Mohon tunggu...
Nazwa Rahmadhany
Nazwa Rahmadhany Mohon Tunggu... Mahasiswa

NIM 43223010128 | Prodi S1 Akuntansi | Fakultas Ekonomi dan Bisnis | Universitas Mercu Buana | Prof. Dr. Apollo M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teori Akuntansi Pendekatan Hermeneutik Wilhelm Dilthey

14 Oktober 2025   10:00 Diperbarui: 14 Oktober 2025   10:00 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara konseptual, pendekatan hermeneutik memberikan kontribusi yang substansial terhadap pengembangan wacana akademik akuntansi. Ia menyediakan kerangka teoritis yang komprehensif untuk menafsirkan angka-angka keuangan bukan semata sebagai hasil pengukuran objektif, tetapi sebagai konstruksi sosial yang dibentuk melalui interaksi pengalaman manusia, nilai-nilai budaya, dan simbol-simbol ekonomi. Dalam perspektif ini, laporan keuangan menjadi cerminan realitas sosial yang kompleks, di mana angka berfungsi sebagai bahasa simbolik yang membawa makna moral dan historis. Oleh karena itu, akuntansi dipandang sebagai disiplin yang mengintegrasikan tiga dimensi utama filsafat ilmu, yaitu:

  1. Epistemologi, yang menguraikan bagaimana manusia memperoleh dan menafsirkan pengetahuan ekonomi;
  2. Ontologi, yang menempatkan manusia sebagai entitas bermakna yang menciptakan realitas ekonomi melalui tindakannya; dan
  3. Aksiologi, yang menekankan tanggung jawab moral, etika, dan nilai-nilai dalam praktik akuntansi.

Melalui sintesis ketiga landasan filosofis tersebut, akuntansi dipahami bukan sekadar alat pelaporan, tetapi juga sebagai media refleksi moral dan budaya yang menghubungkan pengetahuan ilmiah dengan realitas sosial. Pendekatan ini mendorong penelitian akuntansi yang lebih kritikal, interpretatif, dan kontekstual, dengan menempatkan pemaknaan manusia di pusat analisis.

Implementasi teori akuntansi hermeneutik dapat diamati secara konkret dalam kasus pelaporan keuangan PT Garuda Indonesia tahun 2018. Laporan laba perusahaan tersebut menimbulkan perdebatan publik karena angka yang disajikan tidak sepenuhnya mencerminkan realitas ekonomi yang sebenarnya. Dalam perspektif hermeneutik, angka laba tersebut tidak dapat dipahami hanya sebagai representasi numerik yang netral, tetapi harus dianalisis melalui dimensi sosial, etis, dan moral yang memengaruhi proses pelaporannya. Situasi ini menggambarkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil konstruksi sosial yang melibatkan tekanan institusional, pertimbangan etika, serta potensi manipulasi oleh pelaku ekonomi. Dengan demikian, akuntansi harus dipahami sebagai refleksi dari kompleksitas perilaku manusia dan dinamika moral di dalam organisasi ekonomi.

Lebih jauh lagi, metode hermeneutik mendorong para akuntan dan peneliti ekonomi untuk melampaui sekat teknis yang membatasi praktik profesional mereka. Pendekatan ini menekankan pentingnya internalisasi nilai-nilai moral, etika, dan budaya dalam setiap tahap penyusunan maupun interpretasi laporan keuangan. Dalam kerangka pemikiran Wilhelm Dilthey, akuntansi menjadi disiplin yang lebih manusiawi dan kontekstual karena mengaitkan fakta ekonomi dengan pemaknaan eksistensial manusia. Laporan keuangan, dalam pandangan ini, dapat disebut sebagai “teks hidup”—sebuah konstruksi naratif yang menghadirkan dialog antara data empiris dan realitas manusiawi yang melatarbelakanginya.

Dengan mengadopsi pendekatan hermeneutik, akuntansi tidak hanya berfungsi sebagai sistem informasi ekonomi, tetapi juga sebagai alat reflektif yang menyingkap relasi antara fakta, nilai, dan makna. Pendekatan ini memperkaya analisis akuntansi dengan dimensi sosial dan moral, sehingga menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana proses ekonomi dipengaruhi oleh konteks budaya dan tanggung jawab etis manusia. Pada akhirnya, teori akuntansi hermeneutik memberikan arah baru bagi perkembangan ilmu akuntansi, menjadikannya lebih kritis, reflektif, dan berorientasi pada kemanusiaan.

Sumber: Modul Kuliah Prof Apollo
Sumber: Modul Kuliah Prof Apollo

Sumber: Modul Kuliah Prof Apollo
Sumber: Modul Kuliah Prof Apollo

Bagaimana Teori Akuntansi Pendekatan Hermeneutik Wilhelm Dilthey Diterapkan dalam Praktik dan Penelitian?

Penerapan teori hermeneutik dalam ranah akuntansi menandai terjadinya perubahan paradigma fundamental dari pendekatan kuantitatif tradisional yang berorientasi pada angka menuju pendekatan interpretatif yang lebih menekankan aspek sosial, historis, serta etis dari data keuangan. Dalam kerangka ini, laporan keuangan tidak lagi dipahami sebagai representasi objektif atas realitas ekonomi, melainkan sebagai hasil konstruksi sosial dan simbolik yang mengandung makna-makna tertentu mengenai perilaku dan dinamika manusia dalam aktivitas ekonomi. Pendekatan hermeneutik menggeser fokus profesi akuntansi dan audit dari sekadar aktivitas pencatatan data menuju proses pemaknaan yang melibatkan refleksi kritis terhadap nilai-nilai, konteks sosial, dan tanggung jawab moral. Dengan demikian, baik auditor, akademisi, maupun praktisi dituntut untuk menafsirkan angka tidak hanya sebagai data numerik, tetapi juga sebagai ekspresi dari pengalaman dan pertimbangan etis yang mendasari keputusan ekonomi.

Dalam konteks praktik audit, penerapan prinsip lingkaran hermeneutika (hermeneutic circle) tercermin dalam proses interpretasi yang bersifat siklikal antara pemahaman terhadap keseluruhan dan bagian-bagian dari entitas yang diaudit. Auditor memulai proses dengan memperoleh gambaran menyeluruh mengenai organisasi, mencakup struktur kelembagaan, nilai budaya perusahaan, hingga kondisi eksternal yang membentuk lingkungan operasionalnya. Setelah itu, auditor menelaah bagian-bagian spesifik, seperti kebijakan manajemen, dokumen pendukung transaksi, dan catatan akuntansi yang terkait. Melalui tahapan ini, auditor tidak hanya memahami data secara parsial, tetapi juga menautkannya kembali dengan konteks menyeluruh, sehingga menghasilkan interpretasi yang lebih komprehensif dan bermakna.

Proses pemahaman tersebut diperdalam dengan analisis terhadap pengaruh faktor sosial, tekanan manajerial, serta dinamika organisasi yang mungkin membentuk cara entitas menyajikan laporan keuangan. Dengan memanfaatkan pendekatan hermeneutik, auditor mampu melihat laporan keuangan bukan semata-mata sebagai hasil pengukuran kuantitatif, melainkan sebagai “teks sosial” yang sarat dengan nilai, kepentingan, dan narasi moral tertentu. Siklus interpretatif ini memungkinkan auditor untuk menilai kewajaran laporan keuangan secara lebih utuh, dengan mempertimbangkan dimensi moral, sosial, dan kontekstual yang melatarbelakanginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun