Mohon tunggu...
Moh Nur Nawawi
Moh Nur Nawawi Mohon Tunggu... Nelayan - Founder Surenesia

Seorang pecinta dunia maritim / Pelayan dan Pengabdi Masyarakat / suka menulis, bercerita dan berdiskusi / @nawawi_indonesia nawawisurenesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bekal Iqbal

23 Februari 2021   18:27 Diperbarui: 23 Februari 2021   18:44 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.gambaranimasi.org

Ibu Lastri kembali berulah. Hari ini dia datang lagi sambil membawa bekal makananan yang dipesan dari outlet waralaba seperti yang dia lakukan di hari-hari kemarin. Saya belum menemukan cara untuk membuatnya berhenti melakukan hal itu. Kedua orang tua Dani bekerja. Sependek pengetahuan saya dari sedikit curhatan Ibu Lastri, suaminya tidak mau menyewa pembantu.

Hari itu, seorang murid tidak masuk dan tiba-tiba muncul sebuah ide di kepala saya. Jumlah mereka ganjil, dan saya akan melengkapi. Ide saya ini bertujuan untuk dua hal. Salah satunya agar bau ayam goreng waralaba yang dibeli Ibu Lastri tidak terus-menerus hanya menjajah kawan-kawan Dani yang lain.

"Anak-anak. Bagaimana kalau kita bertukar bekal makan siang? Tukar dengan teman sebangku kalian. Kalau ada lauk yang tidak kalian sukai atau kalian alergi dengannya, silakan ditepikan. Tapi tidak boleh dibuang."

Anak-anak tampak riang. Mereka tidak terlihat keberatan dengan ide saya, termasuk Dani. Mungkin anak itu sebenarnya sudah bosan dengan menu itu-itu saja setiap hari. Secara umum, mereka anak-anak dari keluarga yang berkecukupan. Sekolah swasta terpadu tempat saya mengajar ini memiliki SPP yang cukup mahal. Budi yang tidak memiliki teman duduk karena Iqbal telah pindah ke belakang, saya minta untuk bertukar bekal makan siang dengan salah satu kawannya yang teman sebangkunya tidak masuk.

Saya kemudian membawa bekal makan siang saya ke pojok paling belakang. Mendekati meja Iqbal yang selintas melihat ke arah saya lalu menundukkan kepalanya. Dengan pelan, saya duduk di kursi di sampingnya.

"Kamu bertukar dengan Ibu, mau?" tanya saya pada Iqbal.

Bocah itu diam saja.

Saya kemudian memerintahkan Dani memimpin doa. "Dani! Coba kamu pimpin doa makan! Makan dengan khidmat. Cukup mengobrol dengan kawan sebangkunya saja, ya? Jangan menoleh ke mana-mana. Mengerti!"

Anak-anak menjawab serempak lalu Dani memimpin doa makan.

Iqbal masih menunduk sambil memegang kotak bekalnya. Kotak itu berwarna biru tua. Warnanya sudah agak kusam dan gambar di tutupnya sudah tidak jelas lagi, hanya menyisakan sedikit wujud asli. Saya menduga gambar itu pada awalnya adalah gambar kartun Olaf, manusia salju dalam kartun Frozen.

"Ini punya Ibu ...." Saya menggeser bekal makan siang ke sampingnya. Iqbal menoleh pada saya. Dia menatap tepat ke arah mata saya dengan raut wajah yang susah sekali saya jelaskan. Matanya mulai berkaca-kaca, tetapi tangannya bergeming di sisi kotak bekal biru miliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun