POTRET PENDIDIKAN INDONESA: Mengurai
Kesenjangan Kualitas Antara Perkotaan Dan Pedesaan
Â
Ketimpangan mutu pendidikan antara wilayah kota dan desa merupakan masalah lama yang hingga kini masih memerlukan penanganan serius. Di wilayah perkotaan, fasilitas pendidikan umumnya lebih memadai-mulai dari laboratorium lengkap, perpustakaan dengan koleksi mutakhir, akses internet cepat, hingga guru-guru dengan kualifikasi tinggi. Sebaliknya, di daerah pedesaan, keterbatasan sarana dan prasarana menjadi kendala utama: gedung sekolah yang kurang layak, terbatasnya peralatan belajar, minimnya akses teknologi informasi, serta kurang meratanya distribusi tenaga pendidik berkualitas.
Infrastruktur dan Fasilitas Pendidikan
Perbedaan fasilitas pendidikan antara kota dan desa sangat mencolok. Sekolah di perkotaan memiliki gedung kokoh dengan fasilitas lengkap---laboratorium modern, perpustakaan memadai dan lapangan olahraga standar. Sebaliknya, sekolah di pedesaan sering kali hanya memiliki ruang kelas sederhana dengan atap rusak dan fasilitas sanitasi terbatas.
Data Kemendikbud menunjukkan 30% sekolah di daerah pedesaan membutuhkan perbaikan infrastruktur mendesak. Masalah akses listrik tidak stabil dan jaringan internet terbatas juga menjadi hambatan, terutama di wilayah 3T yang masih kurang perhatian dalam realisasi program pemerintah.
Kualitas dan Distribusi Tenaga Pendidik
Kesenjangan kualitas guru antara kota dan desa masih menjadi masalah serius. Banyak guru di daerah terpencil terpaksa mengajar beberapa mata pelajaran sekaligus meski bukan bidang keahliannya. Seorang guru di Papua harus mengajar lima mata pelajaran berbeda karena kekurangan tenaga pengajar. Fenomena guru kelas rangkap ini umum terjadi di daerah pelosok.
Sekolah di perkotaan memiliki guru berkualifikasi tinggi dan bersertifikasi untuk setiap mata pelajaran. Sementara di desa, ketersediaan guru yang kompeten masih menjadi tantangan besar. Ketimpangan ini berdampak langsung pada kualitas pembelajaran dan masa depan siswa di daerah pedesaan.
Sarana pendidikan yang memadai merupakan hak  untuk seluruh sekolah baik itu di perkotaan maupun pedesaan. Namun, kenyataan di lapangan masih menunjukkan adanya ketimpangan yang cukup mencolok dalam hal kualitas pendidikan antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Kondisi ini menjadi tantangan serius dalam mewujudkan pemerataan pendidikan yang bermutu di seluruh penjuru Tanah Air. Ketimpangan tersebut tidak hanya memengaruhi akses serta mutu proses belajar mengajar, tetapi juga berpotensi menghambat masa depan generasi muda dan proses pembangunan nasional secara menyeluruh.
Perbedaan Pendidikan Antara Perkotaan dan Pedesaan
Sekolah-sekolah di wilayah pedesaan sering kali dihadapkan pada berbagai keterbatasan, terutama dalam hal infrastruktur dan fasilitas penunjang proses belajar mengajar. Tak sedikit dari bangunan sekolah yang masih bersifat sederhana, dengan peralatan pendidikan yang jauh dari memadai. Sementara itu, institusi pendidikan di kawasan perkotaan umumnya telah menikmati kelengkapan fasilitas modern, seperti laboratorium canggih serta koneksi internet yang cepat dan stabil. Ketimpangan ini menunjukkan adanya ketidakadilan yang tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Selain persoalan fasilitas, kualitas tenaga pendidik juga menjadi faktor penting yang memperkuat kesenjangan pendidikan di Indonesia. Di wilayah perkotaan, sekolah-sekolah umumnya didukung oleh guru-guru yang memiliki kualifikasi tinggi dan pengalaman yang memadai. Mereka juga lebih mudah mengakses pelatihan profesional secara rutin, sehingga kemampuan mengajar mereka terus mengalami peningkatan dan dapat mengikuti perkembangan metode pendidikan terkini.
Sebaliknya, di desa, banyak guru yang harus mengajar di bawah kondisi yang jauh dari ideal. Beberapa guru terpaksa mengajar banyak mata pelajaran di luar bidang keahlian mereka karena kekurangan tenaga pengajar. Tidak jarang pula guru-guru di pedesaan mengalami kesulitan untuk mendapatkan pelatihan profesional, yang mengakibatkan metode pengajaran mereka menjadi usang dan kurang efektif. Kurangnya insentif juga menyebabkan banyak guru enggan mengabdi di daerah terpencil, sehingga desa-desa ini terus kekurangan tenaga pendidik yang berkualitas.
Rekomendasi untuk Mengatasi Kesenjangan Pendidikan menggunakan Infrastruktur dan Teknologi
1. Percepatan pembangunan dan rehabilitasi gedung sekolah di daerah pedesaan dengan standar yang setara dengan sekolah perkotaan, termasuk laboratorium, perpustakaan, dan fasilitas sanitasi.
2. Â Pengembangan pusat-pusat pembelajaran berbasis teknologi di setiap kecamatan yang dapat diakses oleh sekolah-sekolah sekitar, dilengkapi dengan pelatihan untuk guru dan siswa.
3. Perluasan akses internet stabil dan terjangkau ke seluruh institusi pendidikan pedesaan, disertai pengadaan perangkat digital yang memadai.
Pengembangan Kapasitas SDM Pendidikan
1. Peningkatan kualitas dan frekuensi pelatihan guru di daerah pedesaan, termasuk pelatihan penggunaan teknologi pembelajaran dan metode pengajaran inovatif.
2. Pembentukan komunitas belajar antar-guru di tingkat desa dan kecamatan untuk saling berbagi pengetahuan dan praktik baik.
3. Program mentoring jarak jauh yang menghubungkan guru-guru berpengalaman dari perkotaan dengan guru-guru di pedesaan.
Inovasi Model Pembelajaran
1. Penyusunan kurikulum berbasis konteks lokal, yaitu pengembangan materi ajar yang menyesuaikan dengan kebutuhan serta potensi daerah setempat, namun tetap selaras dengan standar pendidikan nasional.
2. Penerapan pembelajaran campuran (blended learning) yang mengintegrasikan metode tatap muka dengan pembelajaran daring serta penggunaan modul belajar mandiri untuk meningkatkan fleksibilitas proses belajar.
 3. Program mentoring jarak jauh yang menghubungkan guru-guru berpengalaman dari perkotaan dengan guru-guru di pedesaan.
Kesimpulan
Kesenjangan pendidikan perkotaan dan pedesaan di Indonesia merupakan masalah struktural yang memerlukan penanganan komprehensif. Infrastruktur minim, distribusi guru tidak merata, keterbatasan akses teknologi, dan faktor sosial-ekonomi menjadi akar masalah yang harus diatasi. Pemerintah telah menjalankan beberapa program seperti BOS, PIP, dan Palapa Ring, namun implementasinya membutuhkan pengawasan ketat. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil menjadi kunci mengatasi kesenjangan pendidikan. Inovasi pendidikan jarak jauh dan kurikulum kontekstual dapat menjembatani keterbatasan geografis Indonesia. Pendidikan berkualitas adalah hak seluruh anak Indonesia, bukan hanya mereka yang tinggal di kota. Dengan komitmen bersama, Indonesia dapat mewujudkan cita-cita pendidikan yang adil dan merata bagi seluruh warganya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI