, murid belajar, lalu naik kelas. Namun, di balik rutinitas itu, tersimpan pertanyaan besar tentang makna pendidikan itu sendiri. Apakah sekolah sekadar tempat menjejalkan ilmu, atau sarana membentuk manusia seutuhnya?

Pertanyaan-pertanyaan semacam ini membawa kita masuk pada dunia filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan bukan hanya teori abstrak yang jauh dari kehidupan nyata. Ia adalah fondasi yang membimbing arah pendidikan dan sekaligus kompas dalam praktik mengajar di kelas. Ketika teori hanya berhenti di ruang diskusi, ia akan kehilangan nyawa. Sebaliknya, ketika praktik berjalan tanpa landasan filosofis, pendidikan bisa kehilangan arah.

Tulisan ini mengajak kita menyelami filsafat pendidikan dari dua sisi: studi teoritis yang memberi kerangka berpikir, dan studi praktis yang menuntun langkah nyata. Dengan bahasa sederhana, kita akan melihat bagaimana teori dan praktik ini bekerja sama untuk menjawab tantangan pendidikan masa kini.

Pendidikan adalah cermin dari cita-cita suatu bangsa. Namun, sering kali praktik pendidikan berjalan tanpa refleksi filosofis. Kurikulum berganti, metode pengajaran berubah, tetapi esensi pendidikan kerap terabaikan. Misalnya, kebijakan penghapusan Ujian Nasional dulu dianggap langkah maju, tetapi apakah benar telah menjawab masalah kualitas pendidikan?

Di sisi lain, ada guru yang masih berpegang pada pola "mengajar adalah mentransfer ilmu", padahal anak didik hidup di era digital yang menuntut kreativitas, kolaborasi, dan berpikir kritis. Perubahan zaman ini menimbulkan pertanyaan: pendidikan seperti apa yang kita butuhkan?

Inilah urgensinya filsafat pendidikan. Dari sisi teoritis, ia mengajak kita merenungkan apa tujuan ideal pendidikan: apakah sekadar mencetak tenaga kerja atau membentuk manusia bijak dan bermoral? Dari sisi praktis, filsafat pendidikan memberi panduan nyata: bagaimana mengajar, apa yang harus ada dalam kurikulum, dan bagaimana menghadapi dilema moral di sekolah.

Dengan melihat filsafat pendidikan secara teoritis dan praktis, kita bisa lebih memahami mengapa pendidikan tidak boleh berhenti hanya pada "apa yang diajarkan", tetapi harus menjawab "mengapa" dan "untuk apa".

1. Filsafat Pendidikan sebagai Studi Teoritis

Studi teoritis dalam filsafat pendidikan ibarat akar pohon. Ia tidak selalu tampak, tetapi menopang seluruh batang, ranting, dan daun. Studi ini mengkaji hakikat manusia, pengetahuan, dan nilai yang mendasari pendidikan

Ciri-cirinya:

  • Spekulatif: berani membayangkan pendidikan ideal.

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun