Mohon tunggu...
neneng salbiah
neneng salbiah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada buku yang ingin kau baca, namun kau tak menemukannya, maka kaulah yang harus menulisnya!

Apa yang kamu lihat itu adalah berita. apa yang kamu rasakan itu adalah puisi dan apa yang kamu khayalkan itu adalah fiksi. saya berharap pembaca tidak menghakimi tulisan-tulisan yang ada di blog ini. karena saya penulis pemula. belum pandai dalam menata ide pokok cerita dalam sebuah paragraf yang sempurna. Seorang ibu rumah tangga yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Menanti Ibu Pulang

13 Februari 2024   11:05 Diperbarui: 7 Maret 2024   00:46 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Adik Bayi yang selalu menangis karean haus dan lapar (Sumber fhoto istock)

Sejak saat itu hidup mereka menjadi tidak menentu, sering sekali tidak ada nasi di rumah, karena hanya ibu yang mencari uang sebagai pemulung, pernah ibu menjadi buruh cuci, tapi gaji yang diberikan sang majikan satu bulan sekali, hingga akhirnya ibu memutuskan untuk memulung barang bekas agar mendapatkan uang setiap hari meskipun sedikit, untuk sekedar membeli beras agar dapat menyambung hidup bersama kedua anaknya.

Beberapa program pemerintah yang ramai di bicarakan sedikit pun belum pernah di terima, pernah satu hari Anisa dan Ibu sedang berjalan melintasi kerumunan antrian orang yang sedang mengambil beras program pemerintah. "Mereka sedang apa Bu," tanya Nisa.

"Ibu juga tidak tahu, hanya kabarnya hari ini ada pengambilan beras dari pemerintah," jelas ibu.

"Ayo, Bu... kita ikut ngambil," ajak Anisa polos.

"Tidak bisa, Nak... hanya yang memiliki kupon yang bisa ambil dan Ibu tidak punya kuponnya,' jawab ibu seraya tersenyum.

"Kenapa pemerintah tidak bagi rata kuponnya? Kita juga, kan butuh beras sama seperti mereka," ucap Anisa kembali seraya menatap ibunya.


"Ini, kita sudah punya untuk makan hari ini," jawab sang ibu seraya mengangkat tentengan di tangannya, merka pun tertawa dan kembali berjalan menuju rumah dengan menenteng 1 liter beras dan 1 bungkus biskuit untuk adek bayi hasil keringat ibu hari itu.

Kini wanita yang terlihat lebih tua dari usia sebenarnya, tengah menangis dalam sel salah satu kantor polisi, membayangkan kedua bocah yang menanti kepulangannya di rumah.

Siang tadi di saat ia sedang mengais barang-barang bekas di dalam proyek, tiba-tiba securty menyeretnya, ia dianggap telah mencuri barang-barang bekas tersebut, padahal yang ia ambil hanya botol-botol plastik, ember-ember kecil bekas cat, hanya saja ia sedikit mengambil besi-besi sisa potongan, itulah yang membuat ia di tuduh sebagai pencuri.

Ilustrasi Ibu yang di penjara (sumber fhoto iStock)
Ilustrasi Ibu yang di penjara (sumber fhoto iStock)

Ia membayangkan jika menjual besi-besi itu, pasti hasilnya akan lebih banyak, toh jika pun besi-besi itu tidak di amabil hanya akan terus bertumpuk dan hangus di makan karat, karena sudah banyak sekali tumpukan-tumpukan besi tua yang terbengkalai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun