Bukan tanpa alasan, seorang ibu yang tidak bekerja umumnya memiliki pola asuh demokratis dikarenakan waktu yang dimiliki seorang ibu tersebut sangat cukup dengan anak. Seorang ibu yang tidak bekerja lebih mengerti dan mengutamakan pemahaman terhadap perasaan, keinginan, dan tidak banyak dalam menggunakan kontrol, sehingga anak yang dibesarkan dengan pola asuh demokratis ini dimungkinkan dapat mengekspresikan pendapatnya dengan bebas dan melakukan apa yang diinginkan tanpa harus melewati batas atau aturan yang ditetapkan oleh orang tuanya. Secara sosial, anak dengan pola asuh demokratis akan mampu menggunakan hal-hal yang diterima secara sosial untuk mengontrol perilakunya secara emosional.
Ibu yang tidak bekerja cenderung memiliki waktu yang lebih banyak yang dapat digunakan bersama anak mereka. Seorang ibu dapat mengatur pola makan anak, sehingga anak-anak mereka makan makanan yang sehat dan bergizi.Â
Mereka juga dapat melatih dan mendidik anak, sehingga perkembangan bahasa dan prestasi akademik anak lebih baik jika dibandingkan dengan anak ibu yang bekerja. Kemudian untuk ibu tidak bekerja yang memiliki anak pra balita lebih terpenuhi untuk ASI eksklusifnya. Karena menurut rekomendasi dari The American Academy of Pediatrics (AAP), diharapkan para ibu untuk memberikan ASI eksklusif enam bulan setelah kelahiran dan diteruskan sampai anak berumur satu tahun.
Namun adapun dampak negatif ibu tidak bekerja terhadap perekonomian keluarga. Peran ganda ibu sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pencari nafkah semakin dibutuhkan seiring dengan kemajuan teknologi. Jika ibu tidak bekerja terkadang kebutuhan dalam rumah tangga kurang tercukupi hal ini membuat hubungan dalam keluarga akan sedikit kurang harmonis. Hal ini juga membuat dampak negatif terhadap pola asuh anak. Jika keluarga merasa kurang dalam kebutuhan, maka pola asuh anak akan berdampak buruk juga. Untuk itu perlu adanya komunikasi dalam keluarga terkait ekonomi dan pola asuh karena dua hal ini saling berhubungan.
Sesuai dengan yang sudah dipaparkan, ibu tidak bekerja memiliki privilege (keuntungan) yang lebih besar dalam hal pola asuh anak dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Maka dari itu, akan lebih baik jika privilege tersebut dimanfaatkan dengan baik dengan pemilihan pola asuh anak yang tepat agar terhindar dari dampak - dampak negatif. Akan sangat disayangkan jika seorang ibu yang tidak bekerja memilih pola asuh anak yang salah karena hal tersebut akan berdampak terhadap kesehatan fisik maupun mental anak.Â
Contoh pola asuh anak yang dapat diaplikasikan oleh seorang ibu yang tidak bekerja adalah pola pengasuhan demokratis yang memanfaatkan waktu luang yang dimiliki oleh seorang ibu tidak bekerja untuk meningkatkan kualitas hubungan dengan anak - anaknya.
Clarend Najmi Boty, Dwi Bayu Saputra, Madyo Prasetyo, Naufal Rizky Ramanda, Putri Zaharani Pratiwi, Yulina Eva Riani, SP., M.Ed., Ph.D dan Dr. Ir. Istiqlaliyah Musflikhati, M.Si. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, IPB University.