Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tantangan dan Optimisme Penerapan Kurikulum Prototipe 2022

28 Desember 2021   12:25 Diperbarui: 28 Desember 2021   16:34 4042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Diolah dari Pixabay

Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, meskipun secara administrasi Kurikulum Prototipe lebih sederhana. Kurikulum ini tidak bisa dieksekusi dengan baik oleh guru-guru dalam waktu sekejap mata tetapi membutuhkan sebuah proses yang panjang.

Pandemi Covid-19 dalam dua tahun terakhir mengubah banyak sendi kehidupan termasuk sistem pendidikan di tanah air. Sistem pendidikan dipaksa berubah dalam sekejap, beberapa sekolah menggunakan Kurikulum Darurat tapi tidak sedikit juga sekolah yang masih tetap bertahan dengan Kurikulum 2013.

Melihat hal ini, Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikburistek) melakukan evaluasi terhadap proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) selama pandemi. 

Dari hasil evaluasi ini diperoleh sebuah temuan penting dimana sekolah-sekolah yang menggunakan Kurikulum Darurat lebih maju empat sampai lima bulan belajar daripada sekolah yang masih bertahan menggunakan Kurikulum 2013.

Akan tetapi, hasil ini tidak serta-merta digunakan sebagai alasan untuk menyalahkan sekolah-sekolah yang mengalami ketertinggalan. Jelas bahwa setiap sekolah berhadapan dengan situasi yang berbeda meskipun sama-sama terdampak pandemi. Ketersediaan fasilitas, budaya belajar, kemampuan guru dan kondisi lain di lapangan menjadi tantangan terberat sekolah untuk membuat Kurikulum Darurat.

Oleh karena itu, penyediaan Kurikulum Prototipe adalah upaya bijak dari pemerintah, dalam hal ini Kemendikburistek untuk menjawab persoalan-persoalan di lapangan. Harapannya keberadaan Kurikulum Prototipe menolong tenaga pendidik di sekolah-sekolah baik di perkotaan maupun di pedesaan di tengah Pandemi Covid-19.

Kurikulum Prototipe yang akan dicanangkan pemerintah memiliki tiga karakteristik yang menarik simpati penulis sebagai salah satu fasilitator pendidikan luar sekolah yang mendukung sistem pendidikan berpihak, dalam hal ini pendidikan yang menjadikan muatan lokal sebagai media pembelajaran.

Kurikulum Prototipe akan fokus pada pengembangan soft skills dan karakter pembelajaran berbasis proyek, materi esensial seperti literasi dan numerasi dan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid dan kontekstual dengan budaya dan lingkungan sekitar.

Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, meskipun secara administrasi, Kurikulum Prototipe lebih sederhana, kurikulum ini tidak bisa dieksekusi dengan baik oleh guru-guru dalam waktu sekejap mata tetapi membutuhkan sebuah proses yang panjang.

Karena itu diperlakukan sosialisasi dan juga pelatihan-pelatihan yang intens kepada guru-guru agar memahami karakteristik kurikulum dan juga segala bentuk administrasinya sehingga pada saat eksekusi di lapangan tidak ada hambatan dan keluhan dari warga sekolah, baik itu guru maupun siswa.

Karena itu melalui tulisan ini, penulis akan membagikan pengalaman nyata menjadi fasilitator pendidikan kontekstual selama dua tahun terakhir. Penulis mengadakan bimbingan belajar gratis dengan metode pembelajaran berbasis proyek menggunakan muatan lokal sebagai media pembelajaran.

Pertama, mengubah pola pikir diri sendiri.

Sebelum menerapkan metode pembelajaran berbasis proyek dengan muatan lokal, guru harus mengubah pola pikirnya terlebih dahulu dari pola yang lama untuk siap menerima pola yang baru. Karena penerapan kurikulum bukan sekedar memenuhi tuntutan sistem tetapi menjadi bagian penting dalam mencapai cita-cita bangsa.

Guru-guru yang ada pada saat ini berasal dari produk kurikulum lama yang tentunya tidak relevan dengan kurikulum saat ini. Sehingga bukan tidak mungkin paham-paham kurikulum lama masih menjadi patokan guru-guru dalam mengajar. Jika hal itu masih ada maka ada kesulitan memahami arah dan tujuan kurikulum baru karena masih terjebak dengan administrasi.

Kedua, membangun kerja sama dengan orangtua

Membangun kerja sama dengan orangtua adalah hal penting seharusnya disadari oleh setiap guru dalam penerapan model pendidikan berbasis proyek dan kontekstual. Berbeda dengan model ceramah, model yang berbasis proyek ini lebih banyak membutuhkan waktu yang tentunya tidak hanya di sekolah tetapi di rumah.

Karena itu, keterlibatan orangtua sebagai tenaga pendidik keluarga sangat menolong model pendidikan berbasis proyek. Kontrol penuh akan lebih banyak berada di tangan orangtua jika guru mengkomunikasikan apa yang sedang dikerjakan oleh guru dan murid sebagai proyek belajar.

Ketiga, membutuhkan dedikasi

Dedikasi adalah hal penting yang harus dimiliki oleh seorang guru. Sesuai dengan pengalaman penulis, menerapkan pendidikan berbasis proyek menggunakan muatan lokal atau kontekstual membutuhkan dedikasi dari seorang guru, bukan hanya menerapkan kurikulum tetapi terus mempelajari banyak hal sebagai bahan penunjang praktek lapangan.

***

Penulis sendiri mengakui belum sempurna dalam mengeksekusi penerapan bimbingan belajar dengan metode kontekstual. Selain harus meningkatkan kemampuan, penulis diperhadapkan dengan sistem kurikulum sebelumnya yang sudah mengakar pada anak-anak dan tentunya orang tua sebagai pihak pendukung, dan juga sistem di komunitas di yang belum matang.

Karena itu, penulis optimis bahwa dengan adanya sosialisasi dan pelatihan yang intens terhadap guru-guru, kurikulum ini akan dieksekusi dengan sempurna karena guru-guru juga memiliki power sebagai guru di lembaga formal dengan legalitas yang jelas dengan arah komando yang lebih baik.

Dengan power itu, guru-guru memiliki kuasa lebih sehingga kemudian akan mendapat support penuh dari orangtua dalam menerapkan Kurikulum Prototipe.

Salam!

Kupang 28 Desember 2021
Neno Anderias Salukh

Bacaan terkait: Kurikulum Prototipe Sebagai Opsi Dukung Pemulihan Pembelajaran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun