Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Dilema Pileg, Antara Sistem Proposional Tertutup dan Terbuka

1 Juli 2019   05:38 Diperbarui: 1 Juli 2019   07:20 2217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama, Mempersempit kanal partisipasi publik dalam Pemilu. Partisipasi publik akan cenderung mengecil mengingat partai memiliki otoritas yang lebih kuat dalam pengambilan keputusan.

Kedua, Menjauhkan akses hubungan antara pemilih dan wakil rakyat pasca Pemilu. Berkaca dari pemilu 2004 dan yang terjadi pada zaman orde baru, interaksi antara calon legislatif dengan pemilih sangat minim. Lebih parahnya lagi, masyarakat pun tidak tahu siapa yang dipilih dan terpilih. Komunikasi yang seharusnya berjalan baik antara calon legislatif dengan pemilu tidak terwujud.

Ketiga, Krisis calon anggota legislatif. Hal ini sulit untuk dihindari karena sedikit yang berminat dan serius maju menjadi Caleg. Tahun 2009, tahun peralihan dari sistem proporsional tertutup ke terbuka pun masih terjadi krisis caleg walaupun tidak sekrisis pemilu sebelumnya. Alasan terjadinya krisis karena pemenang pasti dipilih oleh Partai yang lebih mengutamakan kader partai.

Keempat, Memungkinkan terjadinya Nepotisme di Internal partai. Nepotisme akan sulit dihindari, kader-kader partai bisa saja digeser. Ketua umum Partai memiliki otoritas yang kuat untuk menentukan pilihan yang memungkinkan memilih keluarga, istri, suami dan anaknya sendiri untuk mewakili partainya. Isu sara pun bisa mempengaruhi keputusan partai dalam menentukan pilihan.

Kelima, Partisipasi perempuan semakin mengerucut. Sistem ini memungkinkan calon terpilih dari kaum perempuan sangatlah kecil.

Kelebihan Sistem Proporsional Tertutup

Pertama, Minimnya money politik. Kepastian menduduki kursi legislatif yang masih samar-samar akan membuat para calon tidak semena-mena menghamburkan harta kekayaannya untuk memperoleh suara. Para calon akan cenderung melakukan kampanye positif dan masyarakat pun memilih sesuai hati nurani tetapi sistem ini tidak menjamin 100% money politik dihilangkan.

Kedua, Partai mengirimkan kader-kader terbaik. Terlepas dari kelemahannya dalam penentuan kader terpilih, ini adalah peluang untuk wakil rakyat yang terpilih bukan wakil rakyat abal-abal atau wakil rakyat 4D (Duduk, Diam, Dengar, Duit). Tidak bisa dipungkiri, banyak anggota legislatif yang tidak memiliki pengalaman sama sekali terpilih menjadi anggota legislatif bermodalkan uang dan kekayaannya untuk meraup suara. Tak heran, kehadiran mereka di parlemen hanya sebuah aksesoris yang dipajang untuk dilihat orang.

Sistem Proporsional Terbuka

Menurut Wikipedia Indonesia, Sistem Proporsional Terbuka adalah sistem perwakilan proporsional yang memungkinkan pemilih untuk turut serta dalam proses penentuan urutan calon partai yang akan dipilih.

Kelemahan Sistem Proporsional Terbuka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun