Mohon tunggu...
Roneva Sihombing
Roneva Sihombing Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Penyuka kopi, gerimis juga aroma tanah yang menyertainya. Email: nev.sihombing@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Call It Love": Berhadapan dengan Pengkhianatan

21 Maret 2023   09:29 Diperbarui: 21 Maret 2023   09:45 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu ini, aku mulai nonton drama ongoing Call It Love. Mulainya, seh, sudah sejak beberapa minggu yang lalu. Tayangan drama ini muncul dengan warna yang didominasi coklat pudar di latar belakang. Aku sempat mengira drama ini sedang mengambil tema waktu di masa lampau, entah tahun 60an atau tahun 80an. Ternyata, bukan. Nuansa sinematografi chrom yang menonjolkan warna-warna gelap, baik abu-abu, coklat dan hitamlah yang kental terlihat.

Warna-warna suram ini saja sudah menimbulkan rasa sesak di dada ketika bernafas. Seolah-olah kehidupan suram sedang ada di depan mata. Apalagi melihat kehidupan tokoh-tokohnya yang berjuang untuk mendapatkan alasan tersenyum dan menikmati hidup.

Banyak kali adegannya menampilkan kesendirian tokoh-tokoh utamanya. Makan sendirian, belanja sendiri, Punggung yang lelah, membosankan dan kesepian seolah menunjukkan betapa putus asanya mereka mencoba bertahan.

Drama ini mengambil tema pengkhianatan; bagaimana berhadapan dengan pengkhianatan dan pelaku pengkhianatan. Pengkhianatan yang dilakukan justru oleh orang-orang yang sangat dekat. Entah dalam skala besar maupun skala kecil, betapa merusaknya dampak pengkhianatan tersebut, bisa dilihat pada drama ini.

Dalam drama ini, hal-hal tersebut dialami Dong Jin dan Woo Joo dalam relasi mereka dengan orang-orang di sekitar mereka.

Sejak kecil, Dong Jin harus mengalami kenyataan ibunya menikah beberapa kali. Sebagai anak-anak yang masih sangat bergantung pada ibunya, Dong Jin harus menerima keputusan ibunya tanpa tahu bagaimana memberikan respon yang tepat. Ibunya memanfaatkan keadaan tersebut dengan menormalisasi apa yang sudah dilakukannya demi kebahagiaan Dong Jin. Termasuk ketika ibunya terpikat pada pria yang sudah berkeluarga.

Hal tersebut membuatnya harus menahan banyak hal dalam hatinya. Sangat tak mudah untuk Dong Jin lakukan, namun terus saja berulang. Ibunya menikah lagi. Kekasih yang menyelingkuhinya. Ditipu partner bisnis. Kekasih menikah dengan orang lain. Dikhianati kolega kerja.

Melihatnya menahan diri untuk tidak memukul pelaku yang menjahatinya, membuat aku kesal sekaligus kasihan. Apa iya, dia tidak punya keberanian untuk marah? Apa batas toleransinya untuk pengkhianatan memang di level dewa? Atau, dia hanya sekedar bodoh? Atau, dia hanya menganggap orang-orang itu mendadak menghilang dari hidupnya? Atau, dia terus bertahan sekuat-kuatnya asalkan orang-orang yang dia kenal ini tidak menjauhinya? Atau, dia membuat dirinya dikelilingi oleh mereka supaya ada alasannya untuk menjalani kehidupan?

Entahlah.. Apapun alasannya, membuat diri terlihat abai atas pengkhianatan orang lain terhadap diri sendiri seolah mengikis rasa peduli atas kehidupan sendiri. Menyedihkan dan sangat menyesakkan. Dikhianati berkali-kali membuat Dong Jin memberi jarak pada orang-orang di sekitarnya.

Di sisi yang lain, ada Shim Woo Joo. Woo Joo menerima kasih yang sangat besar dari ayahnya. Di usia remajanya, Woo Joo mengetahui bahwa ayah yang mencintainya ternyata mencintai perempuan lain selain ibunya; yang kemudian dinikahi ayahnya.

Kepergian ayahnya meninggalkan rumah dan keluarga berdampak sangat besar. Woo Joo menjadi pribadi yang dingin, nekad dan terkesan kasar. Kemarahannya membuat mengambil keputusan sangat besar dalam hidupnya dengan memutuskan tidak kuliah; bekerja paruh waktu di banyak tempat agar mereka terus bertahan. Itulah sebabnya Woo Joo terlihat tangguh, tenang dan sangat terkendali. Minim make-up pada wajah dan pakaiannya yang sangat kasual -- kemeja, sepatu kets dan jins longgar -  seolah menyatakan ketidakpeduliannya terhadap dunia yang mengabaikannya dan saudara-saudaranya. Sebaliknya, saudara-saudaranya menjadi pusat kehidupannya dan alasan terutama Woo Joo bertahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun