Mohon tunggu...
neneng salbiah
neneng salbiah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada buku yang ingin kau baca, namun kau tak menemukannya, maka kaulah yang harus menulisnya!

Apa yang kamu lihat itu adalah berita. apa yang kamu rasakan itu adalah puisi dan apa yang kamu khayalkan itu adalah fiksi. saya berharap pembaca tidak menghakimi tulisan-tulisan yang ada di blog ini. karena saya penulis pemula. belum pandai dalam menata ide pokok cerita dalam sebuah paragraf yang sempurna. Seorang ibu rumah tangga yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Menanti Ibu Pulang

13 Februari 2024   11:05 Diperbarui: 7 Maret 2024   00:46 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Adik Bayi yang selalu menangis karean haus dan lapar (Sumber fhoto istock)

Namun takdir berkata lain, semua tidak sesuai dengan apa yang di bayangkan, sekarang ia di tuduh sebagai pencuri, dan anak-anak menjadi korban.

Semua tidak ada yang mau mendengar penjelasannya, meski ibu muda tersebut sudah berkali menjelaskan dengan berurai air mata.

"Baik, Pak... jika memang saya harus di penjara, tapi... saya mohon ijinkan saya pulang terlebih dahulu, di rumah anak-anak saya masih sangat kecil untuk di tinggal tanpa berpamitan," ujarnya setengah mengiba.

"Tidak perlu banyak alasan!" ucap penjaga kantor polisi tersebut seraya mendorong wanita itu ke dalam sel sempit.

"Ya.... Allah aku titip anak-anakku, Kau yang maha segalanya," gumamnya setelah merasa lelah menangis dan berteriak.

Sementara Anisa, bocah yang belum memahami kerasnya kehidupan tapi sudah merasakan pahitnya kemiskinan, ia terus memandang ke ujung jalan dengan senyum yang tak lepas dari sudut bibirnya, membayangkan sang Ibu pulang dengan membawa pisang goreng, atau sebungkus nasi, karena saat ini perutnya sudah sangat perih menahan lapar.


Ketika ibu pulang nanti Nisa akan bilang jika ia sudah menjadi anak baik, menjaga adik sampai ibu kembali. Sekarang adik sudah tertidur dengan lelap, dia tidak menangis lagi.

Anisa tidak pernah tahu jika adik bayinya, terpejam dalam tidur panjang dengan tenang.... Terlelap untuk selamanya, sang adik telah pergi dengan membawa rasa haus dan dahaga.

*Untuk mereka yang hidup dan berjuang di bawah garis kemiskinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun