Mohon tunggu...
Moh Nur Nawawi
Moh Nur Nawawi Mohon Tunggu... Nelayan - Founder Surenesia

Seorang pecinta dunia maritim / Pelayan dan Pengabdi Masyarakat / suka menulis, bercerita dan berdiskusi / @nawawi_indonesia nawawisurenesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bekal Iqbal

23 Februari 2021   18:27 Diperbarui: 23 Februari 2021   18:44 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.gambaranimasi.org

"Maaf Ibu Anis. Tadi pagi saya lupa memasak. Hari ini jadwal saya piket di kantor," katanya. Saya berjalan menghampirinya sambil melambai pada Dani yang sudah berdiri untuk menjemput bekal siang dari sang ibu.

"Tidak apa-apa, Bu," jawab saya menenangkan.

Setelah menyerahkan bekal itu pada anaknya, Ibu Lastri langsung pamit undur diri untuk kembali ke kantor.

Ini bukan kali pertama Ibu Lastri mengantarkan bekal makan siang yang hampir bertepatan dengan waktu istirahat. Bahkan, seminggu yang lalu---saat hari pertama aturan ini diberlakukan---Ibu Lastri lupa membawakan Dani bekal makan siang. 

Pada saat itu saya berinisiatif untuk meminta anak-anak menyisihkan sebagian bekal makan siang mereka pada Dani. Saya mengambil sebuah kotak bekal dan sendok di ruang guru lalu meminta anak-anak mengisinya dengan sedikit bekal mereka.

Pada waktu itu saya sangat terharu melihat peristiwa itu. Mereka dengan antusias mengisi kotak itu dengan sesendok nasi dan sepotong lauk. Setelah kotak bekal yang diedarkan ke 19 murid kembali ke mejanya dengan kondisi sangat penuh, Dani tertawa terbahak-bahak. 

"Bu guru, bagaimana saya menghabiskan nasinya sendirian? Perut saya bisa meledak nanti!" teriaknya pada saya yang berdiri di depan kelas dengan mata berkaca-kaca. Teman-temannya riuh tertawa mendengar keluhan Dani.

Gelak tawa mereka masih terpantul-pantul di ingatan saya. Saat mengingat-ingat kembali kejadian mengharukan itu, saya menemukan sesuatu. Sepertinya Iqbal pindah ke bangku belakang tepat setelah hari itu. Apakah mungkin ada hubungannya dengan peristiwa tersebut? Jadi setelah anak-anak selesai makan siang dan bersiap untuk wudhu dan shalat Dzhuhur berjamaah, saya diam-diam menarik lengan Budi dan membawanya kembali ke ruang guru untuk memintanya menceritakan apa yang terjadi pada hari itu.

"Iqbal Cuma ngasi nasi saja, Bu. Saya tanya, kenapa ngasi nasi doang? Dia diem saja. Pas saya bilang pelit, dia langsung pindahin kotaknya ke sebelah. Tapi, dia tidak marah kok, Bu. Kami masih main bareng." Budi menjelaskan.

Saya tidak mengetahui kejadian itu karena saat itu saya sedang berputar ke belakang. Ketika sampai di depan kelas, kotak itu telah bergeser di deretan bangku ke dua.

Tanpa sadar saya mengangguk-angguk. Saya merasa mendapatkan sedikit pencerahan. Saya mengucapkan terima kasih pada Budi dan memintanya untuk kembali bergabung dengan kawannya yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun