Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Sosok Esmail Ghaani, Pengganti Qassem Soleimani

6 Januari 2020   10:43 Diperbarui: 6 Januari 2020   12:10 1389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengangkatan Esmail Ghaani sebagai pengganti Qassem Soleimani dikritik oleh beberapa tokoh. Akan tetapi, Ayatollah Ali Khamenei tetap mengangkatnya. Siapakah Esmail Ghaani?

Tewasnya Qassem Soleimani akibat serangan rudal di bandara Baghdad, Irak, yang dilakukan oleh AS bukan hanya duka bagi Iran tetapi kehilangan harapan dan melemahnya kekuatan negara peninggalan kerajaan Persia.

Qassem Soleimani merupakan seorang jenderal top yang paling berpengaruh di Timur Tengah saat ini. Dengan kemampuan manajemen strategi diplomasi yang keras kepala, Qassem Soleimani merupakan pemimpin yang diwaspadai oleh AS.

Baca: Mengapa AS Membunuh Jenderal Top Iran (Qassem Soleimani)?

Untuk mempertahankan kekuatan Pasukan Elite Garda Revolusi Iran yang dipimpin oleh Qassem Soleimani, pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menunjuk Esmail Ghaani sebagai pengganti pria yang juga akrab disapa Gashem ini.

Meskipun pengaruhnya diragukan oleh beberapa tokoh, Khamenei menyebut Ghaani sebagai sebagai seorang komandan militer terkemuka di Iran yang akan mempertahankan kekuatan Pasukan Quds seperti pendahulu-pendahulunya.

Esmail Ghaani merupakan seorang Brigadir Jenderal di Korps Garda Revolusi Iran. Selain itu, ia diangkat sebagai wakil pemimpin Pasukan Khusus (Quds) Qassem Soleimani sejak tahun 1997 yang bertugas mengawasi pencairan keuangan untuk kelompok-kelompok teroris termasuk Hizbullah.

Esmail Ghaani dikenal sebagai salah satu sosok yang memiliki kemampuan dalam melakukan inkonvensional senjata tracking di Iran. Ia pernah melakukan pengiriman senjata IRGC-QF yang terdiri dari 240 ton amunisi (roket, peluru mortir, granat, dan amunisi) untuk membantu Gambia (sebuah negara di Afrika Barat). Akan tetapi pengiriman senjata tersebut dicegat di Nigeria pada Oktober 2010.

Menurut Panel Pakar PBB, pengiriman tersebut melibatkan Behineh Trading Company (sebuah perusahaan terdepan IRGC), Perdagangan Internasional dan Konstruksi Umum. Selain itu, Ali Akbar Tabatabaei, Azim Aghajani, dan Ali Abbas Usman Jega disebut terlibat dalam kegiatan ilegal ini.

Oleh karena itu, The Office of Foreign Assets Control (OFAC), sebagai badan intelijen keuangan AS memasukkan Ghaani ke dalam daftar warga negara khusus dan juga membekukan aset-aset Esmail Ghaani dan melarangnya melakukan transaksi dengan entitas AS. Pasalnya, tindakan Ghaani dalam mengendalikan pengiriman senjata ke Afrika dinilai oleh Wakil Sekretaris OFAC, David S. Cohen sebagai sebuah tindakan yang dapat memicu konflik dan kekerasan di Afrika dan Timur Tengah.

"Tindakan hari ini kembali memperlihatkan pengaruh buruk Iran di Timur Tengah, Afrika dan sekitarnya. Ketika rezim Iran mengekspor bantuan mematikan dan keahliannya untuk memicu kekerasan di Suriah dan Afrika, OFAC akan terus mengekspos para pejabat dan perusahaan yang terlibat dan bekerja untuk meminta pertanggungjawaban mereka atas penderitaan yang mereka sebabkan, " kata David S. Cohen.

Ghaani dikenal sebagai sosok yang sangat kontroversi. Ghaani menyebut peristiwa 25 Mei 2012 di dua desa di Houla wilayah Suriah yang mengakibatkan kematian tidak lebih 108 orang tidak terlepas dari peran Iran.

 "Terima kasih atas kehadiran Iran di Suriah - secara fisik dan nonfisik - pembantaian besar dicegah ... jika republik Islam itu tidak hadir di Suriah, pembantaian rakyatnya akan berlipat ganda," kata Ghaani.

Pernyataan Ghaani dinilai sebagai sebuah keceplosan bicara. Menurut Meir Javedanfar , seorang ahli Iran-Israel di Timur Tengah, mengatakan bahwa pernyataan Ghaani adalah "pertama kali seorang perwira senior IRGC mengakui bahwa pasukan Quds beroperasi di Suriah." Hal ini bertolak belakang dengan pengakuan Iran selama ini bahwa Pasukan Quds tidak beroperasi di Suriah.

Pria yang lahir pada tanggal 8 Agustus 1957 ini mengkritik keras intervensi AS terhadap operasi ISIS di Timur Tengah. Hampir tidak pernah setiap orasinya vakum ujaran kebencian kepada AS dan secara khusus kepada Donald Trump.

Ia seringkali mengatakan bahwa AS hanya menghabiskan triliunan dolar Amerika untuk melakukan operasi yang hanya merugikan mereka. Karena itu, Donald Trump semakin geram dan mencabut izin produksi Nuklir di negara beribukota Teheran ini.

Pernyataan terakhirnya adalah untuk pembalasan atas kematian Soleimani. Ia mengatakan kepada dunia untuk bersabar menanti mayat-mayat orang Amerika di Timur Tengah.

"Bersabarlah, dan Anda akan melihat mayat orang Amerika di seluruh Timur Tengah," katanya.

Menarik apakah Ghaani mampu memimpin Pasukan Quds seperti Qassem Soleimani? Mari kita menyimak!!!

Salam!!!

Referensi: Satu; Dua; Tiga; Empat; Lima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun