Ketika malam begini terus anak kecil tidur, hujan turun. Kasihan memang. Begitu air menetes dari atap yang tidak rapat, suara itu mengalir bagai piano mengalun. Desah ia pulas, Â dingin terasa. Lelap dan pekat, oh.Hujan malam, lampu remang jauh dalam. Kebeningan merasuk pelan memasak setiap didih lesap mata memejam memandangi setiap bias mimpu. Ah, Â apakah khayal masih selalu futuristik.
Setiap pertanyaan membuat lain, Â bening air hujan menggerus tanah semakin larut semakin besar ke sungai. Sampah sampah pencuri kekayaan terbandang dan dipecut cemeti Langit, Â halilintar bersuara menyambar nyambar keras. Tetapi raksasa itu tetap tertawa tak kenal dosa. Ih.
Jathit...Jathit umpatan Arimbi. Arimba memandang langit terus berkaca kaca. Â Hujan malam menerasak pepohonan bambu. Sungai di lembah meluap dan membesar. Â Arimbi menatap mendung menghitam kelam. Malam muram, anak kecil tidur lelap. Payudara raksasi menghela dan menggelayut. Halilintar di matanya memancar kilat tanpa henti.
Dari seorang sahabat