Mohon tunggu...
Siti Kurniati
Siti Kurniati Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

menulis, merupakan generasi qurani

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Keysa

19 Februari 2018   12:02 Diperbarui: 19 Februari 2018   12:15 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pulang sekolah, aku melewati rumah Keysa, tetangga sekaligus sahabatku. Dia baru kelas 2 SD. Badannya jangkung hampir sejajar denganku yang sudah kelas 4 SD. Dia pun memiliki kulit putih,  berambut panjang, berhidung mancung, dan bermata bening.

Saat aku lewat depan rumahnya siang itu, dia sedang  duduk sendirian di pinggir kolam ikan yang ada di rumahnya. Di tangannya sebatang lidi dicelup-celupkan ke kolam ikan yang banyak ikan mujair dan ikan mas merah kesayangannya. Sesekali air kolam memercik wajahnya. Keysa hanya tersenyum lucu.

"Keeyy, lagi mancing?" tanyaku.
"Eh, Reza. Sini masuk. Baru pulang yah. Aku mah udah dari tadi" jawabnya sambil menghampiriku. "Mau ngajarin aku naik sepeda?" tanyanya lagi.
"Nanti aja. Sekarang aku pulang dulu ya" balasku.
"Nanti sore? Jam berapa? Aku tunggu ya" lanjutnya.
"Hmmm, bolehlah" kataku sambil bergegas  pulang.

Kasihan Keysa. Selalu terlihat sendiri. Kemana ya Bu Diahnya? Sepanjang jalan menuju rumah, aku bertanya-tanya dalam hati.

Rumah Keysa selalu nampak sepi. Oh ya, Keysa anak tunggal. Ayah bundanya kerja. Sehari-hari dia ditemani Bu Diah yang  membantu semua kebutuhan di rumahnya.

***

Sore ini hujan agak deras diiringi petir dan angin yang bertiup kencang. Saking kencangnya, tiupan angin itu merobohkan pohon pisang yang ada di depan rumahku. Lalu, tanah bekas pohon pisang itu ditanam, terbawa air hujan. Dan, menjadikan jalanan depan rumahku, banjir lumpur.

Meski hujan agak deras, angin dan petir saling bersahutan, namun hanya sebentar. Rerintiknya masih tersisa. Awan hitam yang memayungi rumahku, perlahan beranjak pergi bergantikan awan putih. Langit pun kembali cerah.

Aku baru selesai mengerjakan PR bahasa Indonesia dan kulanjutkan dengan mandi sore. Teringat janjiku pada Keysa, tetanggaku sekaligus sahabatku, untuk menemaninya belajar naik sepeda.

Aku minta izin pada ibu untuk menjemputnya. Namun, ibu tak mengizinkan, karena hujan baru saja reda. Angin pun sesekali bertiup agak kencang. Lirih suara petir pun tiba-tiba menyapa. Sepertinya ibu cemas jika aku harus keluar rumah.

Lalu aku menelepon Keysa untuk memberi tahu bahwa aku nggak bisa menemaninya belajar naik sepeda. Namun ternyata, dia sedang menungguku di teras rumahnya. Dia bilang akan pergi ke rumahku. Tapi hujan keburu turun. Akhirnya, dia menunggu hujan reda. Apalagi di rumahnya dia sendirian. Ayah bundanya belum pulang dari tempat kerja. Mungkin terjebak hujan juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun