Mohon tunggu...
Nazwa Adawiyah Safitri
Nazwa Adawiyah Safitri Mohon Tunggu... Mahasiswa Sosiologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Seorang yang mencintai kata ✒️, senang menulis tentang kisah hidup, isu sosial politik, dan pengalaman yang membentuk karakter.✨

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kenapa Kita Harus Menjaga Perasaan Orang Lain, Walau Hati Kita Penuh Dendam?

16 Juli 2025   08:06 Diperbarui: 30 Juli 2025   10:52 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membicarakan orang. Sumber: Pinterest.

Kadang kita merasa pengen banget ngomong blak-blakan. Pengen marah. Pengen komentar pedas. Pengen banget meluapkan uneg-uneg yang udah bikin sesak di dada.Tapi, seringkali kita tahan. Kita pendam. Kita pilih diam. Bukan karena kita munafik. Bukan karena kita takut. Tapi karena kita sadar, nggak semua hal pantas diucapkan, dan nggak semua orang sanggup menerima perkataan kita.

1. Kita Nggak Pernah Tahu Beratnya Hidup Orang Lain

Pernah nggak sih kamu ketemu orang yang sikapnya nyebelin banget sampai bikin kita julid dalam hati?
Kayak, "Apaan sih dia, kok jutek banget?" atau "Ih, sok banget sih!"

Padahal… mungkin di balik sikapnya itu dia lagi berjuang menghadapi masalah besar yang nggak pernah kita tahu. Mungkin dia habis kehilangan orang tersayang, mungkin dia sedang berjuang bertahan di situasi keluarga yang berantakan, atau mungkin dia cuma lagi berusaha bertahan di tengah hari-hari yang berat.

Kita cuma lihat permukaannya, tapi kita nggak pernah benar-benar tahu dalamnya. Dan kadang, satu kalimat kasar dari kita bisa jadi beban terakhir yang bikin dia benar-benar jatuh.

2. Menahan Diri Itu Bukan Lemah, Tapi Tanda Kita Bijak

Banyak orang bangga karena bisa “to the point” dan ngomong apa adanya. Padahal, ngomong jujur itu beda dengan ngomong sembarangan. Kita bisa jujur tanpa harus bikin orang lain hancur. Kita bisa bilang pendapat tanpa harus menyinggung.

Menahan diri buat nggak ceplas-ceplos sembarangan itu butuh kekuatan besar. Karena jujur aja, paling gampang tuh ya ngomong seenaknya. Yang susah itu mikirin dulu, “Ini bakal nyakitin dia nggak ya? Ini bener-bener perlu diucapin nggak ya?”

Dan justru di situlah bedanya orang yang dewasa secara emosional, dia tahu kapan harus bicara, kapan harus diam, dan kapan harus hanya menjadi pendengar.

3. Karena Kita Nggak Tahu Seberapa Rapuh Orang di Depan Kita

Kadang orang yang kelihatan paling ceria justru yang paling rapuh. Kadang orang yang suka ketawa di tongkrongan adalah orang yang diam-diam nangis di kamar. Satu komentar julid, satu candaan yang salah tempat, bisa bikin mereka ngerasa makin nggak berarti. Kesehatan mental seseorang itu bukan cuma tanggung jawab dia sendiri, tapi juga dipengaruhi gimana lingkungan memperlakukannya.

Mungkin kita cuma bercanda, tapi siapa tahu candaan itu yang bikin dia ngerasa “Nggak ada lagi tempat buat aku di dunia ini.” Banyak kasus orang yang bunuh diri bukan karena satu masalah besar, tapi karena luka kecil yang dikumpulin sedikit demi sedikit dari perkataan orang-orang di sekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun