Mohon tunggu...
Nenden SuryamanahAnnisa
Nenden SuryamanahAnnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Hanya seseorang yang sedang belajar menulis dan belajar menyampaikan opininya lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Andai Aku

28 November 2021   11:59 Diperbarui: 28 November 2021   12:05 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kakek Jim! Aku butuh sepatu lain!" Kakek jim yang berdiri dua langkah di depanku sedikit tersentak.

"Mungkin Nona ingin mencoba sepatu pentopel ini. Nona akan menjadi pewaris perusahaan tunggal, tak perlu repot wawancara. Nona bisa langsung masuk dan mendapat jabatan yang bagus." Aku menggeleng tegas.

"Bekerja itu melelahkan Kakek Jim, aku ingin jadi seorang istri saja. Tinggal diam di rumah dan melayani suami. Bawakan aku sepatu untuk pernikahan muda, kali ini aku akan membelinya." Kakek jim lekas memilih sepatu di rak paling belakang. Ia membawa sepatu sendal berwarna putih --sedikit berubah abu karena debu. Aku langsung menyambarnya, lantas bergegas memakainya.

"Apa Nona yakin akan memakainya? Jadi istri tak seindah yang dibayangkan Nona" Aku melambaikan tangan, tenang saja. lagi pula aku tinggal melepas sepatunya saja, bukan?

"Tapi jika Nona ingin membeli sepatu dari tokoku, Nona harus menyerahkan sepatu kets ini, apa tidak masalah?" Aku sedikit terkekeh, kembali melambaikan tangan. Tentu saja boleh, sepatu tua itu seharusnya malah dibuang saja.

Splash! Cahaya putih itu datang lagi, Kali ini aku sudah sangat siap, mataku sudah terpejam beberapa detik lalu lantas membuka mata beberapa detik kemudian. Aku tiba di ruang tengah sebuah rumah besar dengan mangga muda di pangkuan. Hey lihat, perutku besar, aku sedang mengandung. Rasanya aneh tapi juga menyenangkan. Di hadapanku TV LCD memutarkan drama korea. Aku tersenyum, artis kesukaanku ada di sana.

"Sayang, papah berangkat yah" aku reflek menoleh, si pemilik suara --sepertinya itu suamiku, ia mencium kening sembari mengusap rambutku kemudian beralih ke perutku. Perasaan apa ini? ada rasa hangat, tenang, bahagia dan geli dalam waktu bersamaan. Tapi aku suka sensasi ini. aku mencium tangannya, balik tersenyum lalu bilang "jangan pulang terlalu larut." Lelaki itu tertawa. Wajahnya bertambah tampan berkali-kali lipat.

Aku kembali menonton drama sembari menyuap mangga asam. Lima menit kemudian suara pintu terbuka, aku reflek menoleh. Apakah lelaki tampan itu kembali lagi? Tebakanku keliru, dari balik pintu muncul seorang Wanita paruh baya, wajahnya sedikit memiliki garis wajah lelaki tampan itu. Apa dia mertuaku?

"Aduh kok rumahnya berantakan gini?!" Aku lupa, hal buruk pasti terjadi dalam setiap kehidupan, dan sepertinya mertua adalah hal buruk di kehidupan ini. Aku mengeluh tertahan. Apa aku lepas sepatunya sekarang?

"Biarkan aku membersihkannya, Irzan pasti tak sempat membantumu membereskan rumah, dia terlihat sibuk akhir-akhir ini." Aku segera berdiri. Bingung harus merespon apa. Apa itu sarkasme? Aku segera mengambil sapu.

"Hei, Ibu kan sudah bilang jangan pegang alat-alat seperti itu saat hamil tua, ayo duduk! Ibu sangat beruntung mendapatkan menantu baik dan cantik sepertimu. Sudah sana kembali menonton! selama ibu disini kau bisa bebas istirahat." Wanita itu tersenyum lembut. Senyum paling tulus yang pernah kulihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun