Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Definisi Suku Dawan Menurut Wikipedia dan KBBI adalah Lelucon Serius

26 Agustus 2020   10:26 Diperbarui: 27 Agustus 2020   06:14 2199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sirih-pinang, salah satu identitas Suku Dawan di Pulau Timor | Dokumen Neno Anderias Salukh

Beberapa hari yang lalu, publik Timor dikagetkan dengan postingan salah satu Kompasianer, juga seorang penyair di NTT, Herman Efrianto Tanouf melalui akun facebooknya. Postingan tersebut mempersoalkan definisi Suku Dawan (Suku Atoni/Atoin Meto) di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan di Wikipedia.

Menurut KBBI, Suku Dawan adalah suku bangsa yang mendiami beberapa daerah yang tersebar di wilayah Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Sedangkan Suku Dawan menurut Wikipedia adalah suku bangsa yang mendiami pulau Timor, tepatnya di Kabupaten Timor Barat, Indonesia dan enklave Oecussi-Ambeno, Timor Leste.

Definisi yang tertera pada dua referensi tersebut jelas keliru karena tidak menggambarkan dengan jelas letak geografis keberadaan Suku Dawan di Pulau Timor. Suku Dawan tidak hanya mendiami Kabupaten Kupang tetapi juga beberapa kabupaten lainnya di Timor bagian barat dan juga tidak ada Kabupaten Timor Barat dalam peta pemerintahan Indonesia.

Suku Dawan atau yang terkenal dengan sebutan Atoin Meto adalah salah satu suku terbesar di Pulau Timor bagian barat yang tersebar di beberapa kerajaan atau sub suku.

Sub suku yang dihuni oleh Suku Dawan adalah Amfoang, Amarasi, Amabi dan Fatuleu  yang berada di wilayah Kabupaten Kupang. Sedangkan sub suku Amanuban, Amanatun, Mollo mediami Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan sub suku Biboki, Insana, Miomafo di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).

Sebagian Suku Dawan mendiami Kerajaan Ambeno wilayah enklave Timor Leste (Oekusi) dan sebagian wilayah Kabupaten Malaka yang akrab disebut dengan Dawan R bersama sub suku Amarasi.

Artinya definisi Suku Dawan menurut KBBI yang mengatakan bahwa suku yang tersebar di wilayah Kabupaten Kupang dan definisi Suku Dawan menurut Wikipedia yang mengatakan bahwa suku yang tersebar di Kabupaten Timor Barat adalah sebuah kesalahan penjabaran dan juga mungkin kesalahan penulisan oleh editor.

Penulis yang menyandang gelar murni Atoin Meto melihat ini sebagai sebuah lelucon serius. Hal yang menjadi lelucon serius adalah Wikipedia yang dipercaya sebagai sebuah karya referensi paling besar, cepat berkembang, dan paling populer di Internet serta KBBI yang juga dipercaya oleh orang Indonesia sebagai salah satu rujukan utama bagi orang-orang yang bergelut dengan kata, mendefinisikan sesuatu yang tidak sesuai dengan fakta atau melakukan kesalahan penulisan yang berakibat fatal karena dapat menyesatkan banyak orang.

Penulis tidak tahu, sejak kapan definisi ini dimasukkan ke KBBI dan Wikipedia tetapi definisi tersebut sepertinya sudah bertahan sekian lama dan tentunya sudah menyesatkan banyak orang di luar sana. Lalu apa yang menjadi penyebab kesalahan ini?

Setelah saya cermati, referensi yang digunakan oleh Wikipedia adalah jurnal-jurnal etnografi yang dilakukan oleh peneliti-peneliti dari luar negeri. Seperti jurnal Atoni Borrowing Of Children: An Aspect Of Mediation yang ditulis oleh Clarke E. Cunningham dan sebagainya.

Ditambah dengan dua sumber berbahasa Indonesia dari Andreas A Yewangoe berjudul Pendamaian dan Asnath N. Natar berjudul perempuan Indonesia Berteologi Feminis Dalam Konteks. Kedua sumber inipun ditulis oleh orang dari luar Pulau Timor.

Tentunya, kualifikasi para peneliti dan kualitas jurnal tidak diragukan lagi. Tetapi, perlu referensi dari penulis dengan kualifikasi sebagai orang yang lahir sebagai Atoin Meto yang pastinya memiliki dasar pengetahuan yang cukup dalam menulis sebuah hasil penelitian.

Seperti Sastra Lisan Dawan yang diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (1993) dengan dua orang penulisnya Samuel Nitbani dan Homer Lifeto atau buku-buku sejenisnya yang bagi saya cukup menyajikan dengan baik-baik Sastra-Sastra Lisan Suku Dawan.

Penelitian-penelitian yang dilakukan pada zaman dahulu pun pastinya memiliki kekurangan. Belum lagi, riset yang dilakukan terbatas pada satu wilayah dan berujung pada sebuah kesimpulan.

Kualifikasi peneliti benar-benar diperhatikan karena fenomena minimnya penutur dalam masyarakat Dawan bisa menjadi kebuntuan yang baru dalam penelitian-penelitian etnografi yang dilakukan oleh para peneliti dari luar daerah termasuk luar negeri.

Belum lagi, pengambilan sampel atau data yang dilakukan tidak diambil secara acak atau berpusat pada satu teritori yang memungkinkan terjadinya kecenderungan pengkajian menurut perspektif segelintir orang yang tidak mewakili populasi. Bahkan lebih parah jika pengkajiannya cenderung menurut perspektif budaya peneliti.

Kemungkinan-kemungkinan ini sering terjadi sehingga referensi yang diambil untuk dijadikan sebagai sebuah definisi atau kesimpulan tidak serta-merta dicantumkan tetapi harus melalui sebuah kualifikasi yang meyakinkan.

Kesalahan penulisan definisi Suku Dawan menurut Wikipedia dan KBBI bukan hanya menjadi lelucon serius tetapi juga menjadi tamparan keras kaum muda yang cenderung meninggalkan budaya dan tidak tertarik mendengarkan penuturan orang tua tentang sejarah dan budaya menjadi tantangan tersendiri.

Tentunya apresiasi kepada Kompasianer Herman Efrianto Tanouf sebagai Atoin Meto yang melihat dan menyadari kesalahan penulisan ini sehingga menjadi bahan konsumsi publik, kemudian pihak-pihak yang berkepentingan dalam editor Wikipedia dan KBBI memperbaiki kesalahan tersebut. 

Kemudian menjadi alarm bagi anak muda yang menyandang gelar Atoin Meto untuk memelihara budaya dan memahami sejarah serta asal-usulnya.

Salam!

Oebo-Timor Tengah Selatan, 26 Agustus 2020
Neno Anderias Salukh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun