2. Stoisisme Â
  Stoikisme mengajarkan ketenangan batin dengan menerima takdir (fortuna). Aristoteles tidak menolak fortuna, tetapi ia menekankan bahwa manusia harus aktif mengembangkan kebajikan. Jadi, jika stoikisme menekankan penerimaan, Aristoteles menekankan pengembangan aktif.
3. Utilitarianisme (Jeremy Bentham) Â
  Utilitarianisme menilai suatu tindakan baik bila menghasilkan manfaat terbesar bagi banyak orang. Aristoteles lebih personal: suatu tindakan baik bila mengarah pada pengembangan diri yang berujung pada kebahagiaan sejati.
Perbandingan ini menegaskan bahwa eudaimonia bukan hanya soal hasil (seperti utilitarianisme), bukan hanya soal penerimaan (seperti stoisisme), dan bukan hanya soal kesenangan (seperti hedonisme), melainkan soal keutuhan hidup manusia.
Virtue sebagai Jalan Menuju Kebahagiaan Â
Bagi Aristoteles, kebahagiaan hanya dapat dicapai jika seseorang mengembangkan kebajikan (virtue). Virtue bukanlah sesuatu yang lahir begitu saja, melainkan dibentuk melalui habitus: kebiasaan yang dilakukan secara konsisten.
Contoh sederhana dalam kehidupan mahasiswa adalah: Â
- Membiasakan diri jujur dalam ujian dan tugas. Â
- Melatih disiplin mengatur waktu antara kuliah, organisasi, dan istirahat. Â
- Mengembangkan empati dengan terlibat dalam kegiatan sosial atau kepedulian terhadap sesama mahasiswa. Â
- Melatih kemandirian dalam penelitian dan tugas akhir, tanpa bergantung pada plagiarisme.
Virtue membimbing mahasiswa untuk hidup seimbang: tidak berlebihan dalam mengejar kesenangan, tetapi juga tidak mengabaikan kebutuhan jasmani dan rohani.
Transfigurasi Diri Mahasiswa Â
Konsep transfigurasi diri berarti proses mengubah kualitas batin dan tindakan agar sejalan dengan etika kebajikan. Dalam konteks mahasiswa, transfigurasi ini mencakup:
1. Kesadaran Akademik Â
  Mahasiswa harus sadar bahwa belajar bukan hanya untuk nilai, tetapi untuk mengasah nalar kritis dan keterampilan berpikir logis.
2. Kesadaran Etis Â
  Menjadi sarjana berbahagia berarti mampu memisahkan antara hal yang tergantung pada diri (virtue, akal, sikap) dan yang tidak tergantung pada diri (fortuna, misalnya kekayaan, nasib, atau penyakit).
3. Kesadaran Sosial Â
  Aristoteles menekankan bahwa manusia adalah zoon politikon (makhluk sosial). Mahasiswa tidak bisa berbahagia sendiri, melainkan harus melibatkan diri dalam kehidupan kampus, keluarga, dan masyarakat.