Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengenal New York Agreement, Perjanjian yang Menuai Kecaman dari Mahasiswa Papua

22 Agustus 2019   07:08 Diperbarui: 22 Agustus 2019   15:18 7773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktivis Front Rakyat Indonesia untuk Papua Barat atau FRI-WP dan Aliansi Mahasiswa Papua atau AMP Komite| Sumber:https://www.jubi.co.id

Berdasarkan informasi yang dihimpun, salah satu alasan Belanda tidak menyerahkan Papua adalah orang-orang asli Papua memiliki perbedaan etnis dan ras dengan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Untuk itu, Belanda hanya ingin menjadikan Papua Barat sebagai sebuah negara dibawah kerajaan Belanda. Rencana pembentukan Netherlands New Guinea tidak terlepas dari peran penting tokoh-tokoh Papua.

Mereka menginginkan kemerdekaan untuk Papua Barat. Oleh karena itu, dibentuk sebuah komite nasional termasuk tokoh-tokoh Papua. Komite nasional ini kemudian menentukan Papua Barat sebagai nama negara, Hai Tanahku Papua sebagai lagu kebangsaan dan Bendera dengan lambang Bintang Kejora.

Kemudian pada 1 Desember 1961 terjadi Deklarasi Kemerdekaan Papua Barat di Holandia. Sebagaimana rencana Belanda yang menjadikan Papua Barat dibawah komando kerajaannya, pada saat Deklarasi Kemerdekaan Papua Barat, Bendera Belanda dan Bendera Bintang Kejora dikibarkan secara bersamaan. Lagu kebangsaan pun dinyanyikan secara bergantian.

Rupanya, Deklarasi Kemerdekaan Papua Barat ini bukan sesuatu yang rahasia bagi dunia karena disiarkan oleh Radio Belanda dan Australia.

Melihat kondisi ini, Presiden Soekarno bekerjasama dengan Uni Soviet untuk menyelesaikan sengketa Papua Barat antara Indonesia dan Belanda.

Tujuannya adalah jika Belanda masih bersikeras maka akan ada aneksasi yang dilakukan oleh Indonesia dengan bantuan Uni Soviet.

Menurut beberapa sumber, kondisi ini membuat Amerika takut. Pasalnya, Indonesia semakin merapat ke Blok Timur yang berideologi komunis. Rupanya, ada kepentingan tersendiri dari Amerika dan Uni Soviet soal status Papua Barat dengan Indonesia.

Segala cara dilakukan oleh Amerika dan Soviet untuk merebut hati orang Indonesia. John Kennedy yang menjabat sebagai presiden Amerika pada waktu itu melihat situasi Indonesia yang sedang berambisi memiliki Papua Barat, ia tidak kehabisan akal. Ia menawarkan bantuan kepada Soekarno untuk menyelesaikan sengketa Papua Barat.

Disisi lain, Amerika mengancam memberhentikan bantuan Amerika kepada Belanda. Ternyata ambisi Kennedy bukan membabi-buta tetapi untuk kepentingan emas yang terkandung dalam bumi Papua.

Untuk mencapai ambisinya, 15 Agustus 1962 dalam Agenda Majelis Umum PBB, Amerika Serikat berperan sebagai mediator dalam penyerahan Nugini Belanda kepada Indonesia yang dikenal sebagai New York Agreement.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun