Memang sih akhirnya, sertifikat prestasi kejuaraan tidak berjenjang bisa dilampirkan. Itu juga setelah ada protes dari orangtua murid. Namun, sepertinya ini hanya formalitas saja.
Ini bukan masalah kecewa atau tidak kecewa. Selama penilaiaannya fair dan transparan ya tidak masalah. Siapapun itu pasti akan menerimanya dengan hati terbuka dan lapang dada.Â
Kalau tidak fair, siapapun itu, pasti akan kecewa. Dan, yang namanya seleksi pasti tidak bisa mengakomodir semua. Tetapi setidaknya transparan.
Saya melihat adanya penilaian yang sepertinya "berat sebelah". Sertifikat kejuaraan berjenjang poinnya lebih besar dibandingkan kejuaraan yang tidak berjenjang.Â
Sementara sertifikat tidak berjenjang hanya diambil untuk satu sertifikat dengan nilai tertinggi. Berbeda dengan sertifikat kejuaraan berjenjang yang setiap jenjangnya mendapatkan poin.Â
Jenjang Kota dapat point, jenjang Provinsi juga dapat point. Kan diuntungkan banget itu CPD-nya. Kalau mau adil, diambil juga hanya satu sertifikat yang nilainya tertinggi.Â
Menurut saya, baik kejuaraan berjenjang atau tidak berjenjang ya kan sama-sama butuh perjuangan untuk bisa sampai ke titik juara. Harusnya, mendapatkan penilaian yang sama.Â
Mengapa kejuaraan Kemendikbud dihitung secara agregat, lebih dari satu kejuaraan dengan alasan berjenjang? Mengapa perlakuan yang sama tidak diberikan kepada CPD dengan jalur kejuaraan Kemenpora dan induk olahraga yang menaungi?
Masa kejuaraan yang diselenggarakan Kementerian Pemuda dan Olahraga kurang diperhitungkan? Begitu juga kejuaraan yang diadakan oleh induk cabang olahraga?
Namanya prestasi ya prestasi, harus diapresiasi, bukan hanya sekedar basa basi, nilainya harus transparansi. Karena itu, adalah hak asasi.Â