Sebelum menikah, suami saya tidak terbiasa makan pagi atau sarapan. Orang tuanya dua-duanya bekerja, ia tinggal bersama adik dan bibinya. Namun memang, keluarga mereka tidak terbiasa sarapan seperti keluarga saya.Â
Cukup aneh memang, bahkan saat pertama kali menjadi istri dari suami saya, dan saya berperan sebagai seorang menantu. Pada minggu-minggu pertama beradaptasi, sangatlah sulit karena saya terbiasa menemui makanan, membuat makanan, dan makan di pagi hari. Saat pindah ke keluarga mertua, tidak sarapan adalah hal yang asing bagi saya.Â
Bukan hanya sarapan, tapi jam-jam makan yang lain pun, serba tidak bersamaan. Semua anggota keluarga jarang sekali makan bersama, kecuali jika ada momen-momen yang sengaja dibuat untuk berkumpul. Seperti makan nasi liwet, atau di momen Ramadan seperti sahur dan buka puasa.
Selebihnya dari itu, semua anggota keluarga boleh makan lebih dulu, atau nanti saja sesuai dengan porsi kegiatan, waktu, dan keinginan masing-masing.Â
Kebetulan, karena saya adalah perempuan dan akan menjadi ibu, saya sendiri mencoba menerapkan kebiasaan di jam makan. Baik itu sarapan, makan siang, atau makan malam. Karena di rumah Ayah, saya dibiasakan untuk makan dan berkumpul bersama keluarga.
Setelah disadari, ternyata kebiasaan itu bisa membantu saya mengontrol diri dari segi pikiran, emosi, dan sikap terhadap orang tua. Memiliki bounding dan kedekatan, serta saya mendapatkan pendidikan lebih soal kepercayaan diri saya yang lebih baik.Â
Karena saya sudah sedari kecil merasa mempunyai ruang berbicara, dan keluarga yang bisa mendengar saya. Saya bebas menceritakan apa saja, karena orang tua saya juga antusias mendengarkan cerita saya.
Perlahan setelah diterapkan di keluarga kecil saya suami saya ternyata menyukai hal itu. Karena menurutnya, selain keluarganya tak berkumpul saat makan. Ia juga menemukan alasan tentang kehilangan ruang berceritanya sebagai anak.Â
Setelah tiga tahun kami menjalani kehidupan berumah tangga, kami mampu menerapkannya, bahkan suami menyadari polanya. Saya dan anak menunggu jika ia belum selesai dengan pekerjaannya, betipun ia yang mengajak kami berdua jika jam makan tak kunjung berkumpul di meja.Â
Membangun Kontak dengan Pasangan
Sarapan menjadi cara saya dan suami mengawali dan membangun hari. Sarapan kami, biasanya diawali dengan nasi dan telur atau jika sedang ada yang menjajakan serabi, kami beli serabi. Biasanya setelah makan kami bercanda dan membicarakan banyak hal tentang hari itu, tentang rencana ke depan, dan banyak bahasan lainnya.Â