Mohon tunggu...
Roneva Sihombing
Roneva Sihombing Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Penyuka kopi, gerimis juga aroma tanah yang menyertainya. Email: nev.sihombing@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Call It Love": Berhadapan dengan Pengkhianatan

21 Maret 2023   09:29 Diperbarui: 21 Maret 2023   09:45 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Minggu ini, aku mulai nonton drama ongoing Call It Love. Mulainya, seh, sudah sejak beberapa minggu yang lalu. Tayangan drama ini muncul dengan warna yang didominasi coklat pudar di latar belakang. Aku sempat mengira drama ini sedang mengambil tema waktu di masa lampau, entah tahun 60an atau tahun 80an. Ternyata, bukan. Nuansa sinematografi chrom yang menonjolkan warna-warna gelap, baik abu-abu, coklat dan hitamlah yang kental terlihat.

Warna-warna suram ini saja sudah menimbulkan rasa sesak di dada ketika bernafas. Seolah-olah kehidupan suram sedang ada di depan mata. Apalagi melihat kehidupan tokoh-tokohnya yang berjuang untuk mendapatkan alasan tersenyum dan menikmati hidup.

Banyak kali adegannya menampilkan kesendirian tokoh-tokoh utamanya. Makan sendirian, belanja sendiri, Punggung yang lelah, membosankan dan kesepian seolah menunjukkan betapa putus asanya mereka mencoba bertahan.

Drama ini mengambil tema pengkhianatan; bagaimana berhadapan dengan pengkhianatan dan pelaku pengkhianatan. Pengkhianatan yang dilakukan justru oleh orang-orang yang sangat dekat. Entah dalam skala besar maupun skala kecil, betapa merusaknya dampak pengkhianatan tersebut, bisa dilihat pada drama ini.

Dalam drama ini, hal-hal tersebut dialami Dong Jin dan Woo Joo dalam relasi mereka dengan orang-orang di sekitar mereka.

Sejak kecil, Dong Jin harus mengalami kenyataan ibunya menikah beberapa kali. Sebagai anak-anak yang masih sangat bergantung pada ibunya, Dong Jin harus menerima keputusan ibunya tanpa tahu bagaimana memberikan respon yang tepat. Ibunya memanfaatkan keadaan tersebut dengan menormalisasi apa yang sudah dilakukannya demi kebahagiaan Dong Jin. Termasuk ketika ibunya terpikat pada pria yang sudah berkeluarga.

Hal tersebut membuatnya harus menahan banyak hal dalam hatinya. Sangat tak mudah untuk Dong Jin lakukan, namun terus saja berulang. Ibunya menikah lagi. Kekasih yang menyelingkuhinya. Ditipu partner bisnis. Kekasih menikah dengan orang lain. Dikhianati kolega kerja.

Melihatnya menahan diri untuk tidak memukul pelaku yang menjahatinya, membuat aku kesal sekaligus kasihan. Apa iya, dia tidak punya keberanian untuk marah? Apa batas toleransinya untuk pengkhianatan memang di level dewa? Atau, dia hanya sekedar bodoh? Atau, dia hanya menganggap orang-orang itu mendadak menghilang dari hidupnya? Atau, dia terus bertahan sekuat-kuatnya asalkan orang-orang yang dia kenal ini tidak menjauhinya? Atau, dia membuat dirinya dikelilingi oleh mereka supaya ada alasannya untuk menjalani kehidupan?

Entahlah.. Apapun alasannya, membuat diri terlihat abai atas pengkhianatan orang lain terhadap diri sendiri seolah mengikis rasa peduli atas kehidupan sendiri. Menyedihkan dan sangat menyesakkan. Dikhianati berkali-kali membuat Dong Jin memberi jarak pada orang-orang di sekitarnya.

Di sisi yang lain, ada Shim Woo Joo. Woo Joo menerima kasih yang sangat besar dari ayahnya. Di usia remajanya, Woo Joo mengetahui bahwa ayah yang mencintainya ternyata mencintai perempuan lain selain ibunya; yang kemudian dinikahi ayahnya.

