Koreksi Diri Secara Rutin. Saat ada ucapan, perilaku, atau sikap yang mengandung kesombongan, kita harus merenungkannya dan segera mengoreksinya.
Pada akhirnya, perilaku narsis yang berlebihan di era digital ini bukanlah sekadar kebiasaan, melainkan bisa menjadi cerminan dari akar masalah yang lebih dalam. Faktor-faktor seperti kurangnya empati dari orang tua, pola asuh yang salah, dan trauma masa kecil dapat menjadi pemicu utama munculnya kepribadian narsistik. Dengan memahami penyebabnya, kita menyadari bahwa kondisi ini bukan sekadar pilihan, tetapi sebuah gangguan yang membutuhkan penanganan.Â
Namun, selalu ada harapan untuk berubah. Mengubah pandangan kita terhadap orang lain, membiasakan diri bersikap sederhana, dan terus-menerus mengevaluasi diri adalah langkah nyata menuju perbaikan. Perlu diingat, tujuan utamanya bukan untuk menghapus rasa bangga, melainkan untuk menyeimbangkannya dengan empati dan kerendahan hati. Dengan begitu, kita bisa berinteraksi di dunia, baik secara online maupun offline, dengan cara yang lebih sehat dan otentik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI