Bersama Pak Tani pula, jarang berbicara, hanya lengkungan bibir tipis terbit. Pak Tani selalu merawat ladang bak mendandani rambut hitam Zio--- dulunya Pak Tani memang tukang cukur---penuh ketulusan.Â
Pak Tani akan kembali ke gubuk ketika mentari tenggelam, lalu siap mendongeng pada Zio seperti malam-malam biasanya. Namun siang itu, pintu rumah Pak Tani digedor-gedor heboh oleh seseorang. Kiranya pak Tani yang mendapat tangkapan ikan, Zio memberanikan diri membuka pintu, betapa terkejutnya ketika yang datang ternyata gadis berlesung pipit yang heboh.Â
"HAH? AYAH PUNYA SIMPANAN? COWOK LAGI!" kejut si gadis. Zio tertawan, gemetaran, ia ingin menghalangi gadis itu tetapi si gadis  terlalu energik.Â
"Kamu siapa? Jawab!" gertak si gadis.
Zio malah menangis
"Ih kok nangis sih, maaf ... aku kasar ya?" Â Si gadis mendekat, tangannya mengelus rambut Zio. Berikutnya si gadis tersenyum ketika bahu Zio masih bergetar. "Kenalin, nama aku Alice. Bacanya aelis," ucap Alice.Â
Matahari telah pamitan, Pak Tani bergegas pulang. Ketika jarak lima puluh meter dari rumah, sudah terdengar tawa anak gadisnya. Â Anak gadisnya telah pulang menimba ilmu dari negeri sebelah. Pikirannya kali ini hanya pada Zio. Alice menyambut hangat sang ayah, kemudian mereka melanjutkan pembicaraan karena Pak Tani merasa Zio aman.Â
Nyatanya peri penakut mampu luluh oleh  anak semata wayangnya. Padahal biasanya Zio membutuhkan waktu lama untuk sekedar tertawa bersama. Malam itu, Pak Tani menjelaskan bahwa Zio merupakan keturunan peri yang tidak sengaja pernah berbuat kesalahan pada manusia, kemudian Zio memilih tinggal di dunia saja meski dalam kurungan, karena di Kahyangan juga banyak yang berusaha menyingkirkan Zio untuk menjadi Pangeran.Â
Kenyamanan Zio tumbuh di antara mereka, Alice dan Pak Tani selalu mengajari cara bahagia sederhana. Alice yang memiliki hobi memasak, bereksperimen menjelajah berbagai macam resep makanan.Â
Malam itu Awan memiliki mood baik, menyuguhkan makhluk bumi dengan mengizinkan para bintang dan bulan menyapa. Tapi tidak dengan Kejora, ia memilih bersembunyi di balik awan-awan putih, ketika Bintang lain bertanya ada apa, Kejora menjawab tanpa senyuman cerah, meski terdengar beberapa kali keluhan manusia karena Kejora malam itu absen melengkapi kebahagiaan atau mengobati kesedihan mereka, tapi Kejora tidak peduli, karena yang diinginkan bukan mereka.Â
Esoknya tanpa rencana, Alice memaksa Zio berdandan lebih tampan, karena ia berencana mengajak peri berkulit kuning langsat itu ke Istana Musik. Tak lain alasannya karena ingin Zio memiliki banyak kenangan.Â
Tiba di Istana Musik, nyatanya tidak sesuai harapan, Istana musik dipenuhi lagu-lagu sedu, banyak muda-mudi galau. Tiap ujungnya kalimat bernada kelu.Â