"Perencanaan kota berkelanjutan berarti adanya keseimbangan antara elemen lingkungan, sosial, dan ekonomi yang sesuai dengan kebijakan nasional yaitu mendukung kesejahteraan masyarakat," ujar Sibarani.
Sri Maryati menyatakan rasa bangganya atas prestasi mahasiswanya dan mengajak agar para civitas akademik untuk terus mendukung mahasiswa mengeksplorasi bakat terbaiknya untuk menjadi arsitek berwawasan lingkungan.
Selvia menjelaskan, timnya mendesain area seluas 5 hektar yang memiliki aspek fungsi hunian, pendidikan, rekreasi yang tentunya dibangun dengan desain futuristik.
"Dari acuan SDGs 2030, kami memfasilitasi beberapa desain pada area tersebut yaitu pasar, apartemen, sekolah, urban farming area, commercial area, dan museum," jelasnya.
Selvia juga mengungkapkan RE(BOND)IR turut mendukung efisiensi energi dengan upaya mengurangi emisi karbon sehingga konsep sustainable lifestyle dapat terwujud di kawasan tersebut.
Pembangunan berkelanjutan sendiri telah menjadi wacana global dalam beberapa dekade terakhir, yang tentu saja menuntut para pelakunya untuk lebih memperhatikan lingkungan.
Meski tak mudah karena berhadapan dengan isu-isu seperti kemiskinan, ledakan populasi, dan pengangguran, namun para mahasiswa ini mampu menjawab sejumlah persoalan krusial ini.
Tidak bisa dipungkiri, Indonesia adalah negara dengan potensi besar untuk berkembangnya ide-ide konstruksi berkelanjutan.
Karena itu, dalam pembangunannya, para pihak -- arsitek, mahasiswa, insinyur, pemilik proyek, hingga perusahaan konstruksi, harus memperhatikan konsep berkesinambungan dalam menciptakan suatu bangunan yang baik bagi masyarakat.
Kini, sudah saatnya generasi muda menuntaskan permasalahan ini dengan segala karya dan potensinya. Ayo, tunjukkan karyamu!