Mohon tunggu...
Naufal Pambudi
Naufal Pambudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mr.

Koordinator Ikatan Masyarakat Muda Madani (IMAM)

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Weimar Alert" untuk Kaum Nyinyir

16 Oktober 2019   16:16 Diperbarui: 16 Oktober 2019   16:36 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: museums.nuernberg

Terbukti, dia mampu memanfaatkan demokrasi untuk membunuh demokrasi itu sendiri. Ketika pendukung Republik Weimar mabuk kebebasan, justru saat itulah Hitler menusuk dan merenggut kebebasan itu dari warga Jerman. 

Untunglah aliansi fasis (Jerman, Jepang, Italia) kalah di perang dunia II. Tak terbayang andai Hitler menang, mungkin seluruh orang yang bukan Ras Arya akan dibantai.

3. Intoleransi, Musuh Demokrasi di Indonesia

Dari pengalaman Republik Weimar, kita bisa melihat kondisi Indonesia hari ini. Demokratisasi seiring reformasi 1998 juga tak hanya melahirkan kebebasan, tapi ideologi sektarian pun berkembang biak. 

Jokowi menyadari itu, sehingga menempuh langkah tegas terhadap kelompok intoleran, termasuk membubarkan HTI sebagai organ radikal. 

Di sini kita bisa membayangkan kembali Republik Weimar. Andai Partai Nazi dulu dibubarkan, mungkin genosida dan perang dunia II tak ada dalam sejarah. 

Persoalannya sekarang, bagaimana kita menyikapi kebijakan Jokowi? Sikap-sikap publik belakangan ini, tampaknya agak mengkhawatirkan. Ketika demonstrasi anarkhis, tak sedikit yang justru menyalahkan aparat dan pemerintah. Bahkan, ketika Wiranto menjadi korban penusukan, banyak yang menuding itu rekayasa. Para pengkritik pun terus menyalahkan aparat dan pemerintah, atas nama demokrasi dan kebebasan berpendapat.

Untuk para pengkritik ini, saya hanya ingin mengingatkan, "Weimar Alert." Karena demokrasi bukan semata kebebasan, tapi juga pertarungan untuk merawat kebebasan. Dan penting untuk digarisbawahi, bahwa musuh demokrasi di Indonesia adalah radikalisme dan intoleransi. 

Jadi silakan kritik pemerintah, itu sah dalam demokrasi. Tapi pertimbangkan, siapa yang diuntungkan oleh kritik itu? Kalau kritik itu justru menguntungkan kelompok radikal, sebenarnya kalian sendiri yang tengah membunuh demokrasi. Seperti Republik Weimar memberi angin pada kekuasaan Hittler.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun