Gunakan kertas skala rasa (1-5) untuk menilai makanan baru. Bahkan, anak bisa berperan menjadi kritikus makanan cilik dengan papan skala rasa sederhana. Ini membuat momen makan jadi penuh rasa ingin tahu, bukan tekanan.
Dampak:
Mengurangi kecemasan anak terhadap makanan baru karena pendekatannya fungsional, bukan instruktif.
“Anak-anak akan lebih terbuka pada makanan ketika rasa ingin tahunya ditumbuhkan, bukan ketakutannya yang dimarahi.”
2. Gadget: Alat Bantu Edukasi, Bukan Musuh
Melarang gadget tanpa edukasi ibarat menyimpan pisau di laci tanpa mengajari anak cara memegangnya. Psikologi inversi justru memanfaatkan gadget secara intensional.
Contoh Implementasi:
"Food Detective Challenge": dengan menggunakan gadget minta anak mencari info fakta nutrisi makanan di piringnya, misal: "cari info tentang vitamin dalam wortel. Atau ajak anak memotret makanannya sebelum dimakan sebagai seni visual sebelum sensasi rasa.
"Foto Makanan Kreatif": Izinkan anak memotret makanan sebelum dimakan sebagai dokumentasi seni, lalu gadget disimpan.
Dampak:
Anak belajar memisahkan fungsi gadget sebagai alat edukasi vs. hiburan, sekaligus merasa dihargai. Diharapkan cara ini bisa meningkatkan gairah nafsu makan anak.