Mohon tunggu...
Dwi Suparno
Dwi Suparno Mohon Tunggu... Administrasi - Pejuang Receh

Kuli pabri..Bisa ditemui di nfkaafi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Inilah Keganjilan Bisnis LPG

20 Mei 2015   23:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:46 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14321385581568899112

Beberapa hari yang lalu,akun facebook saya di mention oleh kompasianer Arif L Hakim yang menginformasikan berita dengan judul Keganjilan Bisnis LPG yang di upload oleh kompasianer senior Bpk Faisal Basri yang menjadi headline tanggal 15 Mei 2015 kemarin.Disini saya hanya ingin memberi tambahan informasi saja bahwa apa yang di sampaikan oleh Bpk Faisal Basri tersebut, terutama tentang permainan dalam bisnis LPG tersebut sepertinya benar adanya.Saya copas saja artikel yang dimaksud dibawah ini :

"Tim memperoleh informasi dan dokumen yang menunjukkan tarif filling fee untuk SBPE sebesar Rp 300 per kg sejak muncul bisnis ini sampai sekarang. Usut punya usut, terjadi permainan dalam bisnis LPG 3 kg ini.

Oknum Pertamina dan seluruh pelaku bisnis LPG 3 kg membagi-bagi rente dalam bentuk sisa LPG. Setiap tabung kosong sebetulnya masih menyisakan sekitar 5 persen sampai 10 persen LPG. Namun Pertamina menghitung setiap tabung yang kosong tetap diisi penuh 3 kg. Bayangkan berapa juta tabung setahun."

Nah,ceritanya sekitar akhir tahun yang lalu (mohon dikoreksi kalau saya salah mas Arif) sewaktu saya,mas Arif L Hakim dan mas Hendra Wardhana lagi nongkrong di sebuah warung angkringan di Alun Alun utara Yogyakarta,saya menceritakan tentang seluk beluk bisnis LPG.Tema obrolannya waktu itu ya seputar LPG,apalagi sebelumnya saya beserta 9 kompasianer lainnya berkesempatan mengunjungi kapal VLGC milik Pertamina di Situbundo.

Waktu nongkrong di angkringan tersebut saya bercerita bahwa setiap tabung LPG kosong yang kita serahkan ke agen untuk diisi ulang sebenarnya didalamnya masih terdapat sisa gas yang tidak bisa naik/keluar.Kenapa bisa seperti itu?Ya bisa saja...Jawabannya kembali lagi kita kebelakang.Seperti yang kita ketahui bersama komposisi isi gas yang dikemas dalam tabung LPG ada 2 yaitu Propane dan Butane. Sebelum kasus ledakan gas elpiji merajalela dimana,komposisi isi kedua bahan tersebut adalah 60% Propane dan 40 Butane.Setelah banyaknya kasus ledakan tersebut,komposisi isi gas dalam tabung LPG mulai berubah,60% Butane dan 40 % Propane.Perubahan komposisi ini diperkirakan mulai dipasarkan awal Agustus 2010.Perubahan tersebut disinyalir untuk mengurangi bahaya ledakan yang diakibatkan kebocoran gas LPG ukuran 3 Kg yang waktu itu diberitakan terjadi dimana-mana.

Pertanyaannya,dengan perubahan komposisi tersebut,rugikah Pertamina?Rugikah kita sebagai konsumennya?Pertanyaan selanjutnya,jika benar diubah komposisinya, mengapa Pertamina tidak menginformasikan ke publik sesuai amanat UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik?

Siapa yang dirugikan?

Nah,kembali ke mentionnya pak Arif L Hakim tadi di facebook yang menyebutkan bahwa saya weruh sakdurunge winarah (tahu sebelum oranglain tahu--sakti bener saya ya...) sebenarnya tidak benar juga.Apa yang disampaikan oleh Pak Faisal Basri tersebut tentang bagi bagi rente dalam bentuk sisa gas,pernah juga disampaikan oleh Bpk Agus Pambagio,seorang pengamat Pemerhati Kebijakan Publik dan Perlindungan Konsumen.Beliau pernah menulis tentang hal ini pada tanggal 29 September 2010 jam 09.02 WIB di sebuah forum online dengan judul Elpiji Kok Dibuat Mainan.Silahkan klik link-nya disini.

Dalam artikelnya tersebut,Bpk Agus Pambagio menceritakan secara kronologis yang diawali kecurigaan temannya tentang kualitas gas elpiji kemasan 12 Kg.Pertama,api tidak sebiru biasanya. Kedua, ketika akan mengganti tabung gas yang sudah kosong,saat mengocok-ngocok terdengar suara gemericik di dalam tabung.(Saya pernah konfirmasi hal ini dengan Bpk Marlo,pejabat Pertamina yang mengantar rombongan kompasianer ke kapal VLGC di Situbundo.Jawaban beliau bahwa suara gemericik di dalam tabung tersebut karena ada kotoran didalam tabung)

Ditulis juga dalam artikel tersebut bahwa dengan komposisi gas Propane-Butane 60:40 tidak mempengaruhi daya tahan tabung elpiji baik kemasan 3Kg maupun 12 Kg.Apalagi komposisinya berubah menjadi Propane-Butane 40:60. Biar lebih jelas saya copaskan saja tulisannya Bpk Agus Pambagio ini.Yang bertanda kurung dan huruf miring tambahan dari saya.

"Memang benar semakin tinggi komposisi Butane maka tekanan gas dalam tabung juga semakin rendah. Tekanan Propane akan turun sekitar 1,6 bar jika komposisi Propane diubah dari 60% (6,7 bar pada temperatur 32 derajat C) ke 40% (5,1 bar pada temperatur 32 derajat C). Pertanyaannya berapa daya tahan tabung elpiji 12 Kg?

Sesuai dengan yang tertulis di tabung 12 kg, tabung tersebut didesain sanggup menahan tekanan sampai 31 bar (449.617 psi). Ini sesuai dengan spesifikasi tabung lpg baja 12 kg (26.2 liter W.C) yang dikeluarkan oleh pihak Pertamina pada tahun 2005.Dimana didalamnya mencantumkan uji ketahanan ekspansi volume tetap dimana tabung lpg 12Kg harus tahan terhadap tekanan air sebesar 31 kg/cm2 selama 30 detik dan tidak mengalami ekspansi volume melebihi 10% dari volume totalnya.Jadi meskipun komposisi Propane 60%, tabung masih sanggup menahannya, tidak meledak. Lalu mengapa komposisi harus diubah?

Sumber lain menyatakan bahwa komposisi 50% Propane, tekanan pada suhu 32 derajat C hanya sebesar 104 psi (7.17 bar).Sedangkan dengan komposisi Propane 70%, tekanan pada temperatur 32 derajat C sebesar 134 psi (9.239 bar). Sehingga jika di prorata maka dengan komposisi 60% Propane pada temperatur 32 derajat C, tekanannya 119 psi (8.204 bar).

Tekanan tersebut masih di bawah yang dipersyaratkan oleh Dirjen Migas melalui Surat Keputusan No. 25K/36/DDJM/1990 tentang Pengaturan Spesifikasi Elpiji yang Beredar di Masyarakat, yaitu 120 psi (8.274 bar).Lalu mengapa komposisinya harus diubah kalau masih di bawah tekanan maksimum yang diatur oleh SK Dirjen Migas tersebut? Apa maksud Pertamina melakukan perubahan komposisi?

Menurut pendapat para ahli kimia dan gas di Indonesia,nilai atau kadar kalori (panas) Butane memang lebih rendah dibandingkan dengan Propane. Sehingga semakin rendah komposisi Propane maka nyala api akan semakin tidak sempurna, tampak kemerah-merahan, dan panas yang dihasilkan juga berkurang. Akibatnya untuk memasak konsumen memerlukan waktu lebih lama dan pada akhirnya diperlukan elpiji lebih banyak.

Kerugian lain yang akan diterima oleh konsumen adalah dengan dinaikkannya komposisi Butane dari 40% menjadi 60% dan menurunkan Propane dari 60% menjadi hanya 40% akan sering menyisakan gas Butane yang tidak bisa terbakar di dalam tabung. Kondisi ini terjadi karena tekanan Butane lebih rendah dari Propane sehingga gas tidak bisa keluar dari tabung. Sisa Butane dalam tabung diperkirakan masih ada sekitar 10%.(Apa yang disampaikan oleh Bpk Faisal Basri diatas mendapat pembenarannya).

Dengan sisa gas dalam tabung,jika tabung dikembalikan ke agen dan diisi ulang maka gas baru yang masuk ke dalam tabung hanya 90%. Jelas ini merugikan konsumen,dengan harga tetap sama tetapi gas yang akan terbakar kurang dari 100% atau bahkan kurang dari 90% karena adanya penumpukan Butane di dalam tabung hasil pengisian sebelumnya. Bayangkan, konsumen membayar untuk harga gas sebanyak 12 kg, namun yang bisa dibakar untuk memasak hanya sekitar 9,5 kg.

Di sisi lain, Pertamina atau Pemerintah mendapatkan keuntungan dengan adanya sisa Butane di dalam tabung. Karena ketika masih ada sisa Butane sekitar 10% dalam tabung dan tabung dikembalikan ke agen, maka agen Pertamina hanya mengisi sekitar 90%-nya saja (sekitar 10,8 kg untuk tabung 12 kg atau 2,7 kg untuk tabung 3 kg). Namun dijual ke konsumen dengan harga full 12 kg. Jadi Pertamina untung 1,2 kg/tabung isi 12 kg atau 0,3 kg/tabung 3 kg.Belum lagi karena rendahnya nilai kalori dari Butane maka konsumen akan memerlukan elpiji lebih banyak".

Demikian,semoga bisa menambah informasi terkait tulisan dari Bpk Faisal Basri tersebut.

Salam Damai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun