Mohon tunggu...
Nilla Harzah
Nilla Harzah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya adalah Mahasiswa Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Seni

Mahasiswa Universitas Brawijaya Angkat Kisah Perajin Batik dalam Podcast Bersama Ibu Mul

14 September 2025   15:04 Diperbarui: 14 September 2025   15:14 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wonomulyo - Dalam upaya untuk membawakan warisan budaya melalui platform modern, Mahasiswa KKN Universitas Brawijaya menghadirkan podcast yang mengangkat kisah perajin batik lokal, Senin (28/07/25). Dalam episode perdana ini, mereka mewawancarai Sri Mulyati atau yang kerap disapa dengan panggilan Bu Mul, sebagai seorang pengrajin batik lokal desa Wonomulyo yang telah bertahun-tahun melestarikan batik dengan metode tradisional. 

Podcast ini dibuat sebagai bentuk dokumentasi sekaligus upaya memperkenalkan batik kepada audiens yang lebih luas, khususnya generasi muda. Bu Mul menceritakan pengalamannya menekuni batik, awal mula perjalanannya yakni dari mengikuti pelatihan membatik di Kepanjen. Bu Mul mengakui ia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi akan membatik, bahkan setelah pelatihannya selesai Bu Mul tak membiarkan hal itu terhenti sampai disitu, ia mulai mempraktikkannya sendiri di rumah. 

"Saya kan habis itu terus penasaran gitu loh, terus ada pelatihan di PLUT, kalau ada pelatihan saya ikut gitu. Terus, saya asah sendiri di rumah. Apa ya, bikin bikin, belajar sendiri di rumah. Ya bikin pola, mulai dari awal yang saya pelajari PLUT itu saya terapkan di rumah, gitu." ujar Bu Mul. 

Dalam perbincangan, Bu Mul juga menjelaskan tahapan membuat batik tradisional secara sederhana. Diawali dengan mendesain gambar menggunakan pensil di kain mori. Lalu dilanjutkan dengan mempertegas desain dengan malam cair menggunakan canting. Setelah cukup kering, kain bisa diberi warna sesuai yang diinginkan. Kain kemudian dijemur dibawah terik matahari, jika cuaca cerah, pengeringan tidak akan memakan waktu lama. Setelah kering, kain akan melalui proses lorod, yaitu mencuci malam yang kering dari kain dan merebus kain untuk meluruhkan sisanya. 

Bagi Bu Mul, setiap tahap mengandung nilai kesabaran dan ketekunan.

"Kalau saya itu lebih cenderung ke apa ya, luapan perasaan saya itu... Kalau unek-uneknya itu ya mungkin itu mbak. Diajak mbatik itu loh, orang kadang masih apa, lihat kain sudah ada motif gitu kadang sudah males udah pusing. Padahal kalau saya itu tantangan, bisa nggak menyelesaikan satu kain gitu. Kalau membatik itu harus sabar mbak, harus telaten." lanjutnya.

Terakhir, Bu Mul menyampaikan harapan besarnya agar lebih banyak lagi yang berminat terhadap batik. Melalui podcast ini, ia percaya bahwa memperkenalkan proses membatik kepada generasi muda akan dapat menumbuhkan rasa keingintahuan mereka. 

"ya kan di desa saya ini cuma saya, pengennya itu ya tumbuh generasi muda gitu loh mbak. Biar nggak cuma saya tok, saya ingin anak-anak muda itu bisa mengikuti belajar membatik. Melestarikan budaya kita loh mbak, gitu." tutup Bu Mul.

[nhy]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun