Mohon tunggu...
NASWA HIKMATUL
NASWA HIKMATUL Mohon Tunggu... MAHASISWA

ILMU EKONOMI'23 -UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Peran bantuan Internasional China dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung untuk perekonomian Indonesia

15 Maret 2025   06:08 Diperbarui: 15 Maret 2025   06:14 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Preside Jokowi uji coba kereta cepat Jakarta-Bandung (sumber: Kementerian Sekretariat NegaraRepublik Indonesia  )

Pinjaman untuk proyek Kereta cepat Jakarta Bandung, meskipun memiliki persyaratan yang menguntungkan, tetap menimbulkan implikasi fiskal jangka panjang bagi Indonesia. Berbeda dengan bantuan dalam bentuk hibah, pinjaman ini tetap harus dibayar kembali, meskipun dengan beban bunga yang lebih rendah. Salah satu tantangan adalah proyeksi pendapatan dari tiket kereta cepat. Awalnya, KCIC menetapkan tarif sekitar Rp. 250.000 - Rp. 300.000 untuk sekali perjalanan, yang relatif tinggi bagi sebagian masyarakat Indonesia. Permasalahan ini mencerminkan dilema klasik dalam ekonomi pembangunan: bagaimana menyeimbangkan kebutuhan untuk menutupi biaya proyek dengan tujuan memberikan layanan yang terjangkau bagi masyarakat.

Pinjaman dari China untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung dapat dilihat sebagai instrumen geoekonomi dalam strategi BRI. China menggunakan pinjaman sebagai cara untuk memperluas pengaruh ekonomi dan politiknya di kawasan Asia Tenggara, sekaligus membuka pasar bagi teknologi perkeretaapian China. Bagi Indonesia, menerima pinjaman dari China merupakan keputusan pragmatis yang memungkinkan pembangunan infrastruktur strategis dengan beban fiskal yang lebih ringan dibandingkan pendanaan komersial. Namun, beberapa ahli ekonomi pembangunan memperingatkan tentang risiko "debt trap diplomacy", di mana negara penerima pinjaman dapat menghadapi kesulitan untuk membayar kembali dan akhirnya terpaksa memberikan konsesi ekonomi atau politik kepada China.

Implikasi Kebijakan

Dalam konteks perdagangan internasional, Kereta Cepat Jakarta-Bandung memiliki dimensi geostrategis dan geoekonomi yang tidak dapat diabaikan. Sebagai bagian dari strategi Belt and Road Initiative, proyek ini menjadi komponen penting dari visi konektivitas global China. Kereta Cepat Jakarta-Bandung memperkuat jejak ekonomi China di Indonesia dan kawasan ASEAN, mencerminkan pergeseran gravitasi ekonomi global ke Asia. Secara tidak langsung, proyek ini juga menjadi instrumen diplomasi ekonomi atau soft power China yang memperkuat hubungan bilateral Indonesia-China melalui kerjasama infrastruktur strategis.

Implikasi langsung Kereta Cepat Jakarta-Bandung terhadap perdagangan internasional terlihat dari peningkatan efisiensi transportasi barang bernilai tinggi dan sensitif terhadap waktu antara Jakarta-Bandung. Jalur kereta cepat ini berpotensi memperkuat rantai pasok industri yang memiliki mata rantai di kedua kota, serta meningkatkan arus pariwisata internasional, terutama dari China, yang berkontribusi positif pada neraca jasa dalam perdagangan internasional Indonesia.

Kereta Cepat Jakarta-Bandung juga memiliki implikasi tidak langsung terhadap perdagangan internasional. Keberadaan infrastruktur modern ini berpotensi meningkatkan daya tarik Indonesia bagi investor asing dan menunjukkan kapasitas negara dalam mengelola proyek infrastruktur skala besar. Transfer teknologi kereta cepat berpeluang meningkatkan kapasitas industri domestik untuk berkompetisi di pasar global. Adopsi standar internasional dalam sistem transportasi juga dapat memfasilitasi integrasi Indonesia dengan jaringan transportasi regional dan global di masa depan.

Namun, penting untuk menganalisis pola perdagangan Indonesia-China dalam konteks proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Indonesia saat ini mengalami defisit perdagangan dengan China, dan proyek infrastruktur semacam Kereta Cepat Jakarta-Bandung berpotensi memperdalam ketergantungan ekonomi tersebut. Komposisi ekspor-impor kedua negara juga mencerminkan ketimpangan struktural, di mana Indonesia dominan mengekspor komoditas primer sementara mengimpor produk manufaktur dari China. Peningkatan investasi China di Indonesia melalui proyek-proyek infrastruktur seperti Kereta Cepat Jakarta-Bandung dapat mempengaruhi pola perdagangan jangka panjang antara kedua negara.

Dari perspektif kebijakan perdagangan, posisi tawar Indonesia dalam negosiasi dengan China dapat terpengaruh oleh ketergantungan pada pembiayaan infrastruktur. Terdapat tantangan dalam memanfaatkan proyek infrastruktur sebagai leverage untuk mendorong transfer teknologi dan peningkatan kapasitas industri domestik. Pembayaran hutang dan aliran keuntungan ke China juga berimplikasi jangka panjang pada neraca pembayaran Indonesia yang perlu diantisipasi dengan baik.

Dalam kerangka teori ekonomi internasional, pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung dapat dilihat melalui beberapa perspektif. Dari sudut teori keunggulan komparatif, penguatan infrastruktur transportasi berpotensi menurunkan biaya logistik dan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai nilai global. Teori New Economic Geography menunjukkan bahwa Kereta Cepat Jakarta-Bandung dapat mengubah secara signifikan "jarak ekonomi" yang menciptakan pola aglomerasi ekonomi baru dengan efek limpahan positif dari Jakarta ke kawasan industri di sepanjang koridor. Sesuai dengan Gravity Model of Trade, penurunan biaya transportasi berpotensi meningkatkan volume perdagangan dan mengurangi hambatan perdagangan. Namun, Teori Ketergantungan (Dependency Theory) memperingatkan adanya risiko memperdalam pola ketergantungan dalam hubungan ekonomi Indonesia-China dan tantangan untuk menghindari "diplomasi jebakan hutang".

Untuk mengoptimalkan manfaat ekonomi dari Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Indonesia perlu memaksimalkan transfer teknologi dan pengembangan kapasitas lokal melalui persyaratan kerjasama yang lebih ketat. Pengembangan ekosistem industri pendukung di sekitar jalur kereta dapat memaksimalkan nilai tambah domestik, sementara integrasi Kereta Cepat Jakarta-Bandung dengan jaringan transportasi nasional akan memperluas manfaat ekonominya. Strategi mitigasi risiko perdagangan juga diperlukan melalui diversifikasi pasar ekspor dan mitra ekonomi, peningkatan nilai tambah produk ekspor Indonesia, serta pengembangan strategi industrialisasi yang memanfaatkan konektivitas baru untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia.

Pengelolaan hutang dan keberlanjutan finansial Kereta Cepat Jakarta-Bandung memerlukan strategi jangka panjang untuk manajemen hutang luar negeri terkait pembiayaan infrastruktur. Optimalisasi pendapatan non-tiket, seperti pengembangan properti di sekitar stasiun, dapat meningkatkan profitabilitas proyek. Penerapan prinsip pemulihan biaya penuh (full-cost recovery) dalam penetapan tarif juga diperlukan, dengan tetap mempertimbangkan keterjangkauan bagi masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun