Mohon tunggu...
Niken Nawang Sari
Niken Nawang Sari Mohon Tunggu... ibu rumah tangga

ibu rumah tangga yang suka baca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mau Study Tour? Yuk Belajar Dulu dari Kecelakaan Maut di Subang

16 Mei 2024   12:25 Diperbarui: 16 Mei 2024   19:00 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber :rmoljabar.id

Sejak beberapa hari terakhir, lini masa media sosial banyak membahas tentang kasus kecelakaan bus di Subang. Bus Trans Putera Fajar yang membawa rombongan SMK Lingga Kencana, Depok ini mengalami kecelakaan di Kawasan Ciater, Subang pada hari Sabtu 11 Mei 2024 dan menewaskan 11 orang. Karena adanya kecelakaan tersebut, PJ Gubernur Jawa Barat menerbitkan SE yang memperketat izin study tour keluar kota. Keptusan ini kemudian diikuti oleh beberapa pejabat lainnya di wilayah masing-masing. 

Namun, keputusan tersebut justru menimbulkan polemik di berbagai kalangan. Ada yang menganggap bahwa keputusan tersebut tidak tepat, karena yang bermasalah busnya bukan study tournya. Tetapi ada juga yang setuju dengan adanya larangan study tour keluar daerah karena dinilai terlalu makan banyak biaya. Pokoknya kalau mau seru-seruan nyimak aja cuitan netizen di X deh!

Menikmati keseruan "baku -hantam" di X setelah kecelakaan study tour siswa SMK Lingga Kencana di Subang, membuatku jadi ingin berkicau juga. Kebetulan sudah lama nggak nulis di Kompasiana. Sebenarnya aku netral saja dengan kegiatan study tour keluar kota, namun beberapa pengalaman buruk cukup memberikan kesimpulan bahwa sebenarnya kegiatan ini nggak penting-penting amat. Kenapa?

Memberatkan Keuangan Keluarga

Karena kegiatan study tour menurut pendapat pribadiku sebenarnya kegiatan yang cukup memberatkan dari sisi ekonomi. Ya maklum, aku dr keluarga yang kurang mampu, sekolah aja dibantu dibiayain simbah. Jadi bisa ngerasain gimana susahnya orang tua/wali murid/bahkan muridnya sendiri harus mengumpulkan uang lebih keras lagi hanya untuk bayar study tour. Padahal mungkin uang dengan nominal tersebut bisa digunakan untuk kepentingan yang lebih prioritas seperti bayar SPP, uang gedung sekolah, cari tempat magang, atau bisa disimpan untuk biaya sekolah selanjutnya.

Pengalamanku mengikuti study tour semasa duduk di bangku SMA di tahun 2000-an, dari Jogja ke Pulau Bali dengan biaya sekitar 500.000 rupiah dan bisa dicicil beberapa kali. Sebenarnya aku tidak ingin ikut karena paham dengan kondisi keuangan keluarga. 

Namun jika tidak ikut, sering ditakut-takutin nanti ijazahnya nggak keluar, dikucilkan teman dan sebagainya. Akhirnya mau tidak mau ikut study tour ke Bali dengan uang saku recehan sebesar 30.000 rupiah. Pengen nangis? Iya, pastinya!

Masalah tidak berhenti setelah bayar study tour dan punya uang saku buat berangkat, selesai study tour pun aku dan teman-teman masih disibukkan dengan laporan hasil karya wisata yang tentu butuh money money money buat ngeprint, jilid dan sebagainya. Apalagi kalau dapat kelompok yang nggak kompak, udah tambah pusing aja deh bikin laporannya.  

Waktu singgah di Bali, kaca bus yang aku tumpangi hampir pecah di bagian depan, kaca single glass yang besar itu, hampir pecah entah karena apa. Tetapi untungnya tidak sampai pecah berantakan mengenai para siswa. Tapi tetap saja membuatku overthinking mengenai keselamatan dalam perjalanan.

Oh iya, tentu pengalaman ini akan berbeda jika yang menuliskan siswa kaya raya dengan unlimited money ya. Hehe

Menambah Wawasan Tidak Melulu Dengan Study Tour

Banyak yang bilang study tour itu untuk menambah wawasan, tapi yang aku rasakan tidak seperti itu. Justru study tour di sekolahku dulu adalah ajang gengsi, ajang kekompakan, intinya biar "kelihatan" kompak.

Kalau hanya menambah wawasan bisa dengan berbagai macam cara, misalnya main ke museum di sekitar tempat tinggal juga bisa buat belajar dan menambah wawasan.

Study tour tuh hanya salah satu cara untuk menambah wawasan saja, bukan all in ya. Jadi tidak seharusnya diwajibkan. 

Bahkan, ada seorang teman yang bilang study tour itu study-nya hanya sekian persen, yang paling banyak porsinya justru tour-nya. Ya kalo mau tour ikut open trip aja. 

Yuk Belajar dari Kecelakaan Maut di Subang

Kegiatan study tour ke kota lain menggunakan bus sudah seharusnya menjadi evaluasi dari berbagai pihak seperti Kemenhub yang harus meneggakkan aturan tentang operasional bus dengan setegak-tegaknya demi mengutamakan keselamatan pengguna transportasi tersebut. 

Kemudian, PO Bus bertanggung jawab dengan kelayakan kendaraan yang mereka sediakan, tidak asal bus bisa jalan doang tapi benar-benar dirawat dan layak beroperasional. 

Selain itu, pihak sekolah tidak perlu memaksakan study tour kepada siswa, mengkaji ulang manfaat study tour dan benar-benar dipersiapkan dengan matang. Aku tidak menuntut guru bisa uji kelayakan bus lho ya, kan ada Kemenhub yang seharusnya bertanggung jawab tentang hal tersebut. Tetapi setidaknya pihak sekolah mempersiapkan semuanya dengan matang-matang, tidak mengikuti keinginan segelintir pihak yang sangat menginginkan study tour.

Terakhir untuk kita semua, tidak perlu menjadikan study tour sebagai ajang gengsi, ajang kekompakan dan memaksakan keinginan kepada orang lain karena tidak semua orang ada di tingkat ekonomi yang sama, yang uangnya bisa membeli "kekompakan" di mata orang lain. Mau ikut study tour monggo silahkan, tidak ikut study tour juga tidak apa-apa, tapi tidak perlu dikucilkan karena beda pendapat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun