Cemen atau cetek mental adalah suatu kepribadian yang menunjukkan ketidakmatangan emosional atau boleh dibilang tidak dewasa secara emosional. Kepribadian ini bukan termasuk gangguan mental, melainkan sikap dan perilaku yang terbentuk akibat kurangnya kemampuan mengelola pikiran dan emosi dalam menghadapi tantangan hidup secara sehat dan konstruktif.
Kepribadian cemen bisa dialami oleh anak-anak ataupun orang dewasa. Sifat dan kepribadian seperti ini lebih banyak terbentuk oleh pengalaman hidup dan lingkungan sosial, yang di antara tandanya adalah sebagai berikut.
Mudah Mengeluh
Orang bermental cemen mengharap semua berjalan sesuai keinginannya. Bukan berusaha beradaptasi dengan keadaan, orang bermental cemen memilih mengeluh menyalahkan keadaan, misalnya dengan mengatakan “ini sulit, panas, dingin, capek, nggak nyaman, nggak kuat. gak kerasan, nggak bisa, nggak suka, gurunya galak, temannya nakal, nggak cocok sama ini dan itu.
Sikap ini muncul sebagai ekspresi sikap egois, manja dan malas, yang membuat seseorang enggan keluar dari zona nyaman. Orang tua tidak seharusnya menyerah pada keluh-kesah anak. Anak harus dimotivasi bahwa keadaan dan orang lain tidak harus sesuai harapan dan keinginan kita. Kitalah yang sering kali harus bisa menerima keadaan. harus mampu menghadapi dan menerima semuanya tanpa keluh-kesah. Bila orang lain bisa menghadapi semua tanpa keluh-kesah. berarti kita juga bisa.
Mudah Menyerah
Sikap mudah menyerah setingkat lebih parah dari mudah mengeluh, yang ditandai dengan kecenderungan untuk memilih berhenti mencoba dan berusaha, serta menghindari tantangan. Padahal untuk berhasil seseorang harus terus berjuang pantang menyerah serta mampu mengatasi setiap masalah dan tantangan yang dihadapi.
Orang tua jangan ikut-ikutan terbawa dan membiarkan anak menyerah begitu saja. Bila sedikit-sedikit mundur atau pindah sana-sini, anak tidak akan terlatih untuk kuat. Kuatkan anak dengan prinsip, bila orang lain bisa kamu pasti bisa, bahkan lebih mampu.
Drama
Bermental cemen ditandai pula dengan sikap mudah tersinggung, menangis, marah, ngambek, menjauh, menyendiri, menggerutu, protes untuk hal-hal kecil serta merasa paling tersakiti (play victim). Ini menunjukkan sikap tidak dewasa secara emosional, layaknya anak kecil yang sedang ngambek.
Bangun pemahaman bahwa setiap masalah ada untuk dihadapi dan diselesaikan bukan ditangisi. Masalah tidak selesai dengan ngambek, atau menangis, tetapi dengan cara bicara secara baik-baik.
Mengadu
Mental cemen membuat seseorang tidak mampu menghadapi masalah sendirian dan mengandalkan orang lain untuk membantu menghadapi. Anak cemen biasanya mengadu pada orang tua, kakak atau orang dekat yang dipandang mampu membantunya. Sikap seperti ini kadang masih bertahan sampai dewasa, yang mana seseorang kadang mencari “pendukung” ketika merasa dikecewakan.
Orang tua sebaiknya tidak serta-merta campur tangan pada masalah yang dihadapi anak, selagi tidak membahayakan fisik dan mental. Dorong anak menyelesaikan masalahnya sendiri ketika dihukum guru, mendapat tugas yang dirasa berat atau berkonflik dengan teman. Kalaupun harus turun tangan usahakan tidak memihak dan ajarkan cara menyelesaikan masalah dengan bijaksana.
Penutup
Anak-anak harus dilatih menjadi pribadi yang kuat karena realitas hidup yang harus mereka hadapi di masa depan membutuhkan pribadi bermental kuat. Jangan biarkan anak tumbuh menjadi pribadi yang kuat, tidak mudah menyerah dan mampu mengatasi setiap masalah yang mereka hadapi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI