Mohon tunggu...
Naura Safiranur Rohman
Naura Safiranur Rohman Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

hanya seorang anak sma yang nyari hikmah dengan nulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kembali, Dia Kembali

29 Desember 2022   09:12 Diperbarui: 29 Desember 2022   09:21 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (pict: Dokumen Pribadi)

Senin pagi, suasana rumah masih sama. Suram dan hening. Sejak hilangnya adikku 8 tahun lalu, rumah yang awalnya sangat hangat dan penuh cinta kini berubah menjadi hampa tanpa ada senyum dan gelak tawa si bungsu. Aku masih ingat senyum itu. Di hari terakhir kita bersama, aku mengantarmu ke sekolah ketika dia melambai kan tangan padaku sebelum masuk kelas. Ah sesak sekali hatiku mengingatnya, oh iya perkenalkan aku Mahesa Digta Alkuna, orang orang biasa memanggilku Mahesa.

"Ma.. Mahesa pamit berangkat kerja" responnya tetap sama diam dengan tatapan kosong. Huft, kapan ini berakhir. Lelah? tentu saja. Kadang aku berpikir mengapa dunia sangat tidak adil kepada keluargaku, tidak terasa aku hampir sampai ke tempat kerja. Yeah menjadi pegawai caffe, aku sangat bersyukur. Bersyukur? Mengapa bersyukur? karena aku hanyalah lulusan SMA tanpa pengalaman dan sangat membutuhkan uang. Memang kondisi ekonomi keluarga ku sedang tidak baik. Sejak ayah meninggal, aku lah yang menggantikan peran ayah menjadi tulang punggung keluarga. Tapi kondisi tersebut tidak membuat ku patah semangat.

Clingg

Lonceng caffe berbunyi, tanda orang masuk

"Ey bro, sudah datang" rekan kerjaku, Haje

"Iya, loh sudah kau bersihkan. bukannya hari ini bagianku?" aku lihat seluruh bagian caffe sudah bersih, meja dan kursi juga sudah diturunkan.


"Gabut, aku datang pagi sekali tadi. jam berapa ya jam setengah 7 atau jam 7? ya gitu deh" aneh sekali, apa ini pengaruh dari kekasihnya yang terobsesi bersih itu? Lupakan.

"Thanks bro, apa bang Dev sudah datang?" tanyaku sambil mengelap meja resepsionis

"Sudah, di belakang dia. eh dah beres semua minta tolong putar 'open' nya dong" aku mengangguk, segera menuju pintu lalu memutar tanda 'open'. Saat aku ingin masuk ke dalam aku salah fokus dengan remaja yang tepat berada di depan caffe, dia sangat familiar.

"MASUK MAHESA KAU MENGHALANGI PINTU" teriak bang Dev

Reflek aku menoleh kepada sumber suara, menatap Bang Dev dengan malas.

"belum ada pelanggan bang Dev, ngga usah lebay napa" saat aku menoleh lagi ke depan, hei dimana remaja tadi? aku menggedikkan bahu lalu masuk ke dalam.

Jam menunjukkan pukul 16.00 WIB, pertanda caffe sudah harus tutup. Lumayan ramai pelanggan yang datang, aku sampai kewalahan tapi juga sangat senang. Lihatlah produk di caffe ludes! rekor untuk hari ini, semoga bos memberikan bonus. Baiklah, mari kita bersih bersih.

"aku pulang dulu, sampai berjumpa besok!" ujarku pada haje dan bang Dev.

Aku tidak langsung pulang, bersinggah di toko serba ada untuk membeli keperluan besok. Berdiam sejenak, menikmati indahnya senja. Membahas tentang senja aku jadi teringat kael, eh aku belum memperkenalkan adikku bukan? namanya Kaelzan Dwi Alkuna. Kael sangat menyukai senja, senja adalah segalanya bagi dia. Kalau kata dia

"Senja itu unik banget kak! Ada banyak makna tersirat di dalam senja, ada kebahagiaan ada juga perpisahan"

Aku menghembuskan nafas panjang, netra coklat ku menatap lurus ke langit oren itu. Aku masih mengingat saat senja adalah sebuah pergantian waktu dari sore menuju malam, begitu pula dengan waktu ada kalanya berputar cepat dan terkadang lambat dan itu yang terjadi saat aku menunggu Dia.

Andai saja peristiwa itu tidak terjadi, mungkin nasib ku tidak seperti sekarang ini. Diriku terhenyak pelan, seharusnya aku bisa menyelesaikan masalah tersebut. Tapi apa daya, nasi sudah menjadi bubur.

Dddrrtt... Drrrrtt...

Ponselku berbunyi, segera aku mengambil benda pipih itu dari sakuku.

"Mama?" cepat-cepat aku mengangkat telfon, dengan nada lemah lembut aku bertanya kepada nya. "Mama ada apa? Ada yang mama perlukan?"

Mama menjawab dengan panik, aku rasa dia sedang kebingungan sekarang

"Kakak! Mama lupa menjemput adikmu tolong ini hampir gelap bisakah kamu menjemputnya sayang?" .

Aku menghela nafas pelan, menahan rasa sesak yang kualami sekarang.

"Mama.."

"Kenapa nak?  Kakak ngga bisa ya, ada acara kah? Tidak apa-apa biar mama yang jemput" Mama menjawab dengan mantap.

Aku berusaha meyakinkan mama, walaupun itu mustahil.

"Bisa ma, kakak bisa. Kakak pasti membawa adik pulang ke rumah ma. Mama tenang saja"

"Terima kasih sayang, mama tutup ya"

Tuuuuuuttttt........

Telepon dimatikan sepihak oleh mama. Sekali lagi aku menghela nafas, lalu beranjak pergi meninggalkan toko. Sudah lama sekali sejak adikku hilang, tapi mama masih  merasakan desah nafas adik masih ada. Ya tuhan, apa yang harus aku lakukan saat ini. Setelah lama aku berjalan akhirnya sampailah diriku ke rumah, ketika membuka pintu tatapan sendu mama langsung menyambutku.

"Akhirnya sudah datang, mama menunggu lama sekali. Loh mana Kael nak? Bukankah mama sudah berpesan untuk menjemputnya?"  Oh tidak, pertanyaan ini..

Aku langsung memeluknya tidak kuasa menahan tangis

"Ma.. Mama sabar ya ma"

"Untuk apa? Mama tanya Mahesa mana Kael?" Aku tidak manjawab dan masih setia memeluk mama, meskipun mama sedikit memberontak.

"Mahesa kenap-"

"Mama sadar ma aku mohon.. adik hilang ma, adik belum ditemukan" ujarku dengan lirih

Setelah mendengar mama mulai kehilangan kendali, emosinya memuncak.

"APA MAKSUDMU MAHESA! APA YANG KAU BICARAKAN"

Butuh waktu yang lama agar bisa menenangkannya, trauma yang ia rasakan sangat membuatnya menderita.

1 minggu setelah kejadian. Semua berjalan dengan normal dan aku beraktivitas seperti biasa, kini aku sedang melayani pelanggan. Di sela-sela kesibukan Haje datang dan mengajak ku berbincang.

"Eh kau tau akhir akhir ini, ada orang aneh yang selalu mondar-mandir di depan caffe. Lebih tepat nya di toko donat seberang sih"

"Kenapa kau selalu suka memperhatikan hal-hal yang tidak jelas, untuk apa?" jawabku malas.

"Apakah kau tidak penasaran hah, biasanya dia muncul saat kita hampir tutup"

"Bisa jadi orang gila bukan"

"Tidak! Kau harus percaya padaku, orang gila mana yang diajak ngobrol masih nyambung hah? Kemarin aku sempat bertemu dengannya. Sepertinya dia masih remaja"

Remaja? Apakah orang yang sekilas ku lihat saat itu? Haish, sekarang aku beneran penasaran.

Caffe sudah tutup, dan orang itu belum terlihat. Sungguh! Aku menunggunya karena rasa penasaran ku yang tidak tertahan. Setelah hampir setengah jam, akhirnya diriku melihat sosok itu.

Aku berteriak memanggilnya, "Tunggu! Hei kau disana! Bisakah kita bicara sebentar" Orang itu berhenti berjalan dan membalikkan badannya.

Aku terdiam. Tunggu.. aku mengenalnya, aku mengenal dia..

"Kael? Ini kah dirimu?" ujarku memastikan, sedangkan dia tidak bicara apapun. Tetap diam.

Melihat raut wajahnya yang kebingungan membuat hatiku sedikit teriris.

"Kau lupa padaku hm? Ini aku kakakmu, Mahesa" Aku tidak bisa menahan diriku untuk memeluk nya, dia tidak berubah. Meskipun dia bertambah besar, tapi wajahnya tetap sama seperti dulu. Aku tidak salah ini benar-benar dia.

            "Kakak?"

"Iya benar, aku kakakmu! Dan kau adikku Kaelzan Dwi Alkuna" Tangisku pecah, akhirnya dia kembali. Dia benar-benar kembali, terimakasih tuhan.

Dia membalas pelukanku, menyalurkan rasa rindu yang tertahan

"Kau kemana saja hm? Kau tau mama sangat merindukan mu dan aku juga sangat sangat merindukanmu"

            "Ayo kita bertemu dengan mama, mama sudah menunggu Kael" ujarku lembut

            "Mama menungguku, benarkah itu?" menjawab dengan polos

            "Benar sekali, ayo kita pulang adikku"

Rumah. Kita telah sampai ke rumah. Aku membuka pintu dan menuntun Kael untuk masuk. Dan segera memanggil mama.

"Mama! Lihat siapa yang baru pulang. Aku sudah membawanya pulang ma" ujarku sedikit berteriak.

Mendengar itu, mama yang berada di ruang tamu menoleh dan menatap tidak percaya. Matanya berkaca-kaca. Dia tak menyangka, kalau anak bungsunya itu kembali setelah bertahun-tahun akhirnya dia kembali. Mama segera berlari untuk memeluk adik.

"Kakak sama mama kok nangis? kan aku udah ada disini" ini, tangisan kebahagian Kael. Bahagia karena kembalinya dirimu dalam pelukanku dan mama.

"Kita mulai dari awal ya" ujar mama dengan senyum tulus, memandang kedua anaknya dengan penuh cinta.

Terimakasih Tuhan. Akhirnya keluargaku tidak sengsara lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun