Mohon tunggu...
Naura Anindita Dhorotul Hikmah
Naura Anindita Dhorotul Hikmah Mohon Tunggu... Mahasiswa D3 keperawatan Fakultas Vokasi Unair

Hallo perkenalkan saya Naura Anindita Dhorotul Hikmah. Biasa dipanggil Naura atau Ola. Saya adalah Mahasiswa Universitas Airlangga Fakultas Vokasi Prodi D3 Keperawatan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa Procastinator: Lawan atau Kawan?

23 Juni 2022   19:43 Diperbarui: 23 Juni 2022   19:46 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Meraih sebuah kesuksesan adalah dambaan setiap orang. Setiap orang memiliki cara tersendiri untuk meraih kesuksessannya. Ada beberapa orang ingin meraih kesuksessan melalui tahap menjadi mahasiswa. Seorang mahasiswa memiliki beberapa previllege yang kerap tersemat padanya menjadikannya punya banyak kesan manis dan pesan yang beraneka rasa. Secara khusus, mahasiswa dimengerti pula sebagai sosok-sosok perubahan, penggerak, dan penerus bangsa yang berkarakter. Memahami keidealisan mahasiswa maka perlu adanya pengasahan potensi dengan melibatkan diri pada berbagai bidang yang sekiranya dapat membantu mahasiswa dari segi karakternya, caranya berpikir, hingga kesadarannya. Perannya yang signifikan dalam pendirian bangsa selama ini membuatnya tercatat sebagai salah satu bagian dari masyarakat yang dapat memberikan pengaruh. Tetapi, apakah kalian pernah melihat mahasiswa yang bermalas malasan atau suka menunda nunda tugas ? Lalu siapakah mahasiswa yang layak disebut sosok perubahan atau penggerak ?

Menunda nunda pekerjaan/ tugas mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Kegiatan tersebut bahkan sudah menjadi kebiasaan seseorang. Lantas, tahukah kamu apa itu procrastinator ? Procastinator adalah orang yang memiliki kebiasaan menunda-nunda pekerjaan atau tugas. Dalam kehidupan sehari-hari hampir setiap orang pasti pernah melakukan kegiatan penundaan (prokrastinasi). Ada sebagian orang melakukan penundaan suatu kegiatan karena keterbatasan waktu, atau memilih waktu lain yang lebih baik, lebih longgar, sehingga hasilnya lebih baik. Namun ada pula, sebagian orang menunda melaksanakan suatu tugas tanpa sebab yang jelas atau membatalkan suatu kegiatan tanpa sebab sehingga menjadikan orang lain kebingungan mengikuti pola kegiatannya. Dalam dunia akademis melaksanakan kegiatan belajar mestinya merupakan kebutuhan atau kesadaran dari mahasiswa. Tetapi nyatanya saya sendiri sebagai mahasiswa dan saya juga sering menemukan keseharian dari teman teman saya yang juga mahasiswa menunda nunda tugasnya dengan sengaja tanpa rasa bersalah.

Menurut saya, Era digital 4.0 seperti saat ini menjadi penyebab utama seseorang melakukan procastinasi.Saat ini  internet merupakan kebutuhan sehari hari. Bahkan, Sehari tanpa internet akan terasa hampa. Hal tersebut menjadi pengaruh besar untuk procastinator semakin menunda nunda pekerjaan/tugasnya karena adanya internet. Sebagian besar orang memanfaatkan kehidupannya untuk bermedia sosial,sehingga lupa akan tugas dan kewajibannya. Penelitian melalui sejarah menunjukkan bahwa prokrastinasi telah menjadi suatu bencana yang merusak individu paling tidak sejak tiga ribu tahun yang lalu (Steel dalam Sepehrian dan Lotf, 2012: 2987). Kondisi sekarang ditunjukkan dengan hasil penelitian Eliss dan Knaus (Sepehrian dan Lotf, 2012); dan informasi data dari Wikipedia menyatakan bahwa lebih dari 95 % mahasiswa di Amerika Serikat menunda untuk segera memulai mengerjakan tugas, dan lebih dari 70% mereka akan mengulanginya. Gambaran ini dapat menjadi cerminan kondisi mahasiswa di Indonesia.

Beberapa dampak procrastinator adalah sering merasa lelah,stress,pekerjaan tambah menumpuk,hasil pekerjaan yang kurang maksimal dan sebagainnya. Ada beberapa Penelitian yang belum lama ini dilakukan oleh Patrzek, Sattler, van Veen, Grunschel, & Fries (2015) untuk mengetahui dampak dari prokrastinasi akademik dengan melibatkan 2207 mahasiswa dari empat Universitas di Jerman, diperoleh informasi bahwa prokrastinasi akademik dapat menyebabkan terjadinya perilaku melanggar hukum seperti penipuan, plagiarisme, mencontek pada saat ujian, menggunakan cara-cara yang dilarang dalam ujian, dan mengerjakan pekerjaan rumah dengan cara menyalin pekerjaan orang lain. Dampak tersebut tidak hanya membahayakan diri sendiri bahkan bisa merugikan orang lain. Oleh karena itu sebaiknya kita menghindari kebiasaan menunda nunda pekerjaan/tugas.

Lalu Bagaimana agar kita terhindar dari procastinasi?

Saya sebagai penulis sudah merangkum dari bebrapa jurnal, dan cara agar terhindar dari procrastinator yaitu dengan cara REMAJA( REgulasi Emosi diri, MAnajemen Waktu, dan Janjikan Self Reward) :

1. Regulasi Emosi

Seringkali setiap menerima tugas akademis mahasiswa mempersepsi tugas tersebut sebagai suatu tugas yang sangat berat, sangat sulit, sangat banyak, dan sebagainya. Ketika mendapatkan tugas tersebut sering kali berspekulasi, “ aduh tugasnya terlalu berat, aduhh saya gak mampu menerima beban tugas itu” Itu semua akan membuat malas untuk mengerjakan dan akhirnya procastinator. Oleh karena itu cobalah untuk mengatur emosi diri. Belajar dari kejadian yang membuatmu emosi adalah cara terbaik agar tidak  mudah emosi lagi dengan hal yang sama berulang kali.Sebenarnya tugas tersebut walaupun sangat kompleks atau sangat banyak akan dapat ditangani jika mahasiswa memiliki strategi untuk mengerjakannya.Saat menghadapi tugas yang sangat banyak atau kompleks maka startegi yang palimg jitu adalah mengerjakan tugas tersebut sedikit demi sedikit, diubah menjadi sesuatu tugas yang lebih sederhana, lebih kecil sehingga tugas tersebut akan terasa ringan, terasa lebih mudah dikerjakan.

Regulasi emosi juga bisa dilakukan dengan cara selalu berpikir positif meningkatkan mindset untuk selalu berkembang. Kesadaran untuk selalu berkembang memberikan dorongan positif untuk berubah lebih baik. Energi positif  akan banyak mewarnai pola sikap dan perilaku. Sikap dan perilaku yang postif akan memungkinkan menangani masalah tugas walaupun jumlah banyak dan waktu yang sangat terbatas. Artinya batas waktu atau deadline akan dapat diatasi dengan sikap dan perilaku yang positif.

Cara selanjutnya yaitu dengan Memaafkan diri. Wohl et all ( 2010) dalam penelitiannya menjelaskan bagaimana peran memaafkan diri dalam mengubah kebiasaan prokrastinasi pada mahasiswa. Ternyata kemauan memaafkan diri merupakan langkah yang paling awal untuk memulai perubahan. Memaklumi kondisi diri di masa lalu kemudian diikuti keinginan dan kesadaran untuk berubah menjadi lebih baik ternyata cukup efektif untuk memulai perubahan. Selanjutnya dengan memaafkan diri akan mendorong untuk membuat perubahan yang baru sehingga tidak terjadi lagi kebiasaan prokastinasi.

Dan cara terakhir dari regulasi emosi yaitu dengan cara memberikan instruksi pada diri sendiri (self-talk). Setelah diperoleh kesadaran dan keinginan untuk berubah maka sebagai mahasiswa harus berani menentukan arah dengan memberikan perintah atau instruksi apa yang harus diperbuat. Kesadaran untuk melakukan sesuatu perubahan ini menjadi sangat penting sebagai tujuan yang harus dicapai/dilakukan. Di samping itu, keberanian memberikan instruksi kepada diri sendiri juga bermakna ketika menghadapi berbagai macam godaan atau pilihan maka diri (self) harus berani secara tegas menentukan pilihan yang paling tepat sesuai dengan tujuan.

2. Manajemen waktu

Tidak semua mahasiswa merasa terbebani dengan tugas. Ada juga tipikal mahasiswa yang merasa dirinya mampu lalu meremehkan tugas. Mahasiswa ketika mendapatkan tugas dari dosen sering merasa tugas tersebut mudah ditangani, sehingga pada saat dihadapkan pada pilihan mengerjakan tugas yang dirasa ringan atau melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan sering  terlena dengan kegiatan yang sebenarnya sama sekali tidak berkaitan dengan tugas atau bahkan menghambat kegiatannya. Akibatnya tanpa terasa batas waktu sudah di depan mata, kehabisan waktu. Hal ini dapat dihindari sebenarnya jika mahasiswa selalu mengavaluasi dirinya terkait dengan batas waktu dan jenis-jenis tugas yang harus dilakukan. Artinya mahasiswa selalu membuat prioritas kegiatan yang harus dilakukan. Jika perlu ditambahkan batas-batas waktu yang lebih sempit untuk memberikan kesempatan segera mengerjakan tugas sesuai dengan pilihan prioritas kegiatan. Perhatikan perkembangan diri dengan membuat jadwal secara teratur, mendatangi kelompok belajar, berkonsultasi dengan dosen wali, konselor, dan sebagainya. Kemajuan perubahan yang signifikan akan diperoleh jika perkembangan tersebut diikuti perubahannya. Proses mengikuti perubahan tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pemantauan secara teratur terhadap perubahan atau dilakukan secara terjadwal. Cara lain untuk memanajemen waktu bisa dengan cara membuat target atau planning kegiatan sehari hari secara rutin. Sehingga kegiatan kita terplaning berjalan sesuai dengan plan yang sudah kita buat.  Jadi,sebaiknya kita sebagai mahasiswa agar terhindar dari procastinator dapat melakukan memanajemen waktu dengan baik.

3. Janjikan Self Reward

Sebagai mahasiswa, terkadang kita terlalu memforsir diri sendiri sehingga lupa untuk mengapresiasi diri sendiri. Sehingga jika ada kegiatan lagi ataupun tugas yang menumpuk enggan untuk mengerjakannya karena sudah merasa lelah atau bosan. Untuk menghindari itu, kita bisa melakukan dengan bersikap santai tidak tegang. Namun pada saat menghadapi tugas yang cukup banyak secara sadar ataupun tidak kondisi fisik maupun psikis cenderung berubah menjadi tegang. Oleh karena itu, harus pandai pandai mengelola kondisi fisik dan psikis dengan memberikan kesempatan untuk bersantai. Walaupun sebentar hal ini merupakan hadiah yang sangat bermakna. Apalagi menghadapi tugas yang terus menerus seakan tanpa henti dengan tingkat kesulitan yang semakin kompleks. Selain itu juga bisa melakukan cara dengan menjanjikan memberikan self reward lainnya yang membuat bahagia setelah selesai menyelesaikan tugas. Sehingga kondisi fisik dan psikis kita dapat beristirahat dan mengurangi kebiasaan procrastinator tersebut.

Setelah menerapkan beberapa tips tersebut semoga kita sebagai mahasiswa mampu mengurangi kebiasaan buruk procrastinator. Karena procastinasi adalah kebiasaan buruk yang harus dilawan agar kita dapat menggapai apa yang kita cita citakan kelak dengan mudah. Jika beberapa mahasiswa bisa menjadi penggerak atau bisa disebut kaum perubahan maka kita akan dapat memberikan perubahan yang nyata pada masyarakat.

Referensi :

Nur Wagid, M. (2014). PROKRASTINASI AKADEMIK: PERILAKU YANG HARUS DIHILANGKAN. TAZKIYA Journal of Psychology, 235-248. Diakses 22 Juni 2022, dari http://dx.doi.org/10.24912/jmieb.v3i2.7346.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun