Mohon tunggu...
Johar Dwiaji Putra
Johar Dwiaji Putra Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai

Alumni Ilmu Komunikasi. PNS dan staf Humas.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Setelah Saracen dan MCA, Lalu Apa Lagi?

3 Maret 2018   10:54 Diperbarui: 4 Maret 2018   11:21 1255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Enam orang anggota kelompok MCA, ditangkap polisi. Source: inews.id

Salah satu berita 'berat' yang mengemuka beberapa hari belakangan adalah ditangkapnya kelompok Muslim Cyber Armyatau MCA. Kalau kudengar dari banyak media, bahkan namanya terkesan kekeluargaan, yaitu The Family MCA.Namun kali ini, tak perlu membahas redaksional namanya. Cukup membicarakan sepak terjang kelompok yang bikin geleng-geleng kepala ini.

Ya, baru-baru ini kepolisian berhasil menciduk yang namanya Muslim Cyber Army. Sebuah kelompok yang dinyatakan sebagai gerombolan jahat. Gerombolan yang patut untuk diberangus. Bagaimana tidak jahat...? MCA diketahui telah berlaku sistematis untuk menyebar berita bohong alias hoaks. Hoaks-nya nggak main-main lagi! Hoaks seputar isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Ckckckckkk. Mendengar isu sara saja sudah amat supersensitif. Apalagi jika isu ini dijadikan bahan untuk memproduksi hoaks. Kelompok MCA ini tak hanya membuatku mengelus dada. Tetapi membuatku menggeram karena saking gemasnya. Gemas ingin kukremus-kremustulang-belulang para dedengkot MCA itu. Duuhh..., tenang. Ini cuma ungkapan retoris belaka. Aku masih manusia normal. Bukan seperti Sumanto.

Lanjut ke perkara MCA. Dari banyak respon yang kubaca di berbagai linimasa media sosial, banyak yang geram dengan ulah MCA. Kelompok penyebar hoaks dan konten berisi kebencian ini, dengan pongahnya menggunakan kata 'Muslim' sebagai identitas mereka. Hal inilah yang memancing protes dari sebagian warganet. Protes ini sangat beralasan. Karena ungkapan Muslim telah dipergunakan untuk melakukan hal-hal negatif. Melakukan perbuatan yang nyata-nyata mencoreng nama Muslim itu sendiri.

Kalau bagiku pribadi, MCA adalah penista agama yang sesungguhnya. Yes, they're real bastard!Aduuhh..., tunggu. Sejak kasus yang menimpa Basuki Tjahaja Purnama, istilah 'penista agama' menjadi booming.Menjadi amat populer. Dikit-dikit ngomong penista. Dikit-dikit koar-koar menistakan agama. Huufftt..., capek!

Kelompok MCA bagiku tak ubahnya seperti para teroris yang menabrakkan pesawat ke gedung WTC. Ya, bagiku MCA telah membajak istilah 'Muslim', dan dipergunakan untuk kepentingan mereka sendiri.

Kuakui, aku bukanlah seorang Muslim yang mempunyai ilmu yang tinggi. Tetapi, apa yang dilakukan oleh gerombolan MCA itu, pantaskah mereka menyebut diri mereka seorang Muslim...? Memproduksi hoaks dan konten kebencian, lalu disebarkan untuk menciptakan kegaduhan di tengah masyarakat. Itukah seorang Muslim? Seperti itukah Islam? I guess not.Dan kurasa, setiap agama juga mengajarkan perilaku humanis. Perilaku yang menghargai sesama makhluk. Sesama manusia.

Baiklah. Sebelum tulisan ini semakin berat dan aku semakin ngglambyarkemana-mana, aku memiliki satu pertanyaan yang terbersit di benak. Sebuah pertanyaan yang akhirnya membuatku tergerak untuk menulis artikel ini.

Setelah tahun lalu ada kelompok Saracen, dan barusan terkuak kelompok MCA, terus bakal ada kelompok apa lagi...? Bakal muncul penjahat siapa lagi? Kok sepertinya hilang satu tumbuh seribu. Ketika ada satu kelompok penyebar hoaks berhasil diciduk, rupanya tak serta-merta menghentikan aksi serupa. Bakal ada lagi, cecunguk-cecunguk yang menjalankan hal serupa. Mengarang-ngarang berita yang bersentuhan dengan isu sara, lalu di-blastsedemikian rupa.

Semoga anggapanku itu tidak terjadi. Semoga seluruh lapisan masyarakat aman, sentosa, dan bisa berpikir jernih untuk menanggapi berbagai konten yang berseliweran tiada henti. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun