Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Home Artikel Utama

Ketika Anabul Lemas, Ikuti Arahan Dokter Hewan Berikut

20 Januari 2023   14:20 Diperbarui: 21 Januari 2023   08:32 1690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kucu disuntik vitamin (dokpri)

Namanya Kucu. Alias Kucing Lucu. Anak kucing peliharaan anak pertama saya. Ini adalah anak kucing yang dibuang di pos satpam, lalu "diadopsi" anak saya. Mungkin umurnya baru mau 4 minggu. Masih bayi. Warna bulunya bervariasi, hitam, putih, kuning kecoklatan.

Ini adalah hewan ketiga yang dipeliharanya, setelah seekor kelinci yang diberi nama Haruka dan dua ekor hamster. Untungnya, di depan kamarnya ada balkon, jadi masih ada ruang untuk menaruh kandang.

Kemarin pagi saya membawa Kucu ke dokter hewan yang praktik di AHZ Pet Care. Tidak begitu jauh dari Permata Depok, tempat saya tinggal. Tepatnya di Ruko Pelangi. Semalam sebelumnya sempat dibawa ke sini, cuma tutup. Ke tempat yang lain juga sama, tutup. Ternyata untuk kliniknya sudah tutup pukul 5 sore. 

Kucu beberapa hari ini terlihat lemas. Padahal sudah dikasih susu dan vitamin oleh anak saya. Tapi perkembangannya kurang maksimal. Napasnya terlihat satu satu begitu seperti sekarat. Tubuhnya agak dingin. Kepalanya terkadang bergoyang-goyang seperti gemetar.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

"Pak, Pak, itu anak kucingnya Mbak Putik nggak gerak-gerak dari tadi saya perhatiin," kata Si Mbak, pekerja di rumah saya kepada suami yang tengah makan di ruang makan, kemarin. 

Saya yang tengah mengetik di ruang tamu mendengar jelas percakapan ini. Saya langsung ke kamar anak saya. Saya dapati Kucu terkulai di lantai. Saya perhatikan masih bernapas. 

Tidak tega juga melihatnya. Saya sebenarnya tidak suka punya hewan peliharaan. Bikin repot mengurusnya. Membuang waktu, tenang, dan tentu saja uang. 

Saya tidak begitu suka kucing. Bulu-bulunya itu yang saya hindari, khawatir terhirup lalu menempel di paru-paru. Belum lagi kencing dan buang kotoran yang bisa di mana saja. Berjalan di lantai, duduk di kursi, kan jadi najis. Bisa tidak sah shalat saya.

Tapi melihat kondisi Kucu tidak tega juga. Masih bayi banget. Jadi terbayang bayi manusia. Mau tidak mau saya harus mengurusnya. Siapa lagi? Anak saya sekolah. Pulangnya sore. Kalau Kucu kenapa-kenapa pasti anak saya sedih.

Saya kemudian bikinkan susu khusus anak kucing. Saya suapi sedikit demi sedikit sambil saya elus-elus dan melapnya dengan tisu basah. Saya kasih vitamin juga. Tapi kucingnya masih terlihat lemas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun