Mohon tunggu...
Nasrul Pradana
Nasrul Pradana Mohon Tunggu... Human Resources - Praktisi Manajemen, Sarjana Psikologi, Magister Manajemen.

Praktisi HRM sejak 2010. Sarjana Psikologi dari Universitas Esa Unggul, Magister Manajemen dari Universitas Esa Unggul. nasrulpradana01@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Penyair Elang

31 Desember 2020   02:48 Diperbarui: 31 Desember 2020   02:52 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di bukit berumput hijau, dekat hutan pinggiran kota

Sang penyair berdiri di kolong langit, menatap tembok-tembok tinggi yang penuh sesak melingkupi udara

ia menyanyikan sebuah tembang, tentang burung elang yang dikerangkeng penguasa angkara murka

Suara merdunya mencapai cakrawala, "Elang tak berubah menjadi merpati walau kau kurung dijeruji besi!"

Ia terus bersenandung, "Elang tahu pasti angkasa mengiginkannya kembali, terbang tinggi, menembus awan, berkeringat menyusuri garis matahari"

Hingga senja datang, ketika menyambut sang bulan, ia masih mendendangkan "Angkasa tanpa elang bagai raga tanpa jiwa, bagai pohon tak berbunga, bagai malam yang sepi sunyi"


Di dalam jerusi besi elang tak memikirkan semesta

Ia mengolah hidupnya

Duduk bertafakur mengingat yang Maha Perkasa

Elang mulia mengangkasa

Menerjang langit dengan setia

Menerkam kepala pencemar durjana!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun