Mohon tunggu...
nela agustina
nela agustina Mohon Tunggu... Lainnya - XII MIPA 7

Hi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel Ahmad Yani

21 November 2021   09:16 Diperbarui: 21 November 2021   09:20 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Namun Konflik Yani dengan Nasution semakin keras ketika lembaga pemberantasan korupsi yang dipimpin Nasution, Panitia Retooling Aparatur Negara (Paran) semakin dalam masuk ke dalam SUAD (Staf Umum AD). Namun, Yani tak frontal melawan karena presiden turun tangan bahkan membubarkan Paran dan menggantinya dengan Kotrar (Komando Tertinggi Retooling Aparat Revolusi).

AD tetap solid tapi hanya untuk melawan PKI. Dalam hal lain, AD tidak pernah benar-benar solid. Pada awal 1965, kentara ada dua kubu yang saling bersaing dalam AD: faksi Yani dan Na-To (Nasution-Soeharto). Keduanya berbeda sikap dalam menghadapi Sukarno, yang kala itu dekat dengan PKI. Na-To tak suka Yani dan jajarannya yang terlalu mengikuti tabuhan genderang presiden, sementara Yani tak suka kekakuan Nasution dalam berpolitik.

Said dalam Gestapu 65: PKI, Aidit, Soekarno, dan Soeharto, yang membawa konflik keduanya ke puncak. Pada akhir 1964, Yani menarik pasukan dari Mabad (Markas Besar AD) yang menjaga rumah Nasution. Mengetahui panglima pertama Siliwangi diperlakukan seperti itu, Pangdam Ibrahim Adjie --yang sama-sama antikorupsi dan pernah bekerjasama dengan Nasution dalam Operasi Budhi-- langsung mengirimkan satu pleton pasukannya untuk mengawal rumah Nasution.

     Pada tahun 1965, ketegangan semakin meningkat. Yani mengambil keputusan keras. "Pada suatu hari Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani memerintahkan Mayor Jenderal TNI Suprapto, salah seorang deputinya --kemudian lebih dikenal sebagai salah seorang Pahlawan Revolusi-- menangkap Jenderal Nasution," tulis Salim Said. Perintah itu dimaksudkan Yani untuk menunjukkan loyalitasnya kepada Sukarno.

Meski tak menyebar ke khalayak, kabar perintah itu sampai ke kubu Nasution. Brigjen TNI Abdul Kadir Besar, salah seorang perwira di kubu Nasution, mengatakan bahwa kubunya telah menyiapkan senjata untuk menghadapi konflik fisik bila Nasution ditangkap. Pasukan Siliwangi yang dikirm Adjie untuk menjaga rumah Nasution pun siap siaga.

Namun, kabar perintah penangkapan Nasution itu sampai ke telinga jenderal-jenderal senior. Basuki Rahmat, R. Soedirman, Sarbini, dan Soeharto, menentang rencana Yani itu. Yani langsung membatalkan perintahnya beberapa hari kemudian. "Bentrok antara pendukung masing-masing kubu yang nyaris terjadi, berhasil terhindarkan," tulis Said.


      PKI berusaha terus merebut kekuasaan negara. Antara Angkatan yang satu dengan lainnya dalam ABRI diadu domba bahkan antara kesatuan-kesatuan dalam angkatan yang sama. Puncak dari usaha itu ialah pemberontakan yang mereka lancarkan pada tanggal 30 September 1965 yang kemudian dikenal dengan nama G30S/PKI. SaSasaran pertama dari pemberontakan itu adalah melumpuhkan Angkatan Darat. Untuk itu pejabat-pejabat teras Angkatan Darat harus diculik dan dibunuh, termasuk Jenderal Ahmad Yani. 

Di rumah yang terletak di ujung Jalan Lembang, Jakarta kira-kira pukul 05.00 tanggal 1 Oktober 1965 mbok Milah, pembantu rumah tangga Yani sudah bangun. Begitu pula Eddy, putra bungsu Yani. Sementara itu di luar rumah, kelompok penculik berhasil menyergap pasukan pengawal, dan setelah itu memasuki pekarangan. 

Sersan Tumiran dalam pakaian seragam Cakrabirawa (pasukan Pengawal Istana) masuk melalui pintu depan yang kebetulan tidak terkunci dan memerintahkan mbok Milah membangunkan Jenderal Yani. Pembantu rumah ini tidak berani dan karena itu Eddylah yang diperintahkan membangunkan ayahnya. Dan Eddy pun segera bergerak ke kamar untuk membangukan ayahnya yaitu Ahmad Yani. Beberapa orang anggota penculik masuk melalui pintu samping dan menimbulkan suara bising yang menyebabkan terbangunnya semua anak anaknya.

Diberitahukan ada utusan yang menghadap, Jenderal Yani segera bangun dan keluar ke ruangan tamu belakang untuk menemui utusan tersebut. Tidak ada rasa curiga sebab yang datang itu adalah anggota Cakrabirawa, pasukan pengawal Presiden.

Sersan Raswad yang memakai tanda pangkat Kapten melaporkan bahwa, Jenderal Yani diperintahkan Presiden segera menghadap ke Istana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun