Mohon tunggu...
Natanael Albertus
Natanael Albertus Mohon Tunggu... Guru - Saya penghobby menulis karya fiksi dan non fiksi.

Saya hanya orang biasa yang hobby menulis dan mengamati dunia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hujan Malam

25 Januari 2020   14:25 Diperbarui: 25 Januari 2020   14:27 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika malam begini terus anak kecil tidur, hujan turun. Kasihan memang. Begitu air menetes dari atap yang tidak rapat, suara itu mengalir bagai piano mengalun. Desah ia pulas,  dingin terasa. Lelap dan pekat, oh.Hujan malam, lampu remang jauh dalam. Kebeningan merasuk pelan memasak setiap didih lesap mata memejam memandangi setiap bias mimpu. Ah,  apakah khayal masih selalu futuristik.

Setiap pertanyaan membuat lain,  bening air hujan menggerus tanah semakin larut semakin besar ke sungai. Sampah sampah pencuri kekayaan terbandang dan dipecut cemeti Langit,  halilintar bersuara menyambar nyambar keras. Tetapi raksasa itu tetap tertawa tak kenal dosa. Ih.

Jathit...Jathit umpatan Arimbi. Arimba memandang langit terus berkaca kaca.  Hujan malam menerasak pepohonan bambu. Sungai di lembah meluap dan membesar.  Arimbi menatap mendung menghitam kelam. Malam muram, anak kecil tidur lelap. Payudara raksasi menghela dan menggelayut. Halilintar di matanya memancar kilat tanpa henti.

Dari seorang sahabat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun