Agama Hindu memiliki pandangan yang sangat mendalam mengenai eksistensi manusia. Tidak hanya dipandang sebagai makhluk fisik, manusia menurut Hindu juga merupakan entitas spiritual yang hakikat sejatinya adalah Atman, percikan kecil dari Brahman yang abadi. Dari sinilah muncul kesadaran bahwa manusia bukan sekadar jasad, melainkan bagian dari alam semesta sekaligus bagian dari Tuhan. Untuk memahami posisi manusia dalam kosmos, Hindu menghadirkan ajaran tentang hakikat manusia yang erat kaitannya dengan Panca Sradha, yakni lima keyakinan pokok umat Hindu.
Artikel ini akan mengulas secara mendalam mengenai hakikat manusia dalam perspektif Hindu, tujuan hidup yang ingin dicapai, hingga bagaimana Panca Sradha menjadi landasan spiritual yang membentuk kepribadian manusia berlandaskan dharma.
Dalam kajian umum, manusia sering didefinisikan sebagai makhluk yang berakal budi. Kata “manusia” berasal dari bahasa Sanskerta manu dan bahasa Latin mens, yang sama-sama berarti berpikir. Keistimewaan manusia dibanding makhluk lain adalah kemampuan berpikir, bernalar, dan membedakan baik dan buruk.
Manusia disebut sebagai makhluk monopluralistik: di satu sisi ia individu dengan ciri khas fisik dan kepribadian, di sisi lain ia juga makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan sesamanya. Kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari keberadaan orang lain, karena dalam kebersamaanlah nilai-nilai kemanusiaan dapat tumbuh.
Sebagai individu, manusia memiliki tiga perangkat utama: raga (tubuh fisik), rasa (perasaan untuk menangkap pengalaman), dan rasio (akal untuk berpikir). Namun manusia juga perlu menjalin rukun atau hubungan sosial yang harmonis dengan sesamanya. Dengan begitu, manusia bisa berkembang sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang utuh.
Ajaran Hindu menempatkan manusia pada kedudukan istimewa. Manusia bukan hanya tubuh jasmani, tetapi juga roh yang menghidupi badan. Roh itu disebut Atman, percikan dari Tuhan. Tanpa Atman, tubuh hanyalah jasad tanpa kehidupan.
Konsep tentang manusia dijelaskan melalui Tri Sarira, yaitu tiga lapisan tubuh:
Stula Sarira (badan kasar) – tubuh fisik yang dapat dilihat dan dirasakan. Tubuh ini bersifat sementara, lahir, tumbuh, menua, lalu mati.
Suksma Sarira (badan halus) – lapisan batin berupa pikiran, perasaan, dan ingatan (citta). Bagian ini membentuk watak dan kepribadian seseorang.
Antah Karana Sarira (badan penyebab) – inti terdalam berupa Atman, yang memberi kehidupan sekaligus tujuan spiritual manusia.
Hindu juga memandang manusia sebagai mikrokosmos (bhuana alit), cerminan dari alam semesta sebagai makrokosmos (bhuana agung). Unsur yang ada di tubuh manusia sama dengan unsur di alam: tanah (tulang), air (darah), api (suhu tubuh), udara (pernapasan), dan ruang (kesadaran). Kesadaran ini menuntun manusia untuk menjaga keharmonisan dengan alam, karena kerusakan alam sama artinya dengan merusak diri sendiri.