Mohon tunggu...
Rizky Syahfitri Nst
Rizky Syahfitri Nst Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Magister Sains Psikologi, Universitas Sumatera Utara, Angkatan 2013 | Youth Governance 2007 Shanghai-China | Duta Remaja 2005 | Purna Paskibraka Indonesia 2004 | Kontributor ceritamedan.com | Penggagas @MedanHeritage

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Peranan Blogger Menyambut Bonus Demografi

5 September 2016   19:55 Diperbarui: 7 September 2016   01:11 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fakta yang dipaparkan Ibu Putri itu sangat bisa diterima dalam logika saya. Menurut pengalaman saya pun selama bergeliat di kalangan komunitas, masih banyak anak muda yang bergerak pada ranah kegiatan yang bersifat hit and run. Sedikit sekali yang berfikir untuk berinvestasi dalam kegiatannya. Jarang sekali saya menemukan para penggiat yang bergerak pada pendidikan informal berupa pembentukan karakter.

Bisa kita bayangkan jika dalam satu komunitas memiliki 20 anak didik/binaan/follower, maka jika di Medan ada 100 komunitas, itu berarti kita telah membantu pemerintah daerah dalam membentuk karakter produktif pada 2.000 orang. Kemudian, keberhasilan ini diceritakan melalui tulisan oleh para blogger dan penguatan melalui publikasi social media. Tidaklah mustahil informasi ini akan menjadi viral dan sangat memungkinkan menjadi sumber inpirasi bagi banyak komunitas dalam mewarnai pergerakan mereka dengan konten-konten yang mampu mengangkat kualitas hidup masyarakat di usia produktif.

MENGAPA SOCIAL MEDIA MENJADI PENTING DALAM LITERASI?

Social Media merupakan saluran atau sarana pergaulan sosial secara online di dunia maya (internet). Para pengguna (user) social media berkomunikasi, berinteraksi, saling kirim pesan, dan saling berbagi (sharing) dan membangun jaringan (networking). Seperti pemaparan saya di atas, jelas bahwa pada usia produktiflah seseorang lebih dominan menggunakan gawai.

Gawai telah memberikan kemudahan bagi penggunanya, baik dari segi komunikasi ataupun mengakses informasi. Jadi, bisa dikatakan siapa saja yang berada di usia produktif pastilah tidak terlepas dari aktifitas social media. Apalagi bagi mereka masyarakat perkotaan yang sangat mudah untuk mengakses jaringan internet.

Seharusnya kemudahan dari jaringan internet dan juga fungsi dari social media dimanfaatkan masyarakat sebagai peluang untuk berbagi informasi yang sifatnya informatif dan edukatif. Sebab, literasi saat ini sudah bergeser makna, tidak lagi sekedar membaca melalui media buku saja, namun juga gawai (melalui internet) telah mengambil peran penting dalam budaya membaca masyarakat.

Tidak bisa disalahkan, dan ini bukan bencana. Karena teknologi akan terus berkembang. Hanya saja, apakah kita sebagai pelaku yang melek teknologi mau mengubah peluang ini sebagai hal yang positif dan bisa mendatangkan manfaat bagi penggunanya.

Disinilah peran social media sebagai media interaksi memainkan peranannya dalam mengubah pola pikir masyarakat. Berangkat dari pengalaman saya ber-social media semenjak kuliah dulu, sekitar tahun 2007. Berawal dari akun Facebook, saya mengenal dunia melalui jejaringan online. Ada positif dan negatif yang saya pelajari dari aplikasi tersebut.

Mungkin kalau dulu semasa kuliah saya masih memanfaatkan social media sebagai mini diary dan mungkin pun sedikit alay. Tapi, semakin berkembangnya aplikasi social media yang saat ini sangat beragam, membuat saya terus belajar memperhatikan fungsi dari aplikasi itu masing-masing. Dan sejak tahun 2011, peranan social media tidak lagi sebagai media penyebar informasi saja, melainkan sudah mulai digunakan sebagai media bisnis dan juga media pembelajaran.

Hal ini yang membuat saya bertransformasi dalam memanfaatkan peranan social media sebagai media branding, penggerak massa, dan juga media inspiratif bagi para netizen. Perkembangan dan proses belajar terus terjadi dalam diri saya, tepat di tahun 2013 saya memutuskan untuk nge-blog. Keputusan itu dilakukan karena saya pikir, saya lebih membutuhkan media yang mendukung untuk keleluasaan diri dalam menuangkan isi pikiran saya melalui media tulis. Ya, inilah proses literasi saya.

Tullisan-tulisan singkat dalam social media akan menjadi outline saya untuk menuliskannya kembali ke media blog. Terkadang Instagram, Twitter, dan Facebook hanya saya gunakan sebagai pemantik tema terhadap tulisan apa yang akan saya buat di blog. Apakah ini membantu? Ya, sangat membantu. Begitulah cara saya menggiring netizen untuk berkunjung ke blog saya.

Meskipun terkadang mereka tidak berkunjung ke blog saya, tapi paling tidak mereka telah terinspirasi melalui tulisan-tulisan yang disuguhkan melalui social media saya. Tidak sedikit dari netizen mengakui akan manfaat yang mereka terima setelah membaca postingan mini saya. Bagi mereka, apa yang saya lakukan, apa yang saya ceritakan, dan apa yang saya bagikan melalui social media telah menginspirasi mereka untuk menjadi anak muda yang lebih produktif lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun