Akar hermeneutika Dilthey tidak hanya epistemologis, tetapi juga aksiologis. Ia berangkat dari kesadaran bahwa ilmu tanpa nilai hanyalah mekanisme kosong. Dalam akuntansi, nilai menjadi jantung kehidupan ilmiah.
Nilai (Lebenswert) yang dimaksud bukan sekadar efisiensi ekonomi, tetapi kebaikan hidup: kejujuran, keseimbangan, dan tanggung jawab sosial. Ketika akuntansi dijalankan tanpa nilai, ia kehilangan legitimasi moralnya. Sebaliknya, ketika ia disertai nilai, akuntansi menjadi bahasa etika kehidupan, tempat manusia menulis komitmen moralnya kepada sesama.
HOW - Bagaimana Hermeneutika Diterapkan dalam Akuntansi?
Menafsir Angka sebagai Teks Kehidupan
Dalam pandangan hermeneutik, laporan keuangan adalah teks yang harus dibaca, bukan hanya dihitung.
Neraca bisa ditafsir sebagai simbol keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Laporan laba rugi dapat dibaca sebagai narasi perjuangan manusia melawan risiko.
Laporan arus kas menceritakan dinamika hidup antara stabilitas dan ketidakpastian.
Menafsir angka berarti menyingkap makna di baliknya. Dengan cara ini, akuntansi tidak berhenti pada data, tetapi menjadi refleksi moral dan eksistensial.
Akuntan dan Peneliti sebagai Penafsir (Interpreter)
Dalam paradigma hermeneutik, akuntan dan peneliti bukan sekadar pengamat, tetapi penafsir. Mereka membaca dunia ekonomi dengan kesadaran historis dan moral.