Kepergian ayahnya meninggalkan rumah dan keluarga berdampak sangat besar. Woo Joo menjadi pribadi yang dingin, nekad dan terkesan kasar. Kemarahannya membuat mengambil keputusan sangat besar dalam hidupnya dengan memutuskan tidak kuliah; bekerja paruh waktu di banyak tempat agar mereka terus bertahan. Itulah sebabnya Woo Joo terlihat tangguh, tenang dan sangat terkendali. Minim make-up pada wajah dan pakaiannya yang sangat kasual -- kemeja, sepatu kets dan jins longgar -  seolah menyatakan ketidakpeduliannya terhadap dunia yang mengabaikannya dan saudara-saudaranya. Sebaliknya, saudara-saudaranya menjadi pusat kehidupannya dan alasan terutama Woo Joo bertahan.

Pengkhianatan ayahnya terhadap keluarganya bahkan masih berlanjut sekalipun ayahnya berpulang. Rumah atas nama ayahnya yang mereka tempati selama lebih dari 2 dekade telah diberikan pada perempuan lain tersebut. Istri ayahnya itu menjual rumah tersebut dan membuat Woo Joo bersama kakak dan adiknya tidak mempunyai rumah sama sekali.

Dalam kemarahan yang tidak bisa dibendung, Shim Woo Joo mendatangi istri ayahnya di rumah duka. Dan mulai merencanakan balas dendam, yang membuatnya bertemu dengan Han Do Jong, anak istri ayahnya. Masih belum bisa membayangkan jika Dong Jin tahu bahwa dia adalah target balas dendam Woo Joo. Dikhianati oleh orang terdekat membuat Woo Joo selalu gambling dan lugas menyatakan apa yang ada di pikiranmu; terlihat mudah membuat orang lain terluka dan tersinggung oleh kata-kata dan intonasi suaranya.

Adegan-adegan seperti berjalan seorang diri, bergerak secara otomatis karena rutinitas, kepala yang menunduk, tatapan kosong menerawang, wajah mengeras menahan amarah, bekerja sendirian di kantor dengan lampu di sekitarnya padam kecuali lampu pada meja sendiri, makan ramen di toserba sendirian, langkah-langkah dalam adegan sangat lambat, kaki-kaki dengan sepatu aneka rupa, mata dalam banyak emosi yang disorot sangat dekat dan punggung yang terlihat lelah dan menyedihkan; menjadi sarana deskripsi betapa sulitnya keseharian yang dijalani 2 tokoh utama pada drama ini. Pengambilan gambar dari banyak sudut -- depan, belakang, tampak atas, tampak jauh maupun dekat - terlihat di banyak scenes untuk mempertegas kesendirian, kecanggungan, kegelisahan, kecemasan dan perasaan tak nyaman.  Nyaris tidak ada warna cerah. Aku menikmati plot ceritanya sekalipun perasaan suram dan putus asa tampak jelas pada sinematografi drama ini. Harap-harap cemas bagaimana cara mereka berdua bisa membebaskan diri dari perasaan tak berdaya yang sudah dibawa selama bertahun-tahun.

Aku sudah sampai di episode 4. Masih ada banyak episode yang akan datang dan kemungkinan datangnya warna-warna cerah. Sekalipun hanya warna-warna pastel yang akan muncul, ga apalah. Aku jadi ingin melihat warna-warni bunga dan kupu-kupu hadir.. :)

Setelah drama Island, jelas menyenangkan menyaksikan Sung Joon -- berperan sebagai sahabat Woo Joo -  di drama ini; warna rambut yang beda dan senyum yang lebih sering muncul di wajahnya. Sahabat-sahabat yang dimiliki Dong Jin dan Woo Joo ini jelas menolong mereka menjadi sangat membumi.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun