Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kerennya JPO Pinisi Karet, Bisa Melihat Lanskap Jakarta dari Atas

14 Maret 2022   22:31 Diperbarui: 15 Maret 2022   19:31 1807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Taraaa... akhirnya kesampaian juga saya melihat lebih dekat bentuk fisik jembatanan penyeberangan orang (JPO) Pinisi Karet, jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat,  yang lagi viral itu. 

Kebetulan tadi siang saya ada agenda kegiatan di Menara Batavia, Karet. Jarak dari sini ke JPO tidak begitu jauh. Bisa ditempuh dengan berjalan kaki. 

"Gue mau ke JPO Pinisi, mau foto-foto, sekalian mau buat tulisan, mau ikut nggak?" kata saya kepada teman saya: Stevani Elisabeth, Ashriati, Ida Lumongga, dan Eny Widayati,  Senin, 14 Maret 2022, usai mengikuti kegiatan yang sama. 

Mereka ternyata mau, karena mereka juga ingin melihat lebih dekat. Bukan lewat berita atau foto-foto atau video-video yang berseliweran di media sosial. 

Ok, kami pun berjalan kaki. Cuaca cukup terik. Tapi tidak menyurutkan langkah kaki kami. Mungkin juga karena jaraknya cukup dekat. Jadi, pantang menyerah hahaha... 

Tidak sampai 15 menit sampailah kami di sini. Kami pun serempak memasang raut wajah terkejut karena terpesona. 

Di atas anjungan kapal pinisi (dokumen pribadi) 
Di atas anjungan kapal pinisi (dokumen pribadi) 

"Wow, keren ya. Instagramable," seru kami. 

Jembatan ini berbentuk menyerupai kapal pinisi di bagian tengahnya. Diresmikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Kamis, 11 Maret 2022. Baru empat hari lalu. Masih baru banget.

Konsep Pinisi dipakai sebagai simbol kapal untuk mengantarkan masyarakat agar bisa mengarungi berbagai belahan dunia. Begitu kata Anis saat meresmikan. Keren juga filosofinya. 

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

"Kita berharap Kota Jakarta ini menjadi kota yang tangguh, kota yang ulet, yang warganya akan membawa kota ini ke kota global yang diperhitungkan dunia," begitu ucap Anies.

Selain itu, dipilihnya Pinisi bisa sebagai representasi sosok kapal Pinisi yang dulu merupakan alat transportasi kebanggaan nusantara.

Sesampainya kami di sini, kami temui sudah banyak juga masyarakat yang berfoto. Anak-anak, remaja, dewasa, hingga orangtua. 

Di setiap sudut berfoto. Jepret sana,  jepret sini. Pose begini, pose begitu. Bahkan, sampai harus antre untuk mendapatkan spot-spot yang keren. Hahaha... termasuk kami. 

Kalau saya perhatikan, jembatan ini lebih luas dibandingkan JPO lain yang pernah saya lewati. Uniknya, memiliki dua jembatan lurus dan melengkung. 

Satu jalur lurus untuk pejalan kaki, jalur melengkung untuk pesepeda yang di ujungnya berakhir pada lift yang dalamnya juga cukup luas. 

Bisa dibilang jembatan ini ramah terhadap disabilitas dan pesepeda. Dengan jembatan ini bisa untuk dilalui orang atau jembatan penyeberangan orang (JPO), bisa juga sepeda atau jembatan penyeberangan sepeda (JPS).

Lift yang cukup luas (dokumen pribadi) 
Lift yang cukup luas (dokumen pribadi) 

Lift ini sendiri memang khusus ditujukan bagi pesepeda, disabilitas, lansia, anak-anak, ibu hamil. Sehingga membuat masyarakat menyeberang secara mudah.

Saya sempat berpapasan dengan pesepeda yang ke luar dari lift.  Memang cukup luas juga sih kalau mau sepedaan di JPO ini. 

Bisa keliling-keliling sepuasnya sampai bosan. Dari Sudirman depan Hotel Le Meredien, sampai Sudirman depan World Trade Center (WTC). Mau beberapa putaran, ya terserah. Suka-suka deh. Bebasss. 

Oh iya, ternyata jalur sepeda ini boleh digunakan bagi pesepeda jenis apapun. Baik untuk berdagang atau untuk transportasi. Pokoknya, tidak ada pembatasan sepeda di jembatan ini. Titik! 

Pertimbangannya, banyak pejalan kaki atau pesepeda yang tidak bisa menyeberang, kecuali di ujung utara Bundaran HI (Hotel Indonesia) atau di ujung selatan Bundaran Senayan. 

Di belakang saya tertulis nama-nama tenaga kesehatan yang wafat dalam peperangan melawan Covid-19
Di belakang saya tertulis nama-nama tenaga kesehatan yang wafat dalam peperangan melawan Covid-19

Jauh banget, kan? Saya yang terbiasa jalan kaki saja pasti ngos-ngosan. Jangankan berjalan kaki, bersepeda juga bikin napas ngos-ngosan juga. 

Jadi, dengan adanya jembatan Pinisi ini, pesepeda memiliki akses di tengah untuk berpindah dari sisi barat ke timur atau timur ke barat. Keren kan? Kerenlah!  Hehehe... 

Secara fungsi jembatan ini sama saja sih, untuk menyeberang. Menjadi menarik karena memang desainnya menarik. Karena menarik, tentu saja membuat masyarakat tertarik. Tidak terkecuali saya eh kami hahaha... 

Warna yang ditampilkan pun kian membuat menarik. Orange dan merah pada bagian bawah, ditambah bentuk zig zag pada pinggiran JPO memberikan kesan tersendiri.

Untuk lantai dipadukan dengan warna yang cerah dan berani. Lantainya yang bermotif kayu, membuat JPO ini berkesan mewah.

Terintegrasi juga dengan Halte Bus Tranjakarta "Karet". Jadi, sebelum naik atau sesudah turun, masyarakat bisa istirahat sejenak di sini. Tentu saja sambil berfoto-foto. Bagaimana orang tidak tertarik coba? 

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Jembatan ini dibangun dengan konsep modern. Di anjungan bertema kapal pinisi ada galeri apresiasi. Galeri ini bertuliskan nama-nama tenaga kesehatan yang gugur dalam menangani pandemi Covid-19 selama 2020-2021. 

Mereka memang layak disebut juga pahlawan karena ikut berperang melawan Covid-19 demi kesehatan bangsa Indonesia. Karena itu, jasa mereka layak untuk dikenang dan diapresiasi. 

JPO ini terbentang sepanjang 67,2 meter. Sedangkan untuk JPS sepanjang 89,7 meter. Jembatan ini juga dilengkapi sensor beban yang dipasang di anjungan pandang. Sensor ini berfungsi membatasi orang berada di atas anjungan pandang.

"Sensor beban dipasang di anjungan dengan membatasi keberadaan orang di anjungan sebanyak maks 50 orang. Walaupun sebenarnya kapasitasnya lebih dari 50 orang," ujar Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho, Hari Nugroho, sebagaimana yang saya baca di kompas.com.

Sebanyak 14 unit CCTV dipasang di seluruh area jembatan. Terakhir, jembatan ini dilengkapi oleh 470 LED dan 10 lampu RGB yang diklaim mampu menambah nilai estetika pada malam hari.

JPO ini juga dilengkapi dengan rambu-rambu, seperti rambu "dilarang melompat", "dilarang berdiri" di atas pagar pembatas.  

Semoga saja JPO ini aman dengan adanya rambu-rambu ini dari kemungkinan orang yang kesehatan jiwanya tengah terganggu.

Puas mengitari, kami pun pulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun