Cerdas kan saya? Hemat bin irit. Lha iya kan dalam situasi seperti ini skala prioritas menjadi hal penting untuk dipertimbangkan.Â
Biasanya suami dukung-dukung saja. Atau jangan-jangan suami saya happy karena tidak perlu mengeluarkan uang? Hahaha...
"Emang bunda bisa?" kata anak kedua saya sedikit (atau banyak?) meragukan saya.
"Ya bisalah. Tinggal potong aja," kata saya tertawa.
"Kalo gagal bagaimana?" tanyanya lagi.
"Nggak bakalan. Kalo pun gagal, lha kan di rumah ini. Siapa yang mau lihat coba? Paling juga bunda, daddy. Nanti masuk sekolah, rambut sudah tumbuh lagi. Lha kan pakai jilbab ini," kata saya.
Akhirnya, anak saya pun mau. Saya berhasil membujuknya. Saya lantas mempersiapkan peralatan yang diperlukan, mulai dari gunting, sisir, handuk, cermin, ikat rambut, kursi. Sudah itu saja. Simpel kan, tidak ribet.
Cara saya memotong rambut sendiri, saya perlakukan sama kepada anak-anak saya. Begini langkahnya:
1. Saya minta anak saya duduk di depan cermin. Saya pakaikan pelindung pakaian agar tidak terkena potongan rambut. Fungsinya agar bekas potongan rambut tidak masuk ke dalam baju.
Pakai apa saja yang kira-kira bisa melindungi pakaian. Pakai jilbab tidak terpakai atau kain biasa atau koran juga bisa dengan cara melubangi bagian tengah dengan ukuran kepala yang tepat. Kemudia rambutnya saya sisir.
2. Belah rambut menjadi dua lalu ikat setiap sisi sesuai panjang yang akan dipotong.Â