Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Hati-hati Belanja Online di Facebook

22 Mei 2021   16:25 Diperbarui: 23 Mei 2021   01:05 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belanja online. Sumber: Kompas.com

Tadinya saya tertarik membeli produk standing Alquran merk x. Sebagaimana namanya, ini adalah Alquran dengan disertai alat penyanggah. Rencana saya Alquran ini akan saya pakai saat saya shalat.

Jadi, setelah membaca surat Alfatihah, saya akan membacanya dari Alquran ini yang posisinya nanti dekat saya yang kira-kira mata saya bisa menjangkaunya. Menurut saya, ini adalah produk yang bermanfaat.

Pertimbangan saya untuk membeli produk ini karena bacaan surat dalam shalat saya ya itu-itu saja. Surat-surat pendek. Padahal, usia saya sudah beranjak tua. Masa bacaan suratnya tidak ada kemajuan? Itu lagi, itu lagi. 

Yang saya tahu Nabi Muhammad SAW telah memberitahu umatnya tentang keutamaan membaca Alquran. Salah satunya, membaca Alquran ketika sedang shalat.

Alquran yang dibaca ketika shalat adalah lebih baik daripada yang dibaca di luar shalat. Begitu tausyiah yang pernah saya dengar.

Jadi ketika produk ini muncul di halaman Facebook saya, saya pun lantas pencet "pesan sekarang" yang langsung direspon oleh CS-nya.

Tapi setelah dipikir-pikir, saya tidak mungkin juga bisa membacanya dari jarak berdiri mengingat penglihatan saya yang buram. Jangankan tidak pakai kacamata, pakai kacamata saja tidak terlihat jelas. Baru jelas jika baca dalam jarak dekat tanpa kacamata.

Jadi, saya pun membatalkan oder tersebut. Nanti pas shalat saya bacanya pakai Alquran kecil segenggaman tangan saja seperti yang sudah-sudah. Begitu pemikiran saya.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Tapi ternyata tidak semudah itu main membatalkan. Karena jika saya tidak jadi beli ada beban biaya yang harus ditanggung si CS. Rupa-rupanya, ketika saya pencet "order sekarang" berarti saya sudah dinyatakan membeli dan harus jadi.

Bingung juga saya, kan belum bayar, jadi boleh dong saya tidak jadi beli. Sama halnya ketika saya mencoba baju atau sepatu atau sandal di toko di mall, kalau tidak cocok, tidak ada larangan untuk tidak jadi membeli.

"Afwan ukhti, lalu bagaimana dengan orderannya, ukhti kan sudah isi form dan seharusnya sudah berniat membeli. Link kami berbayar ukhti kalau ukhti cancel nanti saya dapat komisi dari mana, mohon kerjasamanya ukhti," chatnya.

Saya belum membalas, ia melanjutkan chatnya. "Afwan namanya juga sales, jadi ukhti masuk form itu bayar. Jika ukhti cancel nanti ana yang tanggung, dan 1 form itu 50.000, jadi afwan jangan dicancel ya," katanya.

Saya jadi tidak enak hati juga. Membayangkan si CS yang harus menanggung biaya tersebut. Tapi iya sistemnya seperti itu? Tapi tidak apa-apalah. Dibandingkan saya harus mengeluarkan uang jutaan, lebih baik kehilangan 50.000 - 100.000.

Jadi, saya tetap membatalkan orderan saya tapi saya yang menanggung beban biaya yang ia sampaikan. Anggap saja saya sedekah. Saya pun mentransfer 100 ribu setelah minta nomor rekeningnya. 

Dengan rincian bayar pembatalan dan komisi buat si CS. Ya biar dia tetap semangat menjual produk tersebut dan bisa mendapatkan komisi.

***

Buku tentang bagaimana kehidupan Rasulullah sehari-hari yang dijual toko online muncul di laman watch Facebook saya. Dalam promosinya buku ini memuat banyak hal tentang Rasul. 

Saya pun tertarik untuk membelinya setelah toko online itu berulang kali wara wiri di hp saya. Saya memang sedang mencari buku tentang Rasulullah agar saya bisa mengetahui lebih jauh lagi mengenai beliau.

Lalu saya pun mengorder, yang ternyata bayarnya dengan sistem COD alias cash on delivery. Buku sampai, baru saya bayar. Berhubung saya sedang di luar rumah, jadi uangnya saya titipkan kepada mbak sejumlah yang disebutkan.

Berbulan-bulan berlalu saya baru membuka buku yang saya beli itu. Judulnya "Mengenal Pribadi Agung Nabi Muhammad SAW". Sampulnya hard cover. Pantas harganya mahal, menurut saya. 

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Setelah saya baca-baca ternyata buku setebal 208 halaman itu berisi kumpulan hadist-hadist yang disusun dalam bab per bab. Misalnya bab fisik Rasulullah, bab rambut Rasullullah. Ada 57 bab yang tersusun dalam buku ini.

Saya pikir ada penjelasan yang runtut mengenai sosok Rasulullah. Kalau isinya hadist saja, saya masih bisa cari kumpulan hadist di internet. Yang saya inginkan buku yang mengulas lebih detil seperti buku-buku yang pernah saya baca.

Dalam promosinya, toko online itu tidak menyebutkan kumpulan hadist. Jadi dalam pikiran saya, buku ini seperti yang ada dalam bayangan saya. Nyatanya tidak. Jelas saya kecewa. Apalagi harga bukunya cukup mahal untuk ukuran saya.

Yaaa mau bagaimana lagi? Saya sudah bayar, kemasan sudah saya buka, sampul plastik juga sudah saya sobek. Itu pun setelah berbulan-bulan kemudian. Mau protes, harusnya pas buku itu tiba. Tapi iya semudah itu?

***

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Ini adalah pembersih keramik khusus kamar mandi yang saya beli dari toko online yang wara wiri di watch Facebook saya. Pembayarannya dengan sistem COD. Saya lupa, saya sendiri yang bayar atau saya titip?

Saya beli karena tergiur promonya. Setelah saya buka, ternyata ukurannya kecil. Untuk benda sekecil ini dengan harga 158.000 jelas mahal. Ditambah ongkos kirim 10.000. 

Kalau beli di minimarket dengan merek yang biasa saya beli bisa dapat berapa botol itu dengan uang sebesar itu. Cuma jalan kaki dari rumah. Ngirit banget.

"Mas, kok barangnya cuma 1 ya, bukannya promo beli 1 gratis 1?" tanya saya melalui chat WA.

"Promonya beli 2 gratis 1 bu," balasnya.

Oh berarti saya salah baca dong. Ya ampun, mau untung jadi buntung. Sudah itu botolnya seukuran cairan pemutih yang ukuran kecil. Mahal banget. Saya jadi menyesal. Buang-buang duit saja.

Saya memang pernah beli cairan pembersih kamar mandi secara online. Harganya lebih murah dari yang ini tapi ukurannya lebih besar disertai kuas. Cairannya memang ampuh. Keramik lantai, dinding, dan closet, yang saya olesi cairan itu langsung kinclong seperti baru.

Tapi saya lupa mereknya, lupa juga nama tokonya. Jadi, saya berpikir cairan yang saya beli itu tidak beda jauhlah. Eh, ternyata saya salah. Mau bagaimana lagi? Jadilah saya pakainya dengan irit. Terlebih hasilnya tidak seperti yang dipromosikan.

***

kompas.com
kompas.com
Facebook adalah media sosial terbesar di Indonesia. Hampir semua orang di Indonesia sudah terhubung melalui situs jejaring facebook ini. 

Selain menjadi media sosial, banyak orang mulai melihat peluang media sosial sebagai tempat dalam berjualan. Tapi berbelanja di sini, perlu berhati-hati juga.

Mengapa? Karena saat ini Facebook belum memungkinkan untuk menjaga transaksi online seperti layaknya di e-commerce atau market place. 

Di Facebook juga belum ada sistem rekening bersama sebagai perantara yang menahan dana transaksi sebelum barang diterima pembeli.

Karena itu, kita harus pintar-pintar dan lebih selektif memilih olshop atau penjual yang terpercaya demi keamanan transaksi kita.

Berkaca dari pengalaman saya, berikut tips berbelanja di media sosial Facebook

1. Berpikir sebelum memesan. Ditimbang-timbang apakah barang yang akan kita beli sesuai dengan yang kita butuhkan. Apakah sesuai juga dengan kondisi kita. Jangan sampai kita harus mengeluarkan uang karena ketidakhati-hatian kita.

2. Jangan terbuai harga promo. Kita harus teliti dengan promo yang ditawarkan, yang bisa jadi harga yang kita beli harga asli. Perlu dikalkulasi harga harga yang kita bayarkan memang sesuai.

3. Cek testimonial pembeli. Yang namanya jual-beli online pasti ada testimoni yang terlihat pada komentar. Jika komentar sedikit atau tidak ada sama sekali maka kita perlu berhati-hati. Seingat saya ketika itu saya tidak mencek komentar pembeli lain. Saya juga tidak memperhatikan apakah ada kolom komentar?

4. Tanyakan pada rekan. Tidak ada salahnya kita bertanya terlebih dahulu kepada rekan kita. Siapa tahu ada yang pernah mencoba produk itu. Kalau tanggapannya negatif, ya jangan dibeli.

5. Cek profil penjual. Periksa profil penjual jika info tertutup atau tidak tertera lengkap.  Cek juga foto galerinya. Jika tidak menemukan foto pendukung keaslian seperti foto pribadi, bukti pengiriman barang, nomor resi, foto paket, maka hentikan niat kita untuk membeli produk tersebut.

Hikmahnya: sebelum memesan harus dipikir dan ditimbang baik-baik agar tidak mengecewakan banyak pihak.

Demikian pengalaman saya, semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun