Mohon tunggu...
Sid noise
Sid noise Mohon Tunggu... Buruh - Jangan Mau di Bungkam

Akun subsidi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Manunggaling Kawula Gusti dari Masa ke Masa

10 Juli 2020   01:00 Diperbarui: 10 Juli 2020   00:54 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maksud ibnu sina ketika tuhan maha mengetahui bahwa itu putih, itu bulat itu bumi maka tuhan tergantung dengan apa yang di ketahuinya, makanya dia bilang tuhan tidak maha mengetahui untuk menjelaskan bahwa tuhan itu tidak tergantung dengan apa yang di ketahui. Maksud mengetahui oleh ibnu sina adalah tuhan itu mengetahui dirinya kemudian pengetahuan itu menjelma menjadi alam semesta. Jadi alam semesta ini wujud dari pengetahuan tuhan, tuhan tidak mengetahui semua ini karena ini semua berasal dari tuhan.

Tapi lambat laun ibnu sina pun menyerah dengan cara menemukan tuhan dengan metode filsafat itu berat, capek melelahkan dan tidak efektif. Kemudian dia menulis sebuah buku yang belum selesai di tulis sampai akhir hayat nya yaitu hikmah masyrikiyah yang menjadikan dirinya sebagai seorang teosofi yang menggagas pengetahuan sufistik secara rasional.

Dan semua pengetahuan itu di bantai oleh imam Al Ghazali. Pada waktu umur 9 tahun imam abdul hamid al ghazali menghajar semua pengetahuan - pengetahuan tentang filsafat. Dia menulis tahafut al falasifah 20 piont tiga di antaranya menyebabkan kekafiran. Menurut al ghazali dalam beberapa tema dia mengkafirkan al farabi dan ibnu sina.

Tapi memang dasarnya orang - orang pintar itu unik, pada akhir hayat nya al ghazali membuat buku yang mendukung teosofi, dia mendukung wahdatul wujud, ihtisol fana khulul semacam itu. Jika orang pesantren pasti pernah baca miskatul anwar memang terbatas, buku ini tipis sekali tapi benar - benar mind blowing untuk filsafat tasawuf buku ini pecah banget. 

Diam - diam al ghazali mendukung gagasan al farabi dan ibnu sina cara nya ini seperti memisahkan karya nya untuk orang awam dan orang memang punya ilmunya dan bisa saja pendapat al ghazali bertentangan satu sama lain.

Dan pada akhirnya dalam bukunya munqid addalal al gazhali menyampaikan bahwa,

"Orang - orang yang masih sangat lemah imannya (awam) jangan pernah dikasih tahu tentang gagasan ini ( filsafat, kalam, tasawuf)". Makanya al ghazali membuat dua buku yang kedua - duanya bertentangan yaitu ihya ulumudin untuk kalangan awam sangat terkenal di indonesia dan sangat tebal. Dan untuk kalangan terbatas adalah miskat al anwar tafsir surat annur dan sangat tipis tapi pecah sekali bagi kalangan tasawuf falsafi.

Yang ini kemudian di kagumi oleh suhrawardi al maqdul (bukan suhrawardi syech sunni).

Kemudian tahafut al falasifah gagasan al ghazali ini di bantah oleh ibnu rusyd dimana dia membela ibnu sina dan alfarabi menurut dia al ghazali belum faham. Padahal bukan nya tidak paham tapi al ghazali memilah mana untuk umum mana untuk kalangan terbatas.

Ini bertentangan dengan fenomena di zaman sekarang khusus nya di indonesia. Ngaji saja belum betul sudah enteng benar bibir nya bilang ini kafir, itu kafir, yang imam ghazali dan ibnu rusyd melarang mengkafirkan seperti itu, perdebatan mereka hanya lewat buku yang di sebarkan secara terbatas. Jika santri yang pesantren nya kelewat senior pasti dikasih bacaan nya miskat al anwar, futuhatul makiyyah untuk level awan dibawahnya di kasih nya al hikam, ihya ulumuddin seperti itu.

Tokoh selanjutnya adalah ibnu arabi yang dikenal sebagai puncak nya wahdatul wujud. Pada umur 15 tahun sudah mengimbangi ibnu rusyd dalam berfilsafat. Saat dia pergi ke mekah karena dia orang eropa begitu dia mendapat pencerahan terbuka mata batin nya dan dia tulis dalam sebuah kitab yang sangat tebal yaitu futuhatul makiyyah disini lah pengertian tentang wahdatul wujud atau syech siti jenar mengartikan dengan manunggaling kawula gusti tersampaikan sedetail - detailnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